Ibu sudah bisa tenang, tak se-reog tadi meskipun tatapannya tetap menyiratkan kilatan marah, kecewa dan menyayangkan. Jaka dapat melihat itu, tanpa sadar sejak tadi Neta menggenggam tangan Jaka, entah ia yang ikut gugup atau memang takut, takut kalau ibu ngamuk-ngamuk lagi, takut jika Jaka tiba-tiba berubah pikiran untuk mengatakan semuanya, takut dengan keadaan yang terjadi sekarang. Neta melirik Jaka dari samping, ada luka cakaran kuku ibu di tulang rahang dekat leher Jaka, membuat rasa bersalah menyeruak di hati. Ia tak menyangka jika ibu akan sengamuk ini.
"Sudah berapa lama kamu pacaran dengan Neta?" tanya ibu.
"Udah lama bu!" tukas Neta menembak begitu saja, mereka kompak menatap Neta termasuk Jaka.
Pemuda itu kemudian melirik tangannya yang mulai basah dengan keringat karena digenggam tangan gadis itu, lebih tepatnya tangan Neta yang berkeringat, ciri-ciri orang yang sedang berbohong memang seperti itu bukan? Tangan Neta begitu erat menggenggam tangannya, Jaka beralih menatap Neta, gadis itu...dengan garis wajah dan lekukan maha sempurna, sebut saja ia katro karena menurutnya gadis ini termasuk yang paling cantik yang pernah ditemui dan dikenalinya. Jaka memang jarang memiliki kenalan wanita.
"Ibu nanya Jaka, Neta. Kamu diem!"
"Ya gimana Jaka mau buka suara, orang dia udah jiper duluan ibu pelototin gitu, mata ibu ada lasernya!" sewot Neta kembali ke mode awal.
"Kapan kalian ngelakuin perbuatan lak nat itu?" tanya nya lagi, padahal di sampingnya Syifa sudah menggeleng meminta ibu untuk tak menggunakan emosi.
Jaka menghirup nafas dalam, Neta menoleh saat terasa olehnya lelaki ob itu akan angkat bicara, bahkan ia sudah menggigit bibir bawahnya saking takut, degupan jantung Neta seperti sedang dangdutan saat ini.
"Tujuan saya datang kesini untuk bersilaturahmi, kalau memang ibu dan keluarga mengijinkan, saya ingin meminang Shanneta," ucap Jaka, tak ada ucapan dengan nada menggebu, sewot ataupun marah, ia begitu tenang dan datar.
"Saya nanya kapan kalian ngelakuin itu?!"
"Bu," bisik Syifa menegur. Wajar saja Jaka tak bisa menjawab, toh ia dan Neta tak pernah melakukan apa yang dituduhkan, ia tak mengiyakan atau bilang tidak, tujuannya kesini adalah melamar Neta sesuai perjanjiannya bersama Neta, bukan untuk berbohong.
Apakah Neta harus bilang wow sambil terbang pake baling-baling bambu? Ia mengerjap beberapa kali menatap Jaka di sampingnya, tiba-tiba saja lelaki datar yang coklat manis itu menoleh ke arahnya, tepat ke arah netra indahnya, "saya kesemsem sama Neta....insya Allah sayang."
Shanneta bukan lagi terkejut, ia sampai membuka mulutnya sedikit, membeku di tempat saat mata sayu Jaka mengunci pergerakan bola matanya, gilaaakkk! Baru kali ini ada cowok yang bisa ngunci mata, sampe bikin gugup gini! Ob loh ini, bukan direktur utama atau manager! Apakah ia semacam tukang hipnotis? Kalau memang Jaka sedang drama, ia wajib dapet piala oscar soalnya kaya nyata bro!
Keren! Keren! Neta berujar dalam hati.
"Sayang kamu juga," balas Neta dengan polosnya. Padahal dalam hati ia ingin tertawa terbahak, iuhh iuhhh Neta, idup lo drama!
Syarif berdehem menghentikan kontak mata keduanya, "kalau memang begitu adanya maka jangan ditunda lagi, Jaka...saya undang kamu bersama keluarga kesini, akan kami sambut apa adanya kami," angguk Syarif.
Ibu menghela nafasnya dan menghapus jejak-jejak air matanya, "apa pekerjaan kamu?" tanya ibu.
"Bu!" tegur Neta.
"Kenapa? Ibu cuma nanya, apakah bisa menafkahi anak dan cucu ibu nantinya? Biar kamu ngga keluyuran lagi malem-malem di tempat terkutuk itu!"
