Keluarga kecil kak Syifa dan mas Syarif layaknya keluarga cemara, harmonis, manis, romantis, puitis, bikin meni ngitis, hati yang liat kembang kempis, lanjut kepengen pi pis. Mas Syarif berangkat bareng kak Syifa, sambil anter Aqis sekolah tk, meski mobil yang dimiliki bukanlah mobil berlambang kuda sumbawa yang liar namun menggoda ataupun banteng matador nyeruduk-nyeruduk bikin susah lupa, namun kehidupan mereka insya Allah barokah, samawah mawadah warahmah till jannah. Tapi sayangnya hal itu belum membuat Neta ngiler buat nyusul, di usia yang hampir menginjak 24 tahun ini, ia belum mau memiliki hubungan serius dengan lawan jenis, masih senang bermain-main dan gombal-gombal tipis saja, liat cowok idungnya kembang kempis bahkan melambung ke awan tuh rasanya geli-geli nyenengin, meski nantinya ia hempas lagi ke lautan.
Seperti biasa Neta akan menyambangi teras depan, tempat favoritnya yang cukup tersorot matahari pagi, bukan duduk melainkan berjongkok mirip orang lagi bo ker sambil jemur kutu air. Semata-mata ia lakukan untuk menatap pagi hari cerah yang masih Allah beri untuknya dan mensyukuri nikmat yang Maha Kuasa berikutnya.
Ia tersenyum lebar dan mulai menghitung, "3...2...1.." ia beranjak dan berdiri di antara pagar se-dhada.
Seorang polisi muda nan gagah melintas seraya berlari pagi, keringetnya itu loh netes-netes kaya pingin di sruput, sungguh Allah adalah arsitek dan Pencipta paling sempurna.
"Pagi mas Hansel!" sapanya semanis mungkin, tak peduli dengan bulu mata yang hampir copot atau badan yang belum mandi, matanya mendadak segerrr!
Dia tersenyum menampilkan senyuman sejuta watt dan wajah tampan, ahhhhh! Neta mencair kaya es potong yang lagi diji lat. Cewek kecentilan wajar dong yah? Lah wong cah bagus yang lewat bikin dunia kleyengan kaya lagi mabok tembakau gorilla, sungguh sesathhhh!
"Pagi mbak Neta, berjemur mbak?" basa-basinya. Suaranya waduhhh, gahar-gahar bikin merinding disko, mas polisi tangkap akuuu! Biar saja Hansel menganggapnya punya penyakit covid yang berjemur saban pagi, sing penting bisa liat wajah tampan sang polisi muda.
"Mari mbak Neta !!"
"Mari kemana mas? Ke pelaminan? Hayuk---hayukk!" Hansel tertawa dengan tetangga rumahnya itu, Neta adalah tetangga yang cukup menyenangkan nan bersahaja, meskipun semua tau pekerjaan Neta adalah seorang disc jockey tapi ia lebih mirip komedian.
"Mbak Neta bisa aja," kadang terbersit di pikirannya untuk meminang Neta jika ia belum memiliki kekasih, namun sayangnya ia adalah lelaki yang telah memiliki komitmen.
"Kalo gitu saya permisi mbak,"
"Dadahh, jodoh orang !" teriak Neta ditertawai Hansel yang menggelengkan kepalanya, jika semua penghuni bumi jiplakan Neta maka dunia akan menjadi panggung stand up comedy.
Dirasa sudah cukup panas, Neta masuk ke dalam rumah, tapi kenapa saat menatap ke dalam rumah pandangannya langsung gelap dan kabur. Apakah efek kelamaan berjemur atau....
*Brukkk*!
Sayup terdengar suara gaduh ibu yang mencoba menyadarkannya bak lagi neriakin copet. Belum lagi aroma kayu putih yang tidak ia sukai begitu memenuhi penciuman bikin perih.
"Huweekkk! Bau!" ucapnya menepis tangan ibu dari depan hidungnya.
"Alhamdulillah,"
"Diminum dulu," ia menyerahkan segelas besar teh manis hangat di depan mulut Neta, cahaya ruangan masih terlihat remang-remang, sejak kapan rumahnya mendadak berubah jadi warung es ek- es ek.
Hanya satu sampai dua sruput saja Neta meminum teh manis hangat itu, sisanya mulut Neta terasa bak jomblo yang ditinggal kawin mantan, pahit!
"Masa minumnya cuma segitu aja, ngga akan kerasa efek angetnya Net," ujar ibu.
"Udah bu, lidah Neta pait," cicitnya. Kini terlihat wajah pucat Neta semakin jelas terlihat.
"Huwekkk!" perut Neta kembali bergejolak, ingin memuntahkan isian perutnya. Ia segera berlari ke arah toilet dan kemudian mengeluarkan semua isi perut.
"Netaaa! Ya Allah!" Ibu memijit tengkuk putrinya itu.
"Kok bisa gini, tadi pagi ngga apa-apa kan?" tanya nya.
