David sangat murka saat melihat dua benda berharga miliknya sudah menjadi serpihan. Veronica yang mengeluarkan serpihan benda berharga itu saat dia membongkar baju milik Alana. Dia yakin gadis itu pasti akan semakin dibenci oleh David.
Alana memang menyembunyikan pecahan benda berharga yang terbuat dari keramik dan cristal yang dia jatuhkan waktu itu di bawah baju agar tidak ketahuan namun naas, barang bukti itu justru ditemukan oleh Veronica dan sekarang serpihan kedua benda itu berada di atas lantai.
Veronica memang sengaja, dia tahu David pengoleksi barang antik dan sangat mencintai seni. Kedua benda itu pasti benda yang dia beli dari pelelangan dengan harga fantastis, kali ini Alana akan habis dan memang, David begitu murka melihat dua benda berharga yang dia dapatkan dengan susah payah sudah hancur berantakan.
Alana yang masih dalam keadaan basah bergegas masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan David. Pria itu menunggu dengan emosi yang meluap dan ketika Alana menghampirinya, dia mendapatkan tatapan tajam dari David. Alana belum sadar dengan apa yang terjadi tapi ketika dia melihat serpihan-serpihan yang ada di atas lantai, firasatnya buruk.
"A-Ada apa?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Ada apa? Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan pada kedua benda berharga milikku ini!" teriak David lantang sambil menendang serpihan yang ada di atas lantai dengan ujung sepatunya.
"Bukan aku," elak Alana. Pria itu tidak melihat jadi dia bisa mengelak. Semoga saja David percaya namun itu adalah kesalahan yang dia lakukan karena dengan jawaban yang dia berikan semakin membuat David murka.
"Bukan kau? Lalu siapa?!" bentak David.
"Aku tidak tahu!" Alana masih saja berkilah karena dia tidak mau mendapatkan penalty sehingga hutangnya semakin banyak.
"Beraninya kau menipuku, Alana?" kedua tangan sudah mengepal, David sungguh kecewa karena Alana berani lari dari kesalahan yang dia lakukan.
Alana ketakutan dan mundur ke belakang saat David melangkah mendekati dirinya. Celaka, dia tidak bisa menghindar lagi. Seharusnya dia mengaku tapi dia terlalu takut apalagi kedua benda itu sudah dia hancurkan beberapa hari yang lalu. Pria itu pasti akan semakin murka karena dia tidak langsung mengakui kesalahan yang dia lakukan setelah memecahkannya.
"Ma-Maafkan aku, Tuan. Aku tidak sengaja memecahkannya," ucap Alana.
"Terlambat untuk mengakuinya, Alana!" David meraih kerah baju Alana dan menarik tubuhnya mendekat. Jika Alana mengakui Kesalahan mungkin dia tidak akan semarah itu tapi nyatanya, Alana justru berkilah dan berpura-pura tidak bersalah.
"Memang aku yang memecahkannya, David!" teriak Alana. Pria itu menariknya dengan kuat sehingga membuat tubuhnya terangkat ke atas.
"Beraninya kau memanggil namaku, Alana!" kini dengan dua tangan, David mencengkeram kerah baju Alana.
"Sakit, apa kau gila?!" teriak Alana tapi sesungguhnya dia semakin ketakutan karena tatapan tajam dari David.
"Sekarang jelaskan padaku, sejak kapan kau memecahkan barang-barang itu. Apa kau tidak tahu betapa berharganya barang-barang itu bagiku?" emosi semakin menguasai hati, tubuh Alana bahkan semakin terangkat ke atas.
"Sakit!" Alana kembali meneriakkan hal yang sama. Tubuhnya bagaikan digantung, lehernya sakit akibat tercekik baju.
"Jawab!" teriak David lantang.
"Waktu itu, aku memecahkannya tanpa sengaja. Aku takut kau memberi aku penalty jadi aku menyembunyikannya!" teriak Alana.
"Beraninya kau?" David justru semakin murka mendengar jawaban yang Alana berikan. Dengan kemarahan di hati, tubuh Alana dilemparkan sehingga Alana terhempas ke atas lantai. Alana berteriak, punggungnya terasa sakit, bokongnya juga sakit.
"Beraninya kau?!" teriak Alana marah.
"Tentu saja, apa kau kira aku takut padamu?" tanya David sinis.
