Ujian

Calada tersenyum puas. “Setelah kau berhasil mengambil permataku, aku akan bisa menyerap mutiara milik Ladon. Karena itu kau tidak perlu cemas aku akan kehilangan kekuatan. Justru aku akan semakin kuat karenanya.

“Aku tidak bisa memberikan mutiara ini padamu karena Ladon memberikannya padaku. Sihir naga akan memblokir siapa pun yang berusa menyerap permata yang tidak diberikan padanya oleh sang naga pemilik. Jadi kau harus mengambilnya sendiri dari dalam tubuhku. Apa kau mengerti, Nick?” tanya sang ibu sambil menunjukkan mutiara naga cemerlang yang ada di tangannya.

Nick mengangguk paham. “Aku mengerti, Ibu,” jawabnya singkat.

“Baiklah. Kalau begitu bersiap-siaplah. Aku akan membaca satu mantra dari buku ini, lalu mengubah wujudku. Akan muncul semacam portal di tengah dadaku saat berada dalam wujud naga. Kau melompatlah ke dalam sana dan jalani ujian untuk mencari permata,” perintah Calada kemudian.

Sekali lagi Nick mengangguk. “Baik, ibu,” ucapnya menurut.

Calada pun membuka bukunya yang bersampul kulit. Ia lantas membaca sebaris mantra dalam bahasa naga yang sulit dipahami oleh Nick. Bahkan setelah mencoba mempelajarinya selama ini, Nick tetap masih kesulitan mengartikan pelafalannya yang aneh.

Suara desis dan tercekat seperti digumamkan oleh Calada. Beberapa menit kemudian, seluruh tubuh Calada mulai bercahaya kemerahan. Sebuah lingkaran sihir terbentuk di bawah kakinya. Lambat laun, kuku-kuku di jari Calada mulai memanjang. Kulit manusianya mengeluarkan sisik berwarna hitam, yang terus meluas hingga memenuhi seluruh tubuh.

Kedua mata Calada berubah menjadi kuning, seperti reptil, lantas tubuhnya mulai membesar. Terus membesar diiringi cahaya berwarna merah yang semakin menyala terang. Nick mundur beberapa lompatan untuk mengambil jarak agar energi sihir ibunya tidak menerpa tubuhnya. Tekanan energi tersebut membuat Nick merasa sesak karena kekuatannya tak sebanding dengan energinya sendiri.

Setelah melalui proses selama beberapa menit, akhirnya Calada pun berhasil berubah menjadi naga hitam yang sempurna. Tubuhnya menjulang tinggi hingga nyaris mencapai langit-langit gua. Tepat di bagian dada tubuh naga Calada, Nick bisa melihat sebuah portal setinggi tubuhnya berpusar dalam rangkaian warna merah dan hitam. Nick tahu bahwa ia harus segera melompat masuk ke dalam sana untuk mencari permata naga milik ibunya.

Maka, setelah medapat aba-aba dari Calada, pemuda itu pun langsung melompat masuk melewati portal jiwa sang naga.

Sensasi panas membakar mendera tubuh Nick ketika melewati portal tersebut. Nick tak kuasa menahan diri untuk tidak mengerang kesakitan menahan terpaan energi luar biasa tersebut. Rasanya tulang-tulangnya pun seperti ikut terbakar. Pemuda itu berguling di lantai yang dingin, sambil meringkuk

Beberapa saat kemudian, akhirnya rasa sakitnya pun perlahan mereda. Nick akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya. Setelah cukup tenang, Nick pun bangkit berdiri dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang sangat mewah. Tempat itu semacam balairung di sebuah istana yang megah. Pilar-pilar pualam menghiasi empat sudutnya, dengan kubah tinggi bertabur permata. Segala perabot terbuat dari emas dengan sepuhan berlian yang mengkilau.

Di ujung ruangan, sebuah singgasana megah terhampar. Di bawah singgasana itu tergelar permadani merah yang lembut. Tepat di atas kursi singgasana, terdapat sebuah mahkota mewah dengan banyak permata penuh warna. Sungguh keindahan ini belum pernah disaksikan oleh Nick seumur hidupnya.

