*Api di Kerajaan Jintamani (Akarmani)*
Alma Fatara kini berhadapan langsung dengan Panglima Utama Surap Bentala di tengah-tengah kurungan seribu pasukan tombak yang rapat dengan tameng kayu. Lingkaran tebal itu masih berada di dalam lingkaran pasukan pedang yang tebal barisannya lebih tipis tapi lebih lebar. Di sisi utara dari pengepungan terhadap Alma Fatara itu ada ratusan pasukan panah yang siap dengan busur dan anak panahnya.
“Aku duluan, Paman!” teriak Alma Fatara sambil berlari maju dan melancarkan serangan berupa pukulan dan tendangan biasa.
Namun ternyata, Surap Bentala tidak mau berlama-lama. Dia ingin langsung membunuh Alma.
Mendapati Alma Fatara bertarung dengan cara biasa, Surap Bentala langsung membalasnya dengan serangan yang cepat dan bertenaga dalam tinggi. Sebab, jika menunggu wanita itu mengeluarkan kesaktiannya, akan berbahaya.
Serangan cepat dan keras Surap Bentala sempat membuat Alma terbeliak, tapi kemudian tersenyum.
Babak!
“Hukh!” keluh Surap Bentala terkejut dan sakit.
Ternyata setelah tersenyum, Alma Fatara yang sedang termundur-mundur, tiba-tiba maju dengan gerakan tangan yang nyaris tidak terlihat oleh sang panglima utama. Tahu-tahu Surap Bentala merasakan dadanya dihantam satu pukulan. Sebenarnya dua pukulan, tetapi karena terlalu cepatnya, jadi terasa satu pukulan.
Surap Bentala terjajar dan nyaris jatuh terjengkang. Masih untung kaki kirinya cepat dia lempar ke belakang untuk menjadi penahan di tanah.
Inilah yang dikhawatirkan oleh Surap Bentala. Belum apa-apa dia sudah ditunjukkan gerakan Alma Fatara yang sangat cepat dan tidak bisa dia baca.
Terkejut para prajurit melihat panglima mereka sepertinya terkena serangan, sebab mereka tidak bisa melihat dengan jelas.
“Senopati Gending Suro telah memberontak. Dia membuang jauh Ratu Warna Mekararum dan mengumumkan bahwa Gusti Ratu telah mati. Prabu Marapata pun berada di bawah kendali Senopati!” teriak Alma Fatara sambil melancarkan serangan tangan yang keras kepada Surap Bentala bertubi-tubi.
Alma Fatara sengaja mengeraskan perkataannya agar pasukan yang mengepungnya itu mendengar. Dan memang itu mengejutkan para prajurit.
Sementara Surap Bentala menangkis pukulan-pukulan keras Alma Fatara dengan pedang dan kerisnya yang masih belum dicabut.
“Aku tawarkan satu kesempatan lagi, Paman! Tunduk kepada Ratu Warna atau mati bersama semua pasukanmu!” teriak Alma Fatara lalu melompat bersalto dengan putaran tubuh yang cepat.
Dak! Dug!
Begitu cepat putaran tubuh Alma, sehingga tahu-tahu tungkai kaki kanannya sudah mengapak kepala sang panglima. Namun, Surap Bentala mampu menangkis dengan memalangkan pedangnya di atas kepala. Kerasnya hantaman tendangan mengapak itu membuat lelaki gagah itu jatuh terlutut satu kaki.
Alma Fatara melempar tubuhnya kembali bersalto mundur dan mendarat ringan.
“Aku dan pasukanku tunduk di bawah perintah Senopati Gending Suro!” teriak Surap Bentala sambil bangkit dan meloloskan pedang dari sarungnya.
“Bagus, Paman! Tidak akan ada sesal bagiku untuk membunuhmu dan menghancurkan pasukanmu. Aku akan mulai dari nyawamu, Paman!”