"Kau benar-benar pria kasar yang tidak menyenangkan. Kau bahkan tega menyakiti seorang wanita hanya untuk sampah seperti ini!" Alana menghampiri serpihan yang ada di atas lantai lalu menendangnya. Dia tidak peduli serpihan itu melukai kakinya yang telanjang bahkan Alana masih menendangnya sambil menangis.
"Aku memang memiliki hutang padamu, tapi semua itu hutang kedua orangtuaku. Aku tidak keberatan menjadi pelayanmu, kau pun bisa memberi aku penalty berpuluh-puluh kali lipat untuk kedua benda sampah ini!" teriak Alana sambil terus menendang. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi, air mata yang tidak mau dia tunjukkan pun kini tidak bisa dia bendung lagi. Terserah pria itu mau menganggapnya nona muda yang cengeng atau apa, dia tidak peduli.
"Aku memang sudah jatuh miskin, aku pelayanmu yang rendahan. Aku akan bekerja denganmu untuk seumur hidup tapi aku bukan binatang yang bisa kau lempar sesuka hatimu!" Alana kembali berteriak dengan air mata berderai. Cukup sudah, dia memang salah tapi dia tidak terima diperlakukan seperti binatang yang tidak berguna.
David diam saja, dia pun tidak mencegah apa yang Alana lakukan. Alana masih belum puas menendang hingga darah mengalir dari kakinya dan setelah puas dengan serpihan yang ada di atas lantai, Alana melangkah mendekati David dan meraih satu tangannya. Tangan pria itu pun dia letakkan di pangkal lehernya. Kali ini dia akan membiarkan apa yang ingin pria itu lakukan.
"Lakukan, sekarang lakukan!" Satu tangan David kembali diraih dan diletakkan di lehernya, "Aku nona muda yang tidak berguna, aku hanya sampah yang tidak berguna dan aku tidak akan bisa membayar semua uangmu sampai aku mati jadi sebaiknya kau patahkan leherku sekarang agar kau puas!" teriaknya lagi namun David tidak melakukan seperti apa yang dia inginkan.
"Kenapa kau tidak mau melakukannya?" teriak Alana penuh emosi.
"Diam! Jangan memerintahku karena kau tidak berhak" teriak David pula.
Dia tahu David tidak mungkin melakukannya dan memang pria itu tidak melakukannya. Padahal dia sangat berharap pria itu membunuhnya agar dia cepat mati sehingga penderitaannya cepat berakhir tapi ternyata, pria itu tidak mau melakukannya. Hal itu membuat Alana semakin kesal, kedua tangan David dilepaskan lalu tubuh pria itu didorong ke belakang.
"Pecundang!" teriaknya dan setelah itu Alana berlari melewati serpihan cristal dan keramik yang sudah berserakan di atas lantai.
David hanya diam di tempat, dia justru tampak linglung karena dia tidak menyangka Alana akan melawan bahkan semua diluar dugaan. Suara pintu yang tertutup menyadarkan dirinya. David melihat ke arah pintu di mana Alana sudah keluar dari rumahnya.
"Sial!' David mengumpat dan berlari melewati serpihan keramik dan Cristal juga jejak darah dari kaki Alana yang terluka. Dia kira Alana masih berada di luar tapi sayangnya, Alana sudah tidak terlihat lagi di luar sana.
"Mana dia?" teriaknya pada dua penjaga yang ada di luar.
"Sudah pergi!"
"Cari!" perintahnya.
Kedua penjaga segera mencari, David pun mencari. Alana berlari tanpa tujuan arah sambil menangis. Dia tidak peduli dengan kakinya yang semakin terasa sakit. Mereka semua jahat, kedua orangtuanya yang paling jahat yang telah membuatnya berakhir di tangan seorang penjahat.
"Aku benci kalian semua!" teriaknya.
Seharusnya dia yang mati, bukan kedua orangtuanya. Haruskah dia mati seperti mereka? Tapi apakah kematian dapat menyelesaikan masalah? Alana berteriak dengan keras namun dia terus berlari dengan air mata yang mengalir tiada hentinya. Dia benar-benar berharap kematian datang menghampirinya agar semua yang dia rasakan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Erna Susanti
Alana di bikin bunuh diri az thor😂😂😂
2024-02-24
0
May Tanty
Alana kenapa tidak bunuh diri saja
2023-09-20
2
SUMI 🐊🐊
awas kau David🔨🔨🔨🔨🔨
2023-05-10
2