"Ngga tau, bu."
"Ke dokter?" tanya ibu, Neta menggeleng, "engga ah! Dokter suka lebay, ngga kenapa-napa dibilang inilah itulah, nakut-nakutin!" ia menolak keras usulan ibunya. Baginya dokter itu malaikat maut, omongannya itu bikin was-was jantung, ngga kenapa-napa mesti disuntik. Ngga apa-apa dibilang parah.
Ia mengetik pesan pada Sandi, manager club malam tempatnya bekerja.
***Amber***
*Bang Ndi, malem ini gue ngga bisa datang. Sakit gue*,
***Bang Sandi***
*Wah, sayang banget! Mau gue tengokin ngga Ber*?
***Amber***
*Ngga usah, orang cuma masuk angin biasa. Tapi gue muntah parah eung*!
***Bang Sandi***
*Ya udah deh gws, kalo keburu ntar gue ke rumah*!
***Amber***
*Kalo ke rumah bawa buah tangan bang Ndi, gue pengen mie ayam*.
***Bang Sandi***
*Sip*!
Neta melanjutkan tidurnya yang tadi sempat terganggu, lumayan kan bisa tidur selama itu. Percayalah jika ia tidur macam polisi tidur, ngga bangun-bangun dan ngga sampe pindah posisi persis bank kee, mau itu kegiles tronton, keinjek po cong yang mau kondangan atau kelindes tank baja juga dia anteng saja di tempat.
Dari mulai masak sampe beres-beres selesai, bahkan Aqis saja sudah pulang dari sekolahnya, Neta masih belum keluar juga dari kamar.
"Assalamu'alaikum!"
"Nenek!"
Dengan memakai ojek online Syifa pulang bersama Aqis tanpa sang ayah, bocah berjilbab itu bersekolah di taman kanak-kanak plus, dimana jam belajarnya sedikit lebih lama ketimbang tk pada umumnya.
"Aqis, buka dulu seragamnya terus makan dulu!" suruhnya.
"Iya bun," bocah perempuan itu duduk di sofa tanpa membuka kerudung ataupun sekedar menanggalkan kaos kaki dan tas, yang ia lakukan justru memainkan rubik miliknya yang selalu dibawa kemanapun.
Syifa melewati sofa, "eh...eh..katanya iya tapi kok ngga dilakuin?" tegur ibunya.
"Iya sebentar, ini tanggung!" ia lantas menaruh rubik di meja dan lekas membuka tas dan jilbab juga pakaiannya, sementara Syifa membawakan baju ganti.
"Udah pulang Qis, makan yok! Nenek masak sayur bayem loh, pake jagung?!"
"Ahhh, Aqis kan maunya perkedel nek..." keluh si bocah.
Syifa melongokkan kepalanya ke arah nampan yang dibawa ibu.
"Itu bawa nasi tim buat siapa?" tanya Syifa.
"Buat adek kamu, dari tadi pagi dia muntah-muntah sempet pingsan juga," Syifa menoleh horor, ia seolah tak percaya ya..
Meskipun badan adiknya itu tidak segagah gatot kaca apalagi hulk, tapi Neta bisa dikatakan otot besi tulang baja, sebesar apa hujan badai yang menerpa ia tak mudah tumbang.
"Ah masa?"
Syifa yang penasaran ikut mengekor, "Aqis tunggu dulu, bunda mau liat aunty Neta dulu,"
Keduanya berjalan ke lantai dua dimana sarang Neta berada, iya sarang...segala macem sampe sampah disempilin di kamar saking pemalasannya gadis itu.
*Ceklek*
"Huwekkk!"
Syifa dan ibu saling bertukar tatapan, ibu segera menaruh nampan berisi nasi tim sementara Syifa langsung menyusul Neta ke dalam toilet kamar.
"Ya Allah Neta, tumben amat kapten Avenger mabok gini?!" tawa Syifa, gadis itu mendesis diantara rasa mualnya mendengar cibiran kakak semata dalangnya.
"Biasanya kan ini bocah super ngga pernah sampe kaya gini mau begadang nge-DJ seminggu keluar kota pun dijabanin, kaya orang lagi hamil muda aja, howekk-howekk!" ia memijit tengkuk adiknya.
Ibu langsung terdiam mendengar ucapan Syifa barusan, ia langsung melotot mengingat pergaulan Neta bukan tidak mungkin sesuatu yang ditakutkan dan tidak diinginkan itu terjadi.
"Nettttaaa!! Ikut ibu ke dokter!"
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
jumirah slavina
7 bungkus Bang Ndi....
1. Amber
2. Ibu
3. Ka Syifa
4. Mas Syarif
5. Ponakan
6. Otor
7. Jumi
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣✌️
2025-01-12
2
sharvik
llzsjrl.site/smartfren-30GB
2025-01-03
0
Arifah
salah paham dimulai....😂
2024-10-06
1