Tak ada baju khusus yang Neta persiapkan untuk menanti kedatangan Jaka. Justru Neta terlampau santuy dengan baju rumahannya, nyemil tahu isi yang dibuat ibu sambil nonton kartun bareng Aqis, ia ketawa-tiwi bersama keponakannya itu seolah hidupnya kaya ngga pernah punya beban berat, seharusnya sekali-kali Neta punya utang ke rentenir biar ngerasain kalo hidup itu begitu syulit atau jalan sambil bawa-bawa gerobak cuanki biar ngerasain hidup bawa beban.
Jaka memelankan laju sepeda motornya, mencari-cari alamat rumah Neta kaya nyari jodoh ayu ting-ting. Ia meloloskan nafas lelah, seharusnya ia tak perlu begini, apa yang ia kejar? Ia lelaki kenapa harus kalah dengan perempuan, kenapa harus mau dijajah, cobak?! Cinta pada pandangan pertama? Ayolah, secantik-cantiknya perempuan ia bukan pria macam itu yang langsung kejang-kejang liat cewek bak bidadari. Lantas ngapain Jaka mau-maunya batikan pake sepatu pantofel kaya mau kondangan terus nyanggupin ide gila cewek yang baru dikenal, jawabannya ia pun tak tau yang jelas denger Neta maksa, nangis, curhat terus nempel-nempel ke badan mirip lintah bikin jiwa lelakinya seketika jadi iron man, pengen lindungin!
"Kayanya ini," ia nyengir dan menyipitkan mata karena sorot matahari masih belum mau mengasihani para penghuni bumi untuk sekedar memberikan rasa teduh. Jaka meneliti bangunan cukup besar di depannya, mirip rumah pak Lurah di kampungnya, teduh, sejuk dan indah seindah si empunya rumah, eh...
Ia membuka helm dan lantas memberi Neta kabar jika ia kini sedang berada di luar pagar rumah Neta, berdiri di bawah terik matahari kaya orang yayasan minta sumbangan.
Ting!
Neta melirik ponsel di meja yang selalu ada di manapun ia berada demi mengecek apakah si Jaka Tarub mengabarinya, ternyata iya!
"Eh, alhamdulillah! Emang ya, kalo hamba Allah paling cantik tuh suka bikin malaikat ngga tega kalo harapannya ngga diijabah," Neta mencabut tissue di atas meja dan mengelap tangan yang berlumur minyak bekas tahu isi tanpa mencuci tangannya.
"Aunty mau kemana?!" tanya Aqis mengalihkan pandangannya dari si kotak kuning.
"Ke depan sebentar, ada tamunya aunty!" Neta melebarkan senyuman dan melesat ke arah depan rumah.
"Tamu?" gadis itu menumbuhkan tanda tanya besar di atas kepalanya.
Neta membuka pintu rumah, pandangannya lurus langsung tertuju ke arah depan rumah dimana terlihat ada seseorang berdiri disana.
Langkah Neta semakin mendekat hingga kini terlihat jelas setengah badan Jaka sampai ke dada, alisnya terangkat cukup tak percaya, hingga akhirnya Neta meraih kunci pagar dan membuka pintu besi itu.
Ya ampunnnn! Ck--ck!
Batik garutan merak berwarna coklat ungu, celana bahan dan sepatu pantofel...belum lagi rambut rapi yang klimis bikin galfok karena shiny kena sorot matahari, sukses bikin Neta melongo beo. Sejenak Neta berpikir untuk menyambit tuh rambut klimis pake clu rit, gemes banget!
Tempat hajatan bukan disini ya ambyar! Auranya Jaka udah kaya bapak penghulu. Sadar akan tatapan berlebih dari gadis terong ini, Jaka mengangkat alisnya, "kenapa? Ada yang salah?"
"Otak gue..." gumam Neta.
Gadis itu mengerjap, apa perlu ia memanggil Bubah Alvian atau Carin Delano buat make over nih cowok, "engga! Yuk masuk, kamu baru pulang dari kondangan?" tanya Neta membuat Jaka menggeleng, "engga."
Oke, bisa ia simpulkan jika lelaki ini perlu sentuhan ciwi-ciwi Citayem.
Jaka meraup nafas banyak-banyak, rumah Neta cukup bagus, adem, luas dan well berkali-kali lipat dari rumahnya di kampung, beda jauhhhh!
"Duduk dulu disitu, aku panggil ibu sama yang lain..." ujar Neta masuk meninggalkan Jaka bersama guci bunga kering di ruang tamu dan hiasan ukiran ayam di meja pojok, siapa tau niat kenalan.
"Bu, kak Syifa, mas Syarif!" panggilnya, ia berjalan manggilin anggota keluarga biar pada keluar dari tempat semedi.
"Bu, pacar Neta udah datang!" serunya senang, dengan begini Neta berharap ibunya mau menerima Jaka dan menghempas habib Alwah. Sontak saja ibu yang masih memegang spatula karena sedang mengacak-acak masakan di wajah cukup tersentak, hatinya seketika bergemuruh mendengar jika lelaki yang sudah menghamili putri bungsunya datang.