Belum selesai Nick terkagum-kagum, mendadak muncul selusin pria dan wanita dari balik pintu balairung. Mereka berjalan membungkuk dengan seragam yang sama. Masing-masing membawa nampan berisi makanan lezat, daging, buah-buahan, dan minuman anggur yang aromanya menggoda selera. Mereka berjajar di sepanjang singgasana dengan wajah tertunduk, tak berani menatap ke arah lawan bicara.

Seperti inikah suasanannya saat ia menjadi raja kelak? Penuh dengan kemewahan dan keindahan di istana. Dilayani oleh orang-orang yang bahkan tidak berani menatap wajah rajanya sendiri? Nick mendengkus pelan. Ia mengingat bagaimana sengsaranya penduduk desa yang pernah dia selamatkan. Nick pun mengenang kacaunya kota Linden yang penuh korupsi yang perdagangan gelap.

Kedua fakta  itu membuatnya tidak tertarik sama sekali dengan kemegahan tahta tersebut. Nick pun memilih berbalik dari ruangan itu, dan keluar melalui pintu yang ada di ujung lain singgasana. Sekonyong-konyong balairung istana itu membuyar ketika Nick mencoba membuka pintu.

Pemandangan lantas digantikan dengan suasana aneh yang serba merah jambu. Sepertinya Nick kini berada di sebuah kolam pemandian mewah. Sebuah kolam berbentuk melingkar terhampar di hadapan pemuda itu. seluruh permukaan airnya tertutup kelopak bunga berwarna merah jambu. Batu pualam diukir indah dengan bentuk patung-patung berwujud provokatif. Aroma wewangian yang manis dan sensual menguar dari tempat itu.

Tak sampai di sana saja, dari balik pilar-pilar yang ada di pemandian tersebut, mulai bermunculan gadis-gadis cantik berpakaian tipis dan terbuka. Beberapa di antara mereka bahkan tubuhnya nyaris tidak tertutup selembar kain samasekali.

Nick otomatis mengalihkan pandangannya. Ia tidak pernah melihat tubuh wanita segamblang itu sebelumnya. Meski sedikit canggung, namun Nick mencoba bertahan. Ia lantas mengingat peristiwa saat ia memandikan mayat-mayat yang terkena wabah di desa. Tubuh mereka kurus kering, dengan beragam penyakit kulit menjijikkan.

Membayangkan hal itu membuat hati Nick tergerak. Betapa menderitanya sang pemilik tubuh itu, karena harus mengalami rasa sakit luar biasa hingga membunuhnya. Nick lantas mengingat Aerin. Gadis elf itu juga mengalami penyiksaan luar biasa hingga tubuhnya dipenuhi luka. Ingatan-ingatan keji itu membuat Nick tidak lagi merasa canggung melihat tubuh perempuan. Ia hanya bersyukur dalam hati karena mereka tampak sehat dan tidak terluka, lantas berharap agar orang-orang yang menderita di luar sana juga bisa memiliki tubuh yang sehat seperti itu.

Setelah memikirkan hal tersebut, Nick kembali berbalik untuk mencari pintu keluar. Sekali lagi, visual tempat pemandian tersebut mulai memudar begitu Nick membuka pintu. Ujian ketiga pun akhirnya muncul.

Kini Nick berhadapan dengan sebuah tempat yang sungguh tidak asing baginya. Ini adalah sebuah gua. Letaknya tak jauh dari tempat tinggal Calada. Nick ingat persis lokasinya karena sering datang ke sini. Dengan kebingungan Nick pun mulai melangkah menyusuri tempat itu. Ia sama sekali tidak menyangka hal apa yang akan dia hadapi saat ini.

Akan tetapi, begitu ia berada cukup dekat dengan cerukan gua, langkah Nick pun terhenti. Sosok yang berada di depannya kini benar-benar tidak terduga. Nick terbelalak. Jantungnya berpacu dengan cepat. Pemuda itu belum pernah melihat sosok wanita yang berdiri di hadapannya. Ia mengenakan gaun indah, dengan wajah keibuan yang sangat mirip dengannya. Secara instingtif Nick langsung mengenali sosok tersebut.

“Ibu … ,” gumamnya dengan suara bergetar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!