Stanley datang ke kantor David hari itu, tentu dia ingin tahu di mana pria itu membawa Alana. Dia harus menemukan Alana dan membawanya, walau dia tahu David Douglas tidak mungkin mau memberi tahu di mana Alana berada.
Pria itu menyambutnya dengan ekspresi yang tidak bersahabat. Hubungan mereka memang sudah tidak baik. Itu karena persaingan bisnis yang terjadi. Mereka berdua bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling unggul namun sayangnya, Staley selalu berada di bawah David. Untuk kali ini pun, dia tidak boleh kalah dan harus mendapatkan Alana.
"Angin apa yang membawa musuh yang sangat aku benci berada di sini?" Cibir David.
"Aku ingin tahu keberadaan Alana. Di mana dia?" tanya Stanley basa basi.
"Wah.. Wah, sepertinya kau begitu peduli dengannya!" cibir David lagi.
"Aku memang peduli, jadi katakan di mana dia? Alana putri dari penyelamatku jadi sekarang dia adalah tanggung jawabku!"
David menatap Stanley dengan tajam tapi tidak lama kemudian tawanya terdengar. Stanley tampak kesal, tawa David bagaikan sebuah cibiran di telinganya.
"Hentikan tawa menyebalkanmu itu!" ucap Stanley.
"Kau benar-benar lucu, sungguh. Alana tanggung jawabmu? Sejak kapan hal itu terjadi? Apa dia memiliki hubungan denganmu sehingga dia menjadi tanggung jawabmu?" tanya David.
"Aku dan ayahnya adalah sahabat baik, tentu dia menjadi tanggung jawabku sedangkan kau?" Stanley menatap pria itu dengan tatapan tajam, "Kau dan ayahnya adalah musuh, apa alasannya sehingga Alana harus bersama denganmu?"
"Aku dan ayahnya memang musuh tapi sayangnya, ayahnya tidak menyerahkan Alana padamu tapi menyerahkan Alana padaku. musuhnya. Jadi, siapa yang lebih ayahnya percaya?" tanya David mencibir.
"Kau pasti melakukan sesuatu sehingga Angelo menyerahkan putrinya padamu, bukan? Apa yang telah menyebabkan kematian mereka?"
"Jangan sembarangan bicara, Stanley. Aku bisa menuntut dirimu atas perkataan yang kau ucapkan jadi sebaiknya jaga ucapanmu dan pergi!" ancam David.
"Aku akan mencari tahu akan hal ini dan aku akan mengambil Alana darimu!" ucap Stanley. Dia pasti bisa membawa Alana dari pria itu.
"Aku menantikannya, Stanley. Ambil dia jika kau mampu!" David justru menantangi Stanley. Dia tidak akan takut pada pria itu dan dia tidak akan membiarkan Stanley membawa Alana apalagi pria itu mencurigakan. Kenapa setelah kedua orangtua Alana bunuh diri dia baru datang? Kenapa Stanley tidak membantu Angelo saja? Sungguh tindakan yang mencurigakan dan dia harap Alana sedikit pintar dan tidak mengikuti pria itu karena dia tidak akan mencegah jika Alana mau dan jika Stanley bisa melunasi hutang Alana.
"Aku tidak akan ragu!" Stanley melangkah pergi dari kantor David. Percuma berbicara dengan pria itu. Sebaiknya dia mencari kesempatan untuk bertemu dengan Alana dan membujuknya agar Alana mau ikut.
David kembali ke dalam ruangannya tapi sebelum itu dia sudah berpesan pada karyawannya untuk mengantar Alana Meyyer ke dalam ruangannya jika gadis itu sudah datang. Sebentar lagi makan siang, Alana pasti akan datang sebentar lagi apalagi dia sudah memerintahkan anak buahnya untuk menjemput Alana. Soal pertemuannya dengan Stanley yang menginginkan Alana, dia tidak akan mengatakannya pada Alana.
Sesuatu sudah berada di atas meja, tinggal menunggu kedatangan Alana saja yang pada saat itu sedang mempersiapkan makanan yang hendak dia bawa sesuai dengan perintah David. Entah pria itu mau makan atau tidak yang pasti dia sudah berusaha sebisa mungkin untuk membuat makanan itu.
Alana pun bergegas saat jemputan datang. Rasanya sangat lelah, dia pun merasa sangat mengantuk. Setelah membersihkan sebagian rumah, dia harus belajar memasak karena koki sudah datang. Setelah David pergi, Alana tidak beristirahat sama sekali padahal dia bangun lebih pagi hari ini. Setidaknya dia sedang berusaha mencintai pekerjaannya meskipun dia akan tetap adu mulut dengan David.
Alana tertidur selama di perjalanan tanpa sadar, sungguh dia membutuhkan kasur yang empuk untuk tidur. Sang supir bahkan berteriak untuk membangunkan Alana. Tentunya gadis itu terkejut dan terbangun. Sambil membersihkan liurnya yang menetes, Alana melihat sekitar.
"Mau tidur sampai kapan?" tanya sang supir.
"Ma-Maaf, apa kita sudah sampai?" tanya Alana basa basi.
"Sudah sejak tadi jadi cepat turun, bos sudah menunggu!" ucap supir itu.
"Baiklah, baik!" Alana mengambil tempat makanan dan keluar dari mobil. Napas berat dihembuskan, semoga tidak ada drama saat dia masuk nanti dan beruntungnya apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.
