Ia merasa sangsi dengan bukti tespek saat di dokter waktu lalu, bukan ia tak percaya dengan alat medis satu itu tapi ia tipikal manusia yang lebih percaya diri sendiri, Neta memang tak pernah melakukan dosa apapun selain ngatain guru kimia yang keteknya basah waktu SMA. Maka yang Neta lakukan bukanlah menangis di pojokan kaya si masha, melainkan...ia meraih dompet dan turun ke bawah.
Langkah besarnya menyita perhatian orang-orang rumah persis terdakwa sebuah kasus, "mau kemana lagi kamu?"
"Ke depan dulu bentar!"
Sadar akan tatapan si kecil Aqis, ia melemparkan senyuman, "nanti aunty beliin es krim sama coklat!"
"Yee yeee yee yeee!" seru Aqis dengan riang gembira.
Masih dengan pakaian yang sama Neta melajukan sepeda motornya si blackpink menuju apotik yang berjejer di dekat kompleks rumah.
Ia masuk ke dalam apotik bernuansakan hijau, di sudut ruangan bahkan ada timbangan, dan Neta sempat menimbang berat badannya, "ah sama, malah ngurangin tuh 3 ons!"
"Perlu apa mbak?" tanya wanita berjilbab terlihat masih muda sekitar seumurannya.
"Mbak beli tespeck dong!"
"Merk apa mbak?" senyumnya ramah.
"Semua merk satu-satu!" jawab Neta tak tanggung-tanggung. Ia hanya tak percaya saja dengan tespek, buar puas ngeceknya.
Si penjaga apotik cukup mengernyit aneh, nih orang mau dagang tespek atau gimana? Tapi tak urung ia mengambil semua tespek yang berjumlah tak kurang dari 20.
"Ini mbak, totalnya...."
Sekresek penuh tespek hasil berburunya sore ini ia bawa ke rumah dengan senyum mengembang.
Ia parkirkan motor seperti biasa di carport samping motor kak Syifa dan mobil mas Syarif.
Ia masuk ke rumah dengan hati penuh harapan. Tapi sambutan yang ia dapat jauh dari ekspektasi, baru saja ia menjejakkan kaki ke lantai ruangan tamu suara kak Syifa mengejutkan hati nurani sampai bikin lemah jantung.
"Neta, keluarga habib datang minggu depan buat khitbah kamu! Barusan kasih kabar mas Syarif,"
Wajah Neta persis kucing oyen yang ketauan maling ikan, persis maling semvak yang kepergok lagi garong, pucet! mirip kulit di pakein plester 3 hari 3 malem.
"Apa-apaan?! Gue pikir mah kalo habib orang nya kenal kalimat innallaha ma'ashobirin, tetep aja liat yang bening mah digaskeun!" omelnya mendapat sentilan di mulut oleh kakaknya Syifa.
"Neta!" bentaknya.
"Nih, ya biar kalian tau!" Neta menunjukkan sekresek tespek setelah sebelumnya ia memberikan kresek Indoapril berisi coklat dan eskrim untuk Aqis.
"Ngga perlu!" tolak Syifa lelah dengan penolakan adiknya yang bandel itu.
"Kamu masih belum bisa terima itu anak kamu? Habib saja udah ikhlas Neta?!" ujar ibu, semakin membuat Neta meradang, gadis itu mengurungkan niatannya memakai tespek di depan keluarganya, toh percuma...mereka tetap tak akan percaya dengan ucapannya. Neta menghentakkan kakinya ke lantai atas.
*Jeblug*! !
Pintu tertutup kencang membuat mereka terkejut, "astagfirullah!"
"Aunty kenapa bun? Ayah?" si kecil Aqis harus menyaksikan tantenya ngamuk bak emak-emak yang kembalian sayurnya dipake jajan sama anaknya, nyeremin.
"Aunty ngga apa-apa cuma lagi keselek makanan pedes aja, jadinya teriak-teriak sambil nutup pintu kenceng!" jawab Syifa, ia tau berbohong memang dosa, tapi masa iya dia mesti jujur sama Aqis kalo Neta marah karena disuruh kawin.
Neta beranjak, membuka seluruh bungkusan tespek yang ia beli dengan emosi, akan ia buktikan sendiri jika ia tak hamil.
Neta masuk ke dalam kamar mandi membawa satu genggam tespek, kalo bisa ia akan pipis dalem baskom sekalian biar sekali jebur tuh tespek berenang.
Senyumnya menyeringai puas saat mendapati hasil kali ini sesuai perkiraannya, "kan! Apa gue bilang! Gue ngga hamil! Mau sampe lebaran dugong juga perut gue ngga akan melendung! Kecuali kalo gue bu sung lapar!"
Neta langsung beranjak hendak menunjukkan hasil valid ini, tapi di ambang pintu kamar ia membeku, mengurungkan niatannya, toh rencana keluarganya pun sudah bulat. Sekalipun ia menunjukkan hasil ini ia sangsi jika keluarganya akan membatalkan perjodohan dengan habib Alwah, so apa gunanya?
