Sederet obat kuat berbagai merk berjajar di meja rias Neta, sudah jelas pemberian penghuni gang senggol tak mungkin mas Syarif ataupun Jaka yang ke'rajinan membelinya.
...Obat Kuat Cap Ayam Jago...
...Bulus Putih babah Holiang...
...Jamu Perkasa Cap Kapak Thor...
Gleuk!
"Apa-apaan nih, bilangin tetangga kamu, kalo ngasih kado pernikahan tuh mentahnya aja, lumayan buat beli makan!" Neta menyingkirkan botol-botol berisi jamu, memandang kemasannya saja ia sudah bergidik. Kini di kamar bernuansa ungu dan cream ini penuh dengan barang seserahan pernikahan mereka. Acara yang di walah-walah akan sederhana nyatanya mirip khitanan anak gimbal pake segala sesaji makanan daerah dibawa-bawa, katanya biar langgeng. Jaka membawa serta tetangganya yang super berisik itu ke acara mantenan keduanya, ditambah ibu dan kak Syifa mengundang mereka ke rumah, bikin Neta auto pengen jambak-jambak rambut Limbad.
Botol-botol itu ia masukkan ke dalam kresek dan menaruhnya di pojokan kamar. Gadis yang sudah berganti pakaian dengan kaos rumahan ini membuka satu persatu perintilan barang yang dibawa rombongan Jaka, mulai dari selimut yang dibentuk jadi sowang, kemudian Neta menoleh pada Jaka dan menyipitkan matanya, sowang! Iya sowang yang suka nyosor-nyosor tumit orang persis lelaki di depannya yang nyosor tadi.
"Kenapa ngeliatin saya?" tanya nya tanpa mau repot-repot membantu Neta mengacak-acak barang, benar cuma ia buka terus berantakin plastik dimana-mana, alhasil Jakalah yang membereskannya. Kini yang ia lakukan adalah mempersiapkan tempatnya untuk tidur malam ini. Jaka sudah menduga jika gadis yang tengah duduk di atas kasur itu tak akan mengijinkannya tidur seranjang dengannya.
"Engga. Inget ya Jaka, ini cuma pernikahan kontrak, jadi jangan harap bisa nyosor kaya tadi lagi, no! No way! Bahkan cuma terbersit dipikiran aja jangan harap!" ia benar-benar sudah memperingatkan bahkan dengan goyangan telunjuknya di udara pertanda dilarang keras.
"Saya ngerti," jawabnya singkat, lantas ia merebahkan badannya yang beralaskan surpet milik Neta dan bantal dengan masih memakai baju koko juga sarungnya, tak sulit baginya untuk tertidur karena sejujurnya surpet ini hampir sama dengan kasur miliknya di kontrakan.
Melihat Jaka yang beranjak merebahkan badan dan mulai memejamkan mata, membuat Neta tak bisa untuk tak berkomentar, sepertinya gadis ini memang cocok menjadi seorang kritikus atau komentator.
"Kamu tidur pake koko? Emangnya nyaman gituh?!" Ia belum sempat rampung meng-unboxing satu persatu barang yang diberikan Jaka, masih ada bed cover yang dibentuk hati, handuk yang berbentuk bunga, pakaian tidur berbahan licin yang dibentuk bunga, sepatu, sandal, satu set alat pembersih wajah dan make up barjah, lalu kemudian satu set perhiasan emas, Jaka tak banyak memberikan mahar ia hanya mampu memberi Neta seperangkat alat solat, qur'an dan uang yang hanya 1 juta saja, baginya sudah cukup yang penting....hufftt! Apa ia bisa membawa Neta ke jalan lurus? Menyadarkannya betapa pernikahan bukanlah ajang kontrak-kontrakan, ataupun permainan.
Hoammm!
Gadis itu menguap lebar macam kuda nil lagi mangap beberapa kali pertanda ia sudah mengantuk. Alisnya terangkat sebelah melihat Jaka dibawah sana, tangannya terulur ke depan wajah Jaka dan bergerak ke kanan dan kiri demi memastikan jika lelaki ini sudah terlelap.
"Cepet banget! Ya udah lah, jadi gue juga bisa tidur sekarang, tanpa khawatir dia grre pe- grre pe," ia menggidikan bahu acuh, tapi ia masih berdiam diri menatap wajah kalem Jaka yang damai kaya orang mam poss.
