*Api di Kerajaan Jintamani (Akarmani)*
“Gusti Panglima Surap Bentala matiii!” teriak seorang prajurit yang berada di dekat mayat Surap Bentala. Kondisi mayatnya hancur mengerikan karena pecah-pecah mengerikan.
“Munduuur!” teriak Panglima Pulung Seket tiba-tiba berubah pendirian.
Komando Panglima Pulung Seket yang tidak sesuai rencana membuat pasukan pedang yang berada di lingkar luar merasa lega. Buru-buru setiap kepala prajurit alias pajrit yang memimpin lima puluh prajurit, segera berlari membubarkan formasi kepungan lapis dua. Mereka berlari teratur menjauhi pusat peperangan dan melewati pasukan panah yang bingung di tempat.
Alangkah terkejutnya Panglima Gagang Lembu yang memimpin pasukan tombak di lingkar pertama, yang mengepung Alma Fatara secara langsung.
“Jangan mundur! Jangan ikut berkhianat!” teriak Panglima Gagang Lembu cepat dan keras, demi menjaga mental dan semangat perang pasukan tombak dan panah.
Memang, pasukan tombak yang ada di depan dan pasukan panah yang ada di paling belakang semakin dilanda galauxcindrome melihat mengkhianatan pasukan pedang.
“Seribu tombak dan panah tidak akan bisa membuat seekor semut pun selamat!” teriak Gagang Lembu terus mencoba memelihara mental pasukannya yang down dan kacau. Lalu perintah pamungkasnya, “Pasukan tombak, seraaang! Bunuuuh!”
“Seraaang ...!” teriak para prajurit tombak di barisan paling depan sambil bergerak berlari maju dan menusukkan mata-mata tombaknya.
Secara tekhnis, barisan lingkaran terdepan para prajurit yang sudah rapat, tidak mungkin jika semua maju serentak menuju ke titik yang area lengkarnya jauh lebih kecil. Agar tidak berdesak-desakan seperti rakyat rebutan bantuan langsung tua (BLT), prajurit yang maju lebih dulu adalah barisan di dua sisi yang berseberangan.
Puluhan mata tombak maju dengan cepat menuju kepada sosok Alma Fatara yang tiba-tiba melakukan gerakan berputar dengan poros berdiri satu kaki seperti penari balet, bahkan lebih lihai dari atlet skating yang berputar di atas arena es.
Angin kencang langsung muncul dari putaran itu. Mata-mata tombak yang didorong kuat ternyata tidak sanggup menembus kekuatan angin yang menjadi benteng, bahkan kemudian mendorong mundur mereka semua yang maju.
Set!
Melihat itu, Panglima Gagang Lembu cepat melemparkan sebatang tombak kepada Alma Fatara. Tombak yang dilempar menggunakan tenaga dalam itu melesat cepat menembus pusaran angin yang mulai terbentuk, tetapi tombak itu masuk tidak jauh karena segera terlempar keluar dan menyasar seorang prajurit.
Di saat serangan pertama pasukan tombak terhempas mundur, putaran tubuh Alma Fatara kian kencang sehingga seperti putaran mata bor. Pusaran angin yang diciptakan semakin besar, tinggi dan kencang.
“Aaak! Aaak! Aaak ...!” jerit para prajurit satu per satu karena mereka mulai tertarik oleh kekuatan angin yang berputar.
Para prajurit terdekat mulai diterbangkan oleh angin.
Terkejutlah mereka semua melihat kedahsyatan angin tornado yang Alma Fatara ciptakan.
“Munduuur! Munduuur!” teriak Panglima Gagang Lembu panik.
“Munduuur! Munduuur!” teriak para prajurit tombak panik kocar-kacir.
Wusss!
Namun, tiba-tiba pusaran angin kian kencang, tinggi dan melebar. Puluhan prajurit langsung tersedot dan terbang masuk naik ke dalam pusaran angin.
Melihat angin badai itu kian mengganas, Panglima Gagang Lembu buru-buru menggebah kudanya untuk menjauh secepatnya. Namun, para prajurit yang lari tunggang langgang membuat kuda sang panglima jadi panik dan berlari tersendat-sendat.
Wusss!
Ternyata angin tornado lebih cepat meluas area jangkauannya dan menyambar Panglima Gagang Lembu bersama kudanya dan puluhan prajurit yang sudah berusaha kabur.
Sementara itu pasukan panah hanya bisa ternganga melihat ratusan prajurit tersedot angin tornado lalu diterbangkan berputar naik melangit. Lama kelamaan pucuk pusaran angin yang berwarna kehijau-hijauan itu semakin tinggi hendak menggapai awan.
