Gadis Elf

Ruangan tersebut berbentuk setengah lingkaran dengan panggung kayu di depan. Penerangannya remang-remang, karena cahaya lampu hanya menyorot ke arah panggung. Tempat duduk berundak mengeliling panggung dengan posisi melingkar.

Neil membawa Nick untuk duduk di deretan belakang. Dari sana ia bisa melihat ke arah panggung. Seorang peutugas lelang berbicara pada khalayak dari balik podium. Orang itu menggunakan topeng yang hanya menutupi kedua matanya. Topeng kucing berwarna hitam. Dengan setelan berwarna senada, ia mengajak orang-orang di tempat tersebut untuk saling lempar harga atas seorang budak laki-laki kurus dan kumal.

Budak itu berdiri di tengah panggung dengan kepala tertunduk. Rambutnya panjang dan berantakan hingga menutupi seluruh wajah. Kaki dan tangannya diikat dengan rantai besi berpemberat. Dua orang petugas lain yang bertubuh kekar mengapit budak tersebut sembari menjaganya agar tidak kabur.

“Seribu keping perak!” seru seorang wanita dengan gaun biru yang terbuka di bagian dada. Wanita itu juga mengenakan topeng, tetapi Nick bisa langsung tahu bahwa wanita itu berasal dari kalangan orang-orang kaya. Pakaiannya terlihat mahal dan penampilannya juga sangat elegan. Wanita tersebut mengangkat sebuah papan berbentuk lingkaran yang bertuliskan nomor tempat duduk. Papan yang sama seperti yang berada di atas tempat duduk Nick saat ini.

Nick baru mengetahui fungsi papan nomor itu. Rupanya benda tersebut digunakan untuk menawar harga. Miliknya bertuliskan angka lima puluh dua.

“Seribu perak! Ada yang ingin memberi harga lebih?” tanya sang petugas lelang dengan palu kecil di tangan.

Sepuluh detik berlalu dan tidak ada lagi yang mencoba menawar. Petugas itu pun memukulkan palunya di atas podium sembari mengumumkan pemenang lelang atas pemuda lusuh tersebut. Budak itu lantas diseret masuk melalui pintu di bawah panggung. Sang wanita yang memenangkan lelang itu pun bersorak gembira. Ia bersama dua pengawalnya langsung undur diri dan berjalan memasuki sebuah pintu yang ada di dekat sana.

“Kini, sajian yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Makhluk langka yang menjadi puncak dari acara ini. Sambutlah, gadis suku elf!” seru sang petugas sembari merentangkan tangannya ke arah tirai merah di belakang panggung.

Tirai itu pun terbuka perlahan, menampilkan sosok gadis elf yang tadi dilihat oleh Nick. Gadis itu masih duduk bersimpuh di dalam sebuah kerangkeng besi berbentuk persegi. Tangan dan kakinya terikat oleh rantai besi yang dimantrai. Ia tidak melakukan apa-apa selain menatap tajam ke arah hadirin. Tidak ada keraguan atau ketakutan yang terlihat di matanya.

Nick tertegun. Ini kali pertama baginya bertemu dengan seorang efl. Ada perasaan tidak nyaman di hatinya yang membuat Nick merasa ingin menolong gadis itu. Tempat ini benar-benar kejam. Tidak seharusnya mereka memperjual belikan makhluk hidup seperti manusia atau elf.

“Kami akan membuka harganya di dua puluh keping emas! Apakah ada yang akan menawar lebih?” tanya sang petugas lelang.

Hampir seluruh hadirin mengangkat papan nomor mereka masing-masing. Nick dan Neil sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya. Mereka berdua hanya mengamati orang-orang yang saling melempar harga yang lebih tinggi.

Awalnya, semua tampak berjalan lancar. Namun kemudian, Nick mulai mengamati gadis elf itu mengeluarkan jarum kecil dari balik lengan bajunya. Sembari berpura-pura menatap audiens, gadis itu mulai mengotak-atik belenggu rantai yang mengikat tangannya.

Nick hanya memperhatikan dalam diam. Gadis itu terlihat sedikit tegang sekarang. Meski begitu ia tetap memastikan bahwa tidak ada yang menyadari dia sedang berusaha bebas. Hingga akhirnya, beberapa saat kemudian, kedua tangan elf itu pun benar-benar terlepas dari belenggu. Di detik saat belenggu tersebut lepas, elf itu segera melancarkan sihir pertamanya untuk menghancurkan kerangkeng besi yang mengurungnya.

