*Api di Kerajaan Jintamani (Akarmani)*
Panglima Utama Surap Bentala dan para panglima lainnya, serta semua pasukan yang masih berbaris rapi hanya bisa geleng-geleng kepala, apakah kepala itu benar-benar digelengkan atau sekedar isyarat menggeleng.
Sepuluh prajurit beserta kudanya telah dihancurkan sebelumnya. Kini lima puluh pasukan berkuda juga bergelimpangan meregang nyawa di tangan satu orang wanita tanpa seorang pun pasukan yang membantunya berperang.
Gusar Surap Bentala melihat kenyataan itu. Ia pun menimbang strategi untuk bisa mengalahkan pendekar perempuan belia itu dan membunuhnya.
Jika dia maju untuk duel sebagai orang tersakti di dalam pasukannya, kemungkinan besar dia akan kalah. Jika Alma Fatara bisa menghabisi lima puluh prajurit berkuda dalam satu bentrokan, maka dia mengaku tidak bisa. Itu artinya Alma Fatara akan unggul jika duel dengannya.
Tidak mungkin pula dia mengerahkan pasukan berkuda berikutnya karena ratusan prajurit berkuda sudah dibawa pulang oleh Panglima Gigir Sluduk.
Maka dia pun harus memilih satu pasukan untuk maju.
“Panglima Jambango! Majukan semua mesin panah, jangan beri ruang kepada perempuan itu!” teriak Panglima Utama Surap Bentala.
“Baik, Gusti Panglima!” sahut panglima yang memimpin pasukan panah.
Panglima Jambango adalah seorang lelaki bertubuh kurus dan tinggi. Pakaian perangnya membuatnya terlihat lebih berisi.
“Panah belalang, maju semua!” teriak Panglima Jambango.
“Siaaap!” teriak para prajurit operator mesin panah yang setinggi satu tombak dan memiliki enam roda kayu tebal.
Pasukan itu memiliki dua puluh mesin panah yang mereka sebut panah belalang. Setiap mesin yang terbuat dari kayu tebal dan keras itu didorong oleh sepuluh prajurit. Sementara di atasnya berdiri dua orang prajurit yang bertindak sebagai operator.
Mesin panah itu memiliki anak panah khusus yang berbahan logam serta lebih besar dan panjang dari anak panah biasa. Mesin panah itu bisa menembakkan empat anak panah besi sekaligus.
Senjata mesin panah tersebut pernah Alma Fatara hadapi saat di Pulau Seribis. Hanya, mesin panah di pulau tempat Ratu Warna Mekararum pernah diasingkan tersebut, bersifat permanen tanpa bisa diajak mobile.
Dua puluh mesin panah bergerak maju ke depan pasukan. Mereka berjejer dalam satu saf yang menyamping lurus.
“Panah Belalang Satu siaaap!” teriak operator Panah Belalang paling ujung kanan.
“Belalang Dua siaaap!” teriak operator Panah Belalang di sisinya kirinya.
“Belalang Tiga siaaap!” teriak operator Panah Belalang di sisi kirinya lagi.
“Empat siaaap! Lima siaaap! Enam siaaap!” teriak prajurit operator berikutnya secara bersusulan hingga yang terakhir.
“Dua puluh siaaap!” teriak operator mesin paling kiri berteriak.
Artinya “siap” adalah mesin mereka telah siap tembak dan sudah terpasang empat anak panah.
Sementara itu, Alma Fatara berdiri menunggu dengan berdiri di antara puluhan mayat prajurit dan sejumlah bangkai kuda.
“Panah Belalang Sepuluh!”
Seeet!
Prajurit operator mesin Panah Belalang Sepuluh lalu melepaskan kuncian senar busur yang melesatkan empat anak panah besi.
Keempat anak panah itu melesat secepat kilat menyerang Alma Fatara. Namun, gadis belia itu tidak bergerak atau bergeser kaki sedikit pun. Karena memang keempat anak panah itu tidak ada yang tepat sasaran.
Jarak tempuh anak panah itu memang menjangkau posisi Alma Fatara berdiri, tetapi masih belum jitu.
“Hahaha …!” tawa Alma Fatara yang suaranya sampai kepada pasukan Kerajaan Jintamani.
Melihat panah bisa menjangkau posisi Alma Fatara, maka Panglima Jambango segera memberi perintah.
“Semuanya, panaaah