Memasak adalah hal yang tidak pernah dilakukan oleh Alana semenjak dia dilahirkan di dunia tapi hari ini, dia sudah berada di dapur karena dia harus membuat makanan untuk David Douglas. Seperti tadi, Alana tidak tahu harus melakukan apa oleh sebab itu dia berdiri saja.
Bingung, sudah pasti. Dia tidak tahu harus memulai dari mana. Mungkin dia bisa belajar jika memiliki ponsel tapi benda itu sudah dia jual demi biaya hidup. Sekarang dia benar-benar seperti orang yang baru keluar dari goa selama ratusan tahun bahkan dia merasa Tarzan lebih pintar memasak dari pada dirinya. Rasanya ingin berteriak namun dia akan diberi penalti oleh bos killer yang sedang mandi.
Alana melangkah menuju kulkas dan membuka benda itu. Tatapannya melihat isi kulkas dengan teliti sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk menggoreng ayam dan membuat sup. Itu makanan yang mudah diolah, dia rasa dia bisa. Cukup menggunakan insting saja, dia pun sudah pernah makan ayam goreng dan sup jadi dia yakin jika dia pasti bisa.
Si mantan Nona muda itu sibuk bereksperimen, teriakannya terdengar saat minyak yang sedang menggoreng ayam menyiprat ke mana-mana. Alana bahkan menutupi wajah dan tubuhnya menggunakan benda yang ada. Meski dia sudah menjadi pelayan tapi dia tetap harus menjaga kulitnya.
David menggeleng di dalam kamar mandi, waktu tenangnya benar-benar terganggu oleh teriakan Alana karena saat itu dia sedang berendam untuk merenggangkan otot. Apa sebenarnya yang gadis itu lakukan? Suaranya bahkan seperti suara sirine pemadam kebakaran yang terus berbunyi tanpa henti. Sepertinya dia sudah gila mempekerjakan gadis tidak bisa apa-apa itu tapi jika tidak dia lakukan, dengan cara apa lagi Alana akan membayar hutangnya?
Sebuah ear phone digunakan, lebih baik dia mendengar musik keras dari pada mendengar suara teriakan Alana Mayyer. Yang ingin dia tahu adalah hasilnya, dia tidak peduli bagaimana cara gadis itu melakukannya. Alana sudah mengacaukan dapur hanya untuk dua potong ayam goreng dengan semangkuk sup.
Makanan yang pertama kali dia buat namun hasilnya tampak memuaskan. Alana yakin rasanya pasti enak, dia yakin David akan menyukai makanan itu. Tapi terus terang saja, dia tidak mencicipi bagaimana rasanya, cukup memakai insting maka semuanya selesai.
Makanan sudah berada di atas meja. David belum juga keluar. Itu bagus, dia malas bertatap muka dengan pria itu. Alana membersihkan kekacauan yang terjadi dan setelah selesai, Alana masuk ke dalam kamarnya karena tidak ada lagi yang dia lakukan.
Akibat pertama kali menggunakan pisau, beberapa luka terdapat di jari dan tangan. Alana hanya bisa melihat luka-luka itu sambil meringis. Kedua tangannya terasa perih tapi apa boleh buat, dia harus melakukannya. Seiring berjalannya waktu, dia akan terbiasa dengan pekerjaannya di rumah itu.
David keluar dari kamar setelah selesai, suara sirine pemadam sudah tidak terdengar lagi. Itu sangat bagus, dia lebih suka makan dengan suasana yang tenang. Makanan yang ada di atas meja pun tampak memuaskan, ternyata dia terlalu meremehkan Alana Mayyer. Dia tidak menduga gadis itu bisa melakukannya.
Pria itu mulai duduk, mangkuk sup pun diambil. Meski wortel yang dipotong cukup besar, yang penting tidak bersama dengan akar itu sudah bagus. David menggeleng karena mendapati sebuah tomat utuh di dalam sup, pembantu yang sangat luar biasa. Dia harap rasanya bisa menutupi penampilannya namun nyatanya? Sup mengerikan dengan ayam goreng super asin yang tidak bisa dia nikmati sama sekali. Percuma dia memuji, ternyata Alana Mayyer memang tidak bisa melakukan apa pun bahkan makanan itu bisa membunuhnya.
David beranjak, dia akan memberikan pelajaran pada gadis itu agar tidak melakukan kesalahan yang sama oleh sebab itu David menendang pintu kamar Alana hingga terbuka. Alana yang baru saja melepaskan baju karena hendak mandi pun berteriak, Alana terkejut dan menutupi tubuhnya dengan terburu-buru.