Para anak buah David yang sudah mendapatkan perintah menyambut Alana dengan sangat baik. Alana segera di antar ke atas oleh seorang anak buah David. Pria itu benar-benar sudah menunggunya, tentunya hal itu membuat Alana menunduk saat masuk ke dalam ruangan apalagi David menatapnya dengan tajam.
"Kenapa begitu lama? Apa tidak takut dengan penalty?" David bertanya pada Alana setelah karyawannya keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua saja.
"Tolong jangan begitu kejam, aku bukan robot. Aku sudah bangun jam lima pagi, membuat sarapan yang tidak kau sentuh sama sekali lalu membersihkan rumahmu walau belum selesai. Tidak hanya itu saja, aku pun harus belajar memasak. Aku bahkan belum istirahat sejak pagi dan aku sangat lelah!" ucap Alana. Tatapan matanya tertuju pada sofa yang ada di sisi ruangan, dia melangkah menuju sofa itu tanpa mempedulikan David yang tidak melepaskan pandangannya sedari tadi namun dia jadi ingat dengan benda yang dia bawa.
"Ini makanan yang kau mau!" Alana melangkah mendekati David terlebih dahulu sebelum melangkah menuju sofa. Makanan yang dia bawa diletakkan di atas meja, barulah dia melangkah menuju sofa.
"Mau ke mana kau?" tanya David karena Alana sudah melangkah pergi.
"Beri aku waktu untuk beristirahat sepuluh menit saja, maksudku dua puluh menit!" ucapnya.
"Apa kau kira kau boleh bernegosiasi denganku?" David beranjak dan meraih kotak yang ada di atas meja.
"Ayolah, aku tidak akan memiliki tenaga untuk membersihkan seluruh kantormu ini!" ucap Alana. Dia masih menganggap David memanggilnya untuk membersihkan kantor miliknya.
"Siapa yang mau memerintahkan dirimu membersihkan kantor ini?"
"Apakah aku salah?" tanya Alana. Langkahnya terhenti, Alana pun berbalik dan menatap David yang sedang melangkah mendekatinya.
"Tentu saja, ambil ini!" David melemparkan kotak yang dia bawa sedari tadi.
"Apa?" Alana terkejut dan menangkap kotak itu dengan cepat.
"Apa ini?" tanya Alana sambil melihat kotak yang terbungkus dengan kertas putih.
"LIhat saja sendiri!"
Alana sangat heran dan tidak mengerti, dia bahkan tampak kebingungan sambil melihat kotak yang sudah berada di tangan. Karena ingin tahu, Alana membuka kotak tersebut. Semula dia tidak mengerti tapi ketika melihat sebuah ponsel yang berada di dalam kotak. Alana terkejut, kedua matanya bahkan terbelalak melihat benda itu.
"A-Apa ini untukku?" tanyanya sambil melihat ke arah David.
"Tentu saja itu untukmu, apa ada yang lain?"
"Benarkah?" kedua mata Alana berkaca-kaca, dia tidak menyangka pria itu begitu baik mau membelikannya sebuah ponsel.
"Apa aku bercanda?" ucap David namun dia terkejut karena tiba-tiba saja Alana memeluknya.
"Terima kasih," ucap Alana. Meskipun perkataan David begitu menyebalkan tapi pria itu cukup baik. David diam saja, gadis itu terlalu berlebihan. Rasanya ingin mendorong tubuh Alana tapi tidak dia lakukan sama sekali.
"Terima kasih, sepertinya aku salah menilai dirimu!" ucap Alana.
"Hng, jangan terlalu senang sampai memeluk aku seperti ini. Aku tidak akan iba sama sekali dan asal kau tahu, benda itu tidaklah gratis!" ucap David.
"Apa kau bilang?" Alana mendorong tubuh pria itu dan melangkah mundur.
"Jadi aku harus membayarnya?" tanya Alana lagi.
"Yeah, kau harus membayarnya dan setiap bulan gajimu akan dipotong seratus dolar sampai benda itu lunas jadi jangan senang dulu sampai memeluk seperti itu!" ucap David mencibir.
"Jika begitu aku tidak mau!" Alana mengembalikan ponsel yang ada di tangan namun David tidak mengambilnya.
"Barang yang sudah aku berikan tidak bisa dikembalikan jika tidak kau tetap akan menggantinya dua kali lipat!"
"Apa kau bilang?" teriak Alana marah.
"Tinggal pilih saja, kau yang menentukan!" ucap David, pria itu pun melangkah pergi.
"Ini pemaksaan namanya!" teriak Alana lagi.
"Tidak perlu berteriak, aku tidak akan iba!"
Alana sangat kesal, ponsel sudah terangkat karena dia ingin melempar pria itu menggunakan ponselnya tapi tidak jadi karena dia sayang dengan benda yang belum dia bayar. menyebalkan, dia kira gratis tapi ujung-ujungnya tetap saja tidak mengenakan. Kenapa ada orang seperti in? Lain kali dia tidak mau percaya dengan kebaikan yang ditunjukkan oleh pria itu lagi.
David
Alana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Agus Hendra Setiawan
Alana cantik 😍😍😍
2024-01-02
0
Novano Asih
dikasih hp kali y
2023-10-30
1
May Tanty
kenapa visual nya David jelek sekali🤣🤣
2023-09-21
1