Lantas sekarang ia harus apa? Sementara disini tak ada yang percaya dengannya, miris sekali bahkan disaat ia jujur tak ada satupun orang yang percaya dengannya. Terlintas di pikirannya untuk melakukan nikah kontrak saja, mencari lelaki yang mau ia sewa sebagai suami kontrak, tapi lelaki gila mana yang mau ia sewa tanpa kontak fisik?! Melihat badannya yang aduhai saja tuh cowok langsung melorotin semvak.
Hingga hampir menjelang malam Neta berpikir, otak buntunya itu mentok di sejumlah nama teman-teman dekat,
"*Bang sandi? Widi? Bang Doni*?"
"Kalo gue sampe jatuh cinta gimana? Ganti...ganti !! Lagian mereka ngga akan nerima orang penghasilan mereka banyak, si alnya kalo mereka nanti ngga mau cerai?!"
Netranya jatuh pada jam dinding yang menunjuk ke angka 6 lebih, ia segera bangkit dari posisi rebahan.
Kaos hitam sebatas pusar, rok rempel mini warna senada kontras dengan kulit putihnya dan juga sepatu sneaker berwarna hitam dengan aksen gold menjadi penunjang penampilan Neta malam ini, biar dikata kaya orang lagi berkabung mau ke pemakaman ia tak peduli, karena memang ia sedang berkabung dengan nasib hidupnya, poor Shanneta Amber.
"Astagfirullah," kembali mas Syarif beristighfar melihat penampilan adik iparnya yang semakin berani mengumbar aurat, seolah itu adalah bentuk protesnya dijodohkan dengan seorang habib. Bagi Neta hidupnya bukan drama sinetron, yang legowo wae saat dijodohkan meski dengan orang kaya, bulshitttt lah orang kaya tampan badan atletis sampe bikin iler banjir...kebanyakan orang kaya tuh kalo ngga tua ya jelek (menurut Neta) Karena kebanyakan yang ia temui seperti itu, salahkan ia yang tak kenal dengan CEO-CEO muda di Indonesia, yang kebanyakan makan mecin jadi bucin sama cewek. Satu-satunya cowok ganteng yang Neta kenal dan tau adalah ayah. Ia adalah Shanneta Amber, gadis modern yang menentang perjodohan, ia juga masih punya mata dan hati yang berfungsi normal, ia masih memiliki nav suu untuk menikah dengan seorang yang minimalnya pilihannya sendiri maaf dengan kata lain si habib ngga masuk daftar cowok idaman.
"Dek, coba kamu kasih pengertian sama Neta, itu bajunya subhanallah!" Syarif menutup buku lembaran makalah para mahasiswanya dan menurunkan kacamata baca.
Hofftt! Nafas berat lolos dari mulut istrinya, "iya mas," ia bukan tak pernah menasihati adiknya itu, justru terlampau lelah.
Ia menstater motor matic snoppy, dan pergi dari rumah menyusuri jalanan sama setiap harinya menuju dunia malam dimana ia selalu berada, hingga tak sampai satu jam ia sampai disana. Bagi sebagian orang ini adalah aroma neraka, tapi bagi Neta ini adalah aroma kebebasan.
Ia masuk, sambutan pertama diberikan oleh bang Sandi manager club dan bar.
"Wah, gimana nih? Udah sehat nih Dj kita?" Neta mengangguk singkat.
Seperti biasa Neta akan berganti nama menjadi Amber disini, ia menyimpan tas miliknya, menyalakan sebatang rokok dan memesan minuman kesukaannya bergelut dengan dunianya. Sejenak ia dapat melupakan semua permasalahannya disini lewat musik dan orang-orang.
Ia naik ke atas tahta dan podiumnya tempat beraksi dan seperti biasa pula, para pelanggan akan puas karena aksinya dapat menghibur dengan sajian musik yang ia remix.
Dari tempatnya berdiri ia menulikan telinga atas suara yang memekakkan pendengaran, tugasnya disini adalah menjadi cleaning service merangkap pelayan saja, meski kadang tak sesuai dengan keinginannya. Tapi apa boleh buat, mencari pekerjaan di kota besar begini sulitnya minta ampun, sesulit melupakan mantan. Jika ia menemukan pekerjaan yang lebih baik mungkin Jaka akan resign dari sini, tapi saat ini keluarga di kampung membutuhkan nafkah darinya. Padahal ibu dan Wulan tak terlalu berharap banyak, tak jarang juga ibu menolak karena masih memiliki penghasilan sendiri sebagai pekerja di sentra oleh-oleh rumahan di daerah Garut. Tapi sebagai anak laki-laki satu-satunya Jaka memiliki kewajiban dan tanggung jawab besar untuk penghidupan ibu dan adik perempuannya.
Semakin malam, suasana club and bar semakin ramai, apalagi DJ yang sedang beraksi adalah DJ Amber, DJ kesayangan warga ibukota.
Diantara temaram lampu dan hingar bingar ruangan ia bisa melihat sosok yang sedang memainkan panel alat disc jockey dan meliukkan tubuh indahnya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Aku dukung kamu Net..👏👏👏💪💪💪💪
2024-12-23
0
Qaisaa Nazarudin
Nah gitu dong Net..Baru lega aku..
2024-12-23
1
Ney🐌🍒⃞⃟🦅
jaka cwo yg 👍👍
2024-06-26
0