"A-Ada apa?" tanya Alana.
"Keluar, sekarang!" perintah David.
"A-Aku mau mandi," ucap Alana.
"Beraninya kau membantah perkataanku!" David masuk ke dalam, tangan Alana diraih dan ditarik keluar. Baju yang ada di tangan pun terjatuh ke atas lantai. Alana bagaikan orang linglung karena dia memang tidak mengerti apa yang sedang terjadi sehingga David menariknya seperti itu.
David masih menariknya sampai mereka tiba di dapur lalu pria itu mendorongnya ke arah meja makan dengan kasar. Alana masih tidak mengerti bahkan dia melihat ke arah David dengan tatapan heran.
"Ada apa? Apa ada kesalahan yang aku lakukan?" tanya Alana.
"Sekarang juga habiskan!" perintah David.
Alana melihat ke arah meja, akhirnya dia mengerti karena makanan masih utuh.
"Tapi makanan ini untukmu, Tuan," ucap Alana.
"Untukku? Apa kau ingin membunuh aku dengan makanan itu agar kau bisa cepat pergi dari sini, Alana Meyyer?" teriak David dengan lantang.
"Tidak, aku tidak bermaksud melakukan hal itu."
"Jika begitu habiskan jika tidak aku tidak akan segan menambah hutangmu!" ancam David.
"Ja-Jangan!" cegah Alana seraya melangkah mendekati kursi.
"Ini memang makanan pertama yang aku buat dan aku tahu rasanya tidak memuaskan. Jika kau tidak suka dengan makanan ini maka akan aku habiskan," sungguh pria tanpa perasaan tapi dari pada mendapat penalti lebih baik dia yang habiskan. Lagi pula dia sedang lapar.
"Jika begitu habiskan!" teriak David emosi.
Alana tidak berkata apa-apa lagi, sup yang dia buat mulai dinikmati dan memang rasanya sangat menakutkan. Alana bahkan hampir muntah namun dia berusaha menahan diri agar dia tidak melakukannya.
"Jika kau berani memuntahkannya dan membuang makanan itu, kau harus membayar dua kali lipat penalti yang akan aku berikan!" ancam David.
Alana tidak bersuara, sup dengan rasa mengerikan mau tidak mau dia habiskan. Beruntungnya tidak banyak, sehingga dia tidak perlu terlalu tersiksa. Dua potong ayam goreng super asin pun ditelan dengan susah payah. Rasanya ingin menangis tapi jika dia melakukan hal itu, dia tahu David akan semakin mencibir dirinya apalagi pria itu sedang mengawasinya.
David tidak melepaskan tatapannya dari Alana. Nona muda itu harus belajar bagaimana kerasnya hidup agar dia tidak melakukan apa pun seenaknya seperti dulu karena dia bukan nona muda lagi saat ini. Apa yang dia alami saat ini, seharusnya menjadi pelajaran yang paling berharga baginya kelak.
"Jika kau berani memuntahkannya, kau akan tahu akibatnya karena telah menyia-nyiakan makanan di rumahku!" setelah berkata demikian, David melangkah pergi karena Alana sudah hampir menghabiskan dua potong ayam goreng super asin itu.
Alana tidak bergeming tapi dia langsung berlari untuk mengambil air karena lidahnya terasa tebal akibat asin. Alana meneguk begitu banyak air, dan setelah itu dia kembali duduk di meja makan untuk menghabiskan ayamnya.
"Tidak apa-apa, Alana. Tidak apa-apa," ucapnya untuk menghibur diri namun air matanya tidak bisa dia tahan lagi. Inikah kehidupan yang harus dia jalani saat ini?
Air mata dihapus dengan keras, ayam goreng yang masih ada di dalam mulut pun berusaha dinikmati bersama dengan air putih agar rasa asinnya tidak begitu terasa. Ini adalah pengalaman berharga, dia akan menganggap demikian agar dia bisa lebih baik lagi dalam membuat makanan. Semua yang terjadi memang kesalahan yang dia lakukan dan dia harus menerimanya dengan lapang dada meskipun perlakuan David, tidak bersahabat sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🕊 am🐊⃝⃟ 🍄
kasian Alana yang biasanya di manja, tiba-tiba harus di jadiin babu wkkw
2023-06-10
3
Alexandra Juliana
Coba klo Alana tau bumbu racik instan pasti masakannya enak..
2023-04-10
4
Hany
bersabarlah alana
2023-03-11
3