"Insya Allah bu, pekerjaan saya memang tidak menghasilkan banyak pundi-pundi, tapi sangat saya syukuri, dan insya Allah saya mampu menafkahi Neta," jelas Jaka. Meski disini ia sendiri, tapi pembawaannya yang kalem seolah tak merasa tersudutkan, karakternya begitu kuat.
"Memangnya apa pekerjaannmu Jaka?" tanya Syifa.
"Jika siang saya jadi montir, lalu selepas isya saya jadi seorang cleaning service di Shangri-La,"
Ibu sedikit terkejut dengan apa yang disebutkan oleh Jaka, sampai harus mengulangi jawaban Jaka, "ob? Montir bengkel?" ia menggeleng, impossible. Pasalnya ibu tau bagaimana gaya hidup putri bungsunya itu, bukan merendahkan atau meremehkan tapi jika dilihat dari kacamata ekonomi siapapun, termasuk anak kelas 5 SD saja bisa melihat pendapatan Jaka dan pengeluaran seorang Shanneta Amber jelas lebih besar pasaknya, lantas bagaimana ia akan mencukupi hidup putrinya? Apakah gaji cleaning service di Shangri-La begitu besar?
Ibu baru saja akan kembali angkat bicara, namun Neta sudah memotongnya, "suka ngga suka ibu harus terima pilihan Neta, bukannya kita ngga boleh melihat orang dari apa pekerjaannya? Bener kan mas? Berapa pun kisaran nafkah seorang imam yang akan diterima istrinya, maka sang istri harus ikhlas? Yang penting halal. Neta yakin, a Jaka juga bakalan berusaha buat menuhin kebutuhan dapur, kebutuhan Neta sama nanti calon anak kita kan, A?" Ia benar-benar ingin tertawa dengan dramanya sekarang, pak sutradara tolong gaet gue! Padahal realita tak akan seindah ucapannya barusan, dipikir makan bisa dibeli pake daun?!
Jika sudah berurusan dengan begini maka Syarif dan Syifa pun tak bisa menyalahkan dan mengangguk setuju.
"Ya sudah, kalau begitu...kapan keluargamu bisa datang kesini Jaka?"
"Saya ingin pernikahan sederhana saja mas, kak, bu...sesuai budget yang saya punya," jawab Jaka.
Ibu kembali mengerutkan dahinya, "ya ngga bisa gitu, disini juga ibu punya tetangga, kenalan, teman semasa ayah Neta hidup bahkan sampai sekarang...itu harus diundang juga,"
"Kalau gitu beri saya waktu untuk mengadakan resepsi, kalau memang ibu mau adakan resepsi besar, maka saya harus menabung terlebih dahulu..." jawab Jaka. Kini Neta hanya bisa kicep saja, obrolan ini sudah begitu jauh dari konteks. Niatannya hanya ingin merubah status saja biar keluarga tak menuntut untuk ia segera menikah terlebih dengan seorang habib.
"Sampai kapan? Sampai anak kalian lahir, terus ngga bisa nabung lagi?" tanya ibu.
"Bu, Neta ngga mau pernikahan Neta banyak diketahui orang! Biar aja yang penting Neta sah, toh mereka kan ngga akan ikut ngurusin rumah tangga Neta, yang penting tuh bukan resepsinya tapi sah dan selamatnya!" jawab Neta. Mungkin Neta tak akan bisa memahami pikiran ibu, begitupun ibu yang tak bisa memahami pikiran Neta.
"Cukup dikasih hampers aja! Kalo emang ibu pengen adain resepsi, nanti kita pikirin lagi," lanjutnya, kini ibu hanya bisa diam jika itu sudah menjadi keinginan sepakat keduanya. Sebenarnya ibu cukup mampu kalo buat sewa gedung dan catering, pensiunan ayah Neta selalu ia sisihkan setiap bulannya untuk tabungan karena untuk sehari-hari jujur saja, Syifa dan Neta selalu memberinya.
.
.
.
.
Note :
* jiper : takut, ciut nyali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Harusnya ibu bersyukur dong,Dengan gaji Jaka yg begitu juga bisa merubah hidup Neta biar bisa berhemat, Menurut ku karakternya Jaka sama Syarif itu 11 12 Tenang dan bertanggungjawab,Jadi ibu tenang aja,Semoga Jaka bisa merubah anak ibu menjadi anak yg lebih baik..
2024-12-23
1
Ney Maniez
aa jaka👍👍
2024-06-13
0
Rizky Rahma Aulia Akbar
aku kawal deh a Jaka. aku kawal sama polisi2 juga nih, tentara sama patwal sekalian
2023-04-04
1