“Jangan jadi prajurit jika takut berperang! Jangan berperang jika takut mati!” teriak Surap Bentala, lalu merangsek maju dengan kedua tangan menggenggam erat gagang pedang. “Hiaaat!”
Dengan gerakan cepat dan keras bertenaga tinggi, Surap Bentala balas mengagresi Alma Fatara. Namun, tanpa gentar Alma Fatara menyambut serangan pedang itu dengan tangan kosong.
Tek tek tek …!
Alangkah terkejutnya Surap Bentala dan para prajurit yang mengepung, ketika mereka melihat Alma Fatara menangkis tajamnya pedang dengan kedua tangannya. Justru prajurit itu yang mengerenyit ngeri melihat tangan bersih Alma beradu dengan mata pedang berkali-kali.
Surap Bentala dan para prajurit pada barisan terdepan kian terkejut, karena Alma tidak menunjukkan bahwa dia menderita luka pada kedua tangannya dari peraduan dengan pedang tersebut.
Seset! Seet!
“Aaak!” jerit Surap Bentala agak panjang.
Tiba-tiba kedua tangan Alma Fatara bergerak sangat cepat melakukan sayatan pada kedua batang tangan Surap Bentala. Setelahnya, Alma bergerak dengan langkah yang lebar memutari tubuh sang panglima sambil ujung jari-jari tangan kirinya membuat sayatan panjang pada tubuh samping lawannya.
Pedang Surap Bentala terlepas dari genggaman dan jatuh ke tanah berumput lembah karena sayatan yang diberikan oleh Alma. Masih beruntung Surap Bentala, ketika Alma Fatara merobek tubuh sampingnya, ada baju perangnya yang terbuat dari kulit tebal melindungi. Meski perut sampingnya tersayat, tetapi tidak begitu parah.
Demi mengamankan diri, sambil menahan perih, Surap Bentala melompat ke depan dan berguling menjauhi Alma yang tadi bergerak ke belakangnya.
Alma Fatara cepat memburu Surap Bentala dengan datang dari sisi belakang.
Sess!
“Jiaaak!” pekik Alma Fatara terkejut karena ketika Surap Bentala berbalik, tahu-tahu sudah ada sinar kuning yang dilesatkan kepadanya.
Suass!
“Aaak!”
Namun, Alma Fatara terlalu cepat melempar tubuhnya ke samping, membuat sinar kuning yang dilepaskan Surap Bentala melesat jauh menghantam tameng seorang prajurit di barisan depan. Tameng itu jebol dan juga mementalkan prajuritnya dalam kondisi kritis.
Di tengah kepungan, Alma Fatara yang berhasil lolos dari serangan itu cepat balas menyerang dengan tendangan yang berkelebat membabat.
Surap Bentala cepat melompat dan berguling di tanah berumput. Ternyata sang panglima berguling sambil menyambar gagang pedangnya yang tergeletak di tanah.
Dengan cekatan, Surap Bentala bangkit sambil menusukkan pedangnya ke arah kedatangan Alma Fatara. Gadis belia itu dengan jelas mengarahkan telapak tangan kanannya menyongsong ujung pedang yang menusuk.
Karena tahu bahwa Alma Fatara kebal, maka Surap Bentala menyalurkan tenaga dalamnya ke pedang, meski risikonya adalah darah keluar deras dari luka sayatan pada tangannya.
Tek!
“Huakhr!”
Ketika ujung lancip pedang dengan telapak tangan Alma Fatara bertemu, tiba-tiba Surap Bentala merasa dihantam satu kekuatan besar, selain melemparkan tubuhnya ke belakang, sang panglima juga menyemburkan darah dari dalam tenggorokannya. Pedangnya kembali terlepas dari genggaman.
Bduak!
“Hekh!” keluh Surap Bentala lagi saat punggungnya menghantam tanah berumput.
“Gusti Panglima!” teriak para prajurit terkejut menyaksikan itu.