"Sebenernya kalo diperhatiin secara seksama nih ya, kamu tuh manis Jaka, yaaa...kulit kamu emang sawo kematengan sih kaya kampung yang belum terja-mah listrik, namanya juga cowok iye kan?! Potongan wajah kamu Indo banget, kampung punya! Tapi sayangnya bukan tipe gue, kamu juga judes, datar mirip papan gypsum!" Neta kembali menegakkan badannya dan merebahkan badan, menatap langit-langit kamarnya lama, "overall, kamu baik! Dan pantas dapat pasangan yang baik juga, Jak. Gue janji deh, ngga akan ngiket kamu di pernikahan kontrak ini lama-lama," gumamnya setengah sadar dan tak lama kemudian, suaranya sunyi hingga sejurus kemudian terdengar dengkuran halus dari atas ranjang.
Jaka membuka mata yang ternyata sejak tadi ia tak tidur, "saya bukan manusia sempurna Shanneta, kalau menurut kamu saya memang orang baik dan pantas dapat pasangan yang baik, bagaimana jika saya menjadikan kamu orang baik?" segaris senyuman tipis terlukis di wajah Jaka.
Shanneta bukan tipe gadis kalem, memang benar! Posisi tidur yang awalnya terbalut selimut tebal kini sudah berubah gaya hingga membuat selimutnya terjun bebas ke bawah.
Diantara mimpi bagusnya, colekan-colekan halus yang terasa dingin menyentuh pipi dan kulit lengannya, mengguncang-guncang badan secara lembut.
Sayup-sayup suara berat memanggil namanya, berat namun kalem apakah malaikat Ridwan yang ngajakin masuk gerbang?! Neta terjengkat mengangkat kepalanya dengan sebelah mata terbuka tak sempurna, ia cukup terkejut melihat samar wajah lelaki dengan wewangian kasturi bercampur maskulin menyapa hingga refleks ia mendorong wajah dengan rambut acak-acakan basahnya sedang menggunakan kaos hitam itu.
"Se tan!"
"Astagfirullah!" Jaka mengaduh terpundur.
"Jaka?!" alisnya mengernyit, gadis itu mengerjap dan mengucek-ucek matanya agar lebih jelas.
"Ampuuunnn! Gue kira lo se tan! Ha-ha-ha!" imbuh Neta, bukannya langsung terbangun ia malah menepuk-nepuk kembali bantal dan menarik selimutnya.
"Ini sudah subuh! Jangan tidur terus, saya tunggu solat bersama," ucap Jaka yang sudah melipat surpet dan merapikan bekasnya tidur.
"Ck! Waktunya masih ada, 5 menit lagi lah, masih belum happy ending nih cerita cinta sama pangeran. Baru juga jam setengah 5 lebih dikit..." jawabnya enteng, Jaka menggeleng melihat kelakuan Shanneta.
Ia menarik selimut yang menutupi tubuh Neta membuat tubuh gadis itu sontak menggeliat macam kaki seribu yang kena colek.
"JAKA! !" galaknya marah.
"Oke, ambil aja. Aku masih bisa tidur tanpa selimut!" Neta mengambil bantal dan menin dih kepalanya dengan bantal dengan posisi menyamping memunggungi Jaka.
"Siapa Tuhanmu?" tanya Jaka.
"Siapa nabimu?"
"Apa kitab sucimu?"
Demi apapun, suara Jaka mengganggu tidur damainya saat ini. Tapi Neta mencoba untuk tak terpengaruh olehnya, ia anggap suara Jaka adalah bisikan ghoib.
"Oke," Jaka mengangguk, "kita liat, seberapa kuat setan dalam diri kamu bersarang," Jaka tak menyerah, perlahan ia melangkah ke jendela, membuka lebar-lebar tirai dan jendela kamar agar udara dingin subuh berhamburan masuk menyerang kulit si sleeping beauty ini.
Ia juga tak diam, dengan menyalakan ponsel dan memutar surat Ar-Rahman.
"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan. Manusia itu terlalu sombong untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan bersyukur! Maka cabut saja nyawa hambamu ya Allah!" ucapnya.
"Ck!" Gadis ini berdecak kesal langsung terbangun dan terduduk, ia mendelik tajam pada lelaki yang tengah menggelar sajadah di depan ranjang.
"Nyebelin, br3ng sek deh ah...do'ain Allah cabut nyawa gue!" gumamnya.
"Saya tunggu 10 menit, sudah saya gelarkan sajadahnya," balas Jaka datar.
"Nyebelin!" pelototnya turun dari ranjang, rambutnya acak-acakan mirip orang dengan gangguan jiwa, atau lebih mirip disebut aromanis karena warnanya yang ungu ke pink-pink'an, begitupun bibirnya yang manyun.
Jaka mengu lum bibirnya yang berke dut karena menahan tawa.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
jumirah slavina
yg ini s' Nci ya Jak yg ngasih 🤣🤣
2025-01-12
2
Lia Bagus
aamiin 🤲
2024-08-18
1
Ney🐌🍒⃞⃟🦅
💪💪💪💪
2024-06-13
1