Suara ledakan besar terjadi di panggung. Seluruh peserta lelang itu pun segera memekik kaget lantas mulai berlarian keluar dengan panik. Para petugas segera mengambil alih situasi. Orang-orang bertubuh kekar muncul dari balik panggung dan mulai berusaha menangkap kembali elf tersebut.

“Ayo kita pergi,” ajak Neil kemudian.

Akan tetapi Nick tetap bergeming. “Tunggu sebentar,” ujarnya pendek.

“Jangan terlibat. Kau bisa mendapat masalah kalau terlibat kekacauan ini. Lebih baik kita menghindar.” Neil terus membuju.

“Tidak. Aku akan menyelamatkan gadis itu,” sahut Nick bersikeras. Pemuda itu lantas bangkit berdiri dan mencabut pedang panjangnya yang tersarung di belakang punggung.

Neil hanya bisa menghela napas lelah melihat Nick yang sudah melesat ke arah panggung. Gadis elf itu sedang terdesak. Ia dikeroyok oleh sekitar delapan orang bersenjata golok. Sihirnya belum kembali secara sempurnya karena telah terlalu lama diikat dengan belenggu yang dimantrai untuk bisa menahan kekuatan sihir.

Di tengah pertarungan tersebut, sang gadis elf berhasil tertangkap. Seorang pria kekar memitingnya hingga tidak bisa bergerak. Pria lainnya kembali mengikat elf tersebut dengan belenggu sihir, tetapi Nick menyerbu orang itu dan menghancurkan belenggu tersebut dengan pedangnya.

Seluruh penjaga kembali terkejut melihat kemunculan Nick yang tiba-tiba. Meski begitu mereka pun segera menyerang Nick dengan golok di tangan masing-masing. Nick dengan mudah menepis semua serangan hingga mematahkan golok-golok tersebut. Dengan kelincahannya, Nick berhasil menumbangkan seluruh penjaga tersebut hingga semuanya jatuh pingsan.

Nick lantas berbalik dan mencari sang gadis elf yang telah dia selamatkan. Namun gadis itu sudah menghilang. Ia tidak lagi berada di panggung, alih-alih tengah kabur menyusuri tempat duduk berundak. Nick tidak berusaha mengejarnya. Ia membiarkan gadis itu melarikan diri, berharap tidak ada orang yang menangkapnya lagi.

“Cepat! Kita harus segera pergi dari sini sebelum pemilik pelelangan melihat kita!” seru Neil sudah berada di dekat Nick. Pria itu lantas menyeret Nick untuk keluar dari pelelangan melalui pintu lain yang tidak dijaga terlalu ketat.

Mereka menyusuri lorong, hingga tangga panjang sampai ke sebuah bangunan dengan interior mewah bak aula kediaman bangsawan. Hanya ada beberapa orang yang melihat mereka lewat. Namun orang-orang itu sepertinya berpikir bahwa Nick dan Neil adalah tamu pelelangan biasa. Mereka terus berjalan menembus aula hingga akhirnya berhasil keluar.

Matahari masih menyingsing saat Nick keluar dari rumah lelang. Rupanya pintu depan tempat tersebut menembus ke alun-alun kota. Gedung lelang itu cukup besar dan megah, seperti sebuah theater mahal untuk kaum orang kaya.

Neil terus menyeret Nick hingga jauh dari pusat keramaian. Mereka baru berhenti ketika akhirnya sampai di hutan perbatasan kota.

“Kenapa kita harus kabur?” tanya Nick setelah Neil melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Nick.

“Apa kau gila? Kau baru saja mengacaukan pelelangan dengan membebaskan seorang elf. Itu adalah barang terlangka di pelelangan tersebut. pemilik pelelangan adalah Duke penguasa kota Linden. Kau benar-benar berada dalam masalah sekarang. Lebih baik kita segera meninggalkan kota ini,” ucap Neil tampak tegang.

“Tidak bisakah aku melawannya saja? Rumah lelang itu tidak seharusnya beroperasi. Bagaimana mungkin mereka memperjual belikan manusia dan elf sebagai budak?” sergah Nick marah.

“Kau tidak akan bisa melawan Duke itu sendirian. Dia punya ribuan ksatria yang bekerja untuknya. Selain itu Duke juga bekerja sama dengan penyihir hitam. Da kalau pun secara ajaub kau bisa menangani wilayah ini, nantinya kerajaan akan mulai memburumu. Itu artinya lebih banyak kekuatan besar yang akan mengancam hidupmu. Tidak. Kau tidak boleh melakukan itu,” cerocos Neil panjang lebar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!