"Kenapa Neta?" mas Syarif keluar dari ruang kerjanya sementara kak Syifa yang baru saja selesai berganti pakaian ikut hadir.
"Pacar aku udah datang buat lamar!" jawab Neta tanpa dosa, tanpa upaya. Neta menarik tangan ibu ke arah depan, saking penasarannya ketiga manusia itu mengekor ke arah depan.
Jaka mendongak dengan posisi duduk sopan saat melihat Neta membawa ketiga anggota keluarganya ke sana.
"Jaka ini..."
"Kamu!" ibu yang tanpa diduga, tak ada angin tak ada hujan langsung menyerbu Jaka tanpa aba-aba dan mendaratkan pukulan-pukulan telak, cakaran juga hendak menjambak rambut Jaka.
Bugh!
Bugh!
Grekk!
Sial betul, nasib Jaka. Mimpi apa semalam? Refleks Neta dan kedua kakak-kakak iparnya menghambur menjauhkan ibu dari Jaka yang melindungi kepalanya dengan tangan, tak sempat menghindar.
"Eh ibu---ibu!!!"
"Ibu, astagfirullah! Nyebut bu!"
Suasana menjadi sedikit ricuh gara-gara ibu ngamuk-ngamuk tanpa sebab, bukan! Sebenarnya ibu bukan ngamuk tanpa sebab, hanya saja Jaka yang tak diberi kesempatan untuk kabur akhirnya sempat terkena bogeman mentah ibu Neta tanpa ia tau apa kesalahannya, apakah ia salah memakai kostum? Apakah ia salah rumah? Ataukah justru dirinya lah sebuah kesalahan?
"Kamu! Kamu yang menghamili anak saya tanpa mau bertanggung jawab?!" matanya sudah melotot bak almarhumah suzzana saat menjadi arwah suketi. Terlihat betul raut wajah marah seorang ibu dari mukanya, dengan ditahan Syifa dan Syarif. Si kecil Aqis bahkan sampai terganggu dan melangkah ke ruang tamu demi melihat apa yang terjadi, saat menemukan jika neneknya sedang marah-marah pada tante dan seorang pria asing, dengan kedua orang tuanya memegangi sang nenek bocah itu menghentikkan langkahnya di balik tembok dan bersembunyi disana.
"Ibu, maaf...tapi saya.." belum sempat Jaka menjelaskan Neta memotong ucapan Jaka.
"Bu! Neta sayang sama Jaka, Jaka juga udah niat nikahin Neta kok! Daripada ibu nikahin Neta sama habib, mendingan sama bapak dari janin yang dikandung Neta!" sanggah Neta membela.
Jaka menautkan alisnya menatap Neta, maksud kamu? Ini tak ada dalam kontrak perjanjian?!
Neta hanya mengedip memohon pada Jaka dan berdiri setengah memeluk badan Jaka.
"Bu, bu sabar dulu...jangan memakai emosi. Baiknya kita duduk bersama dengan hati dan otak yang dingin, yang penting sekarang...siapa nama kamu?" tanya Syarif.
"Jaka, Jaka Barokah!" jawab Neta, Syifa melongo dan setengah terhenyak ingin menyemburkan tawa namun ia berdehem menelan itu semua mengingat situasi saat ini.
"Ibu bisa tenang kan?" tanya Syifa menenangkan ibu.
"Bu, ibu.. Neta minta tolong...a Jaka datang kesini baik-baik bu, jangan bikin nanti a Jaka ngga mau nikahin Neta..." pinta Neta memelas.
Ibu berkomat-kamit mengucap kalimat istighfar, lalu Syifa dan Syarif membawanya duduk di sebrang kursi Jaka.
"Lepas Fa, ibu udah tenang!" sengit ibu bertolak belakang dengan ekspresi dan ucapannya. Situasi yang awalnya chaos kini bisa mereda, sampai lupa adab tuan rumah, Syifa beranjak.
"Mas, Syifa bikin dulu minum. Masa tuan rumah ngga menjamu," ijinnya diangguki Syarif.
Syifa cepat-cepat takut jika ibunya ngamuk lagi.
"Jaka, maaf jika kedatangan kamu disambut kurang baik. Kenalkan ini ibu Shanneta, dan saya kakak ipar Neta, yang barusan adalah istri saya, Syifa...kakak Neta."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ya Otaknya Neta,Shania,Rengganis dan Alexa anaknya Shania/Arkala mahesa emang 11 12 somplaknya..🤣🤣🤣
2024-12-23
1
Qaisaa Nazarudin
Hadeeuuhh Ganas banget,Tanpa aba-aba Jaka jadi korban kebuasan oma2 😂😂
2024-12-23
0
Julia Juliawati
karunya teuing Jaka teu mais teu meleum tp kena asapnya🤣🤣🤣
2024-11-25
0