“Munduuur! Jangan sampai kita tertarik angin!” teriak seorang kepala prajurit panah kepada pasukannya.
Maka pasukan panah yang sempat terpaku takjub buru-buru balik kanan dan lari tunggang langgang.
Wusss!
“Aaak! Akk! Aak ...!”
Lagi-lagi pusaran angin semakin kencang dan melebar, menyambar separuh pasukan panah yang paling belakang kaburnya.
Bukan hanya orang-orang hidup yang terbawa angin, mayat-mayat dan bangkai kuda-kuda juga dapat jatah terbang.
Beruntung separuh dari pasukan panah masih ada yang bisa lolos dari jangkauan angin. Beberapa prajurit bahkan harus memilih menancapkan anak panahnya ke tanah, lalu berpegangan dengan kuat saat tubuh mereka tersedot. Pada akhirnya, upaya bertahan itu sia-sia.
Di sisi lain, pasukan yang sebelumnya telah membelot dari perintah, mereka hanya bisa ternganga dengan bersyukur di dalam hati karena pengkhianatan mereka membawa selamat.
“A-a-apa itu, Kakang Garam?” tanya Ning Ana yang terperangah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Itu namanya ilmu Angin Tujuh Langit, Sayang. Karena kesaktian inilah Alma bisa mengalahkan satu pasukan besar seorang diri,” jawab Garam Sakti.
Mereka berdua sedang berada di atas pohon yang sedang bergoyang karena angin yang bertiup kencang.
“Ayo kita turun, anginnya semakin kencang!” ajak Garam Sakti.
“Wah wah wah! Kakak Alma memang benar-benar dewi,” ucap Ning Ana sambil bergerak naik ke punggung Garam Sakti dan menggendong di situ.
Garam Sakti lalu bergerak turun seperti monyet yang menggendong anaknya.
Setelah mengangkat semua prajurit tombak ke udara dan berputar dalam pusaran, angin besar nan tinggi menjulang itu lalu mulai melemparkan korbannya keluar dari pusaran, seiring kekuatan angin yang mulai berkurang perlahan.
Tubuh-tubuh yang terlempar dari ketinggian udara itu jelas meluncur ke bumi karena tertarik oleh gaya gravitasi, bukan oleh wanita cantik. Jatuh menghantam bumi dari ketinggian udara jelas membunuh para prajurit itu dengan berbagai gaya, dari yang jelek sampai yang keren. Namun, sekeren-kerennya gaya jatuh mereka, tetap saja intinya mereka mati dengan badan dan tulang yang hancur.
Semakin mereda angin tornado dari ilmu Angin Tujuh Langit, maka semakin banyak tubuh-tubuh yang berjatuhan ke tanah lembah. Orang-orang yang menyaksikannya hanya bisa mengerenyit syok, bahkan ada yang menutup mata. Sudah pasti bahwa tidak akan ada yang bisa selamat dari kematian jika jatuh dari ketinggian burung terbang seperti itu.
Terjadilah hujan manusia yang diwarnai hujan rerumputan yang ikut tercerabut ramai-ramai. Lebih seribu pasukan yang jatuh tersebar di area lembah, bahkan beberapa tubuh prajurit jatuh ke daerah hutan di dekat Magar Kepang.
“Jiaaak!” pekik Magar Kepang terlompat kaget ketika ada satu tubuh jatuh dan hancur berpatahan di depan kakinya. Itu bahkan membuat Magar Kepang agak gemetar.
Beberapa tubuh juga ada yang jatuh di tengah-tengah pasukan yang berkumpul di ujung lembah.
Semakin lama, angin tornado semakin mengecil, yang kemudian menghilang wujudnya dengan hanya menyisakan angin kencang yang tidak terlihat.
Akhirnya, angin pun mereda dan hilang. Suasana lembah yang tadi begitu bising oleh suara angin, jeritan-jeritan panjang, suara jatuh, dan pepohonan hutan yang bergoyang kuat telah lenyap. Suasana berganti dengan pemandangan lembah yang banjir mayat dan bangkai kuda. Ada genangan darah di mana-mana. Senjata dan perlengkapan perang juga berserakan tidak teratur karena memang tidak bisa diatur. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
blom juga lari udh kena musibah lgi prajuritnya 🤭🦖🦖
2023-08-27
0
Senajudifa
mantap alma
2023-05-23
1
Gini Antika
kalau sudah begitu celana celana ikut tersedot ya om..😜😜😜
2023-04-14
2