Sementara itu, telapak tangan Alma Fatara yang baru saja mengerahkan ilmu Tapak Rambat Daya, tidak terluka sedikit pun.
Ilmu Tapak Rambat Daya memiliki kekuatan besar dalam menyerang lawan. Uniknya, dia wajib memakai media perantara, tidak boleh langsung bersarang ke raga lawan. Seperti yang barusan terjadi. Kekuatan pukulan Alma Fatara menjalar lewat media pedang.
“Keluarkan kesaktian terhebatmu, Paman! Kesempatan dariku sudah tertutup!” teriak Alma Fatara. Dia masih memberi kesempatan kepada lawannya untuk bangkit.
Sambil menahan kesakitan yang luar biasa pada tubuhnya, bahkan seolah-olah tenaganya ingin menjadi lumpuh, Panglima Utama Surap Bentala berusaha bangkit dengan kaki dan wajah yang gemetar.
“Satu kesempatan untuk kalian para prajurit! Tinggalkan medan perang sebelum kalian musnah oleh kesaktianku!” teriak Alma serius yang mengandung tenaga dalam.
Saat itu juga, para prajurit yang mengepung Alma Fatara dalam dua lingkaran diserang galauxcindrome, yaitu kondisi psikis yang bingung tingkat dewa karena menyangkut keselamatan jiwa. Itu salah satu jenis sakit jiwa dadakan yang sudah punah biang virusnya.
Namun, yang jadi masalah bagi mereka, mereka masih memiliki pemimpin, yaitu Panglima Gagang Lembu dan Panglima Pulung Seket. Meskipun seandainya Panglima Utama gugur, mereka masih memiliki komandan perang.
Brass brass!
Dengan mulut yang sudah bercelemotan oleh darah kotor, Surap Bentala mengeluarkan ilmu pamungkasnya. Dua kepal tangannya kini diselimuti sinar biru gelap.
“Hekh!” keluh Surap Bentala sambil jatuh terlutut satu kaki. Itu bagian dari efek samping karena dia mengeluarkan tenaga sakti berlebih di saat kondisinya sudah terluka parah.
Namun, kedua kepal tangannya masih bersinar.
Sementara itu, Alma Fatara melangkah mundur untuk mengecoh dugaan Surap Bentala. Jelas dia pun bersiap.
“Hiaaat!” teriak Surap Bentala sambil memaksakan melompat jauh ke depan karena posisi Alma menjauh.
Bruss!
Kedua tangan Surap Bentala yang menghentak melesatkan dua sinar biru gelap yang menderu keras, membuat bokong para prjurit merinding mendengarnya, semakin memberi tekanan dalam sensasi kegamangan mereka.
Swess! Bluarr!
Alma Fataraa yang telah mengambil jarak dengan lawannya, dengan cepat melepaskan pula dua sinar emas menyilaukan yang menyambut dua sinar biru gelap.
Maka dua pasang energi kesaktian itu bertemu di pertengahan jarak, menciptakan dua ledakan energi hebat.
Panglima Utama Surap Bentala yang baru mau mendarat dari lompatannya, langsung terpental balik secepat kilat dan menabrak barisan prajurit yang juga terdorong mundur oleh gelombang kejut ledakan energi sakti itu.
Sementara itu, Alma Fatara yang hanya terjajar beberapa tindak, telah memegang belahan kotak biru terang di kedua tangannya. Dia telah bersiap untuk membantai ribuan pasukan musuh itu.
“Gusti Panglima Surap Bentala matiii!” teriak seorang prajurit yang berada di dekat mayat Surap Bentala. Kondisi mayatnya hancur mengerikan karena pecah-pecah mengerikan. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
innalillahi wainnailaihi 🤕
udah koit dia
2023-08-27
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
wiiiihhh ini defenisi sat set sat set 😎😎
2023-08-27
0
Senajudifa
aku selalu ngakak kalo baca novel om rudi nih😁😁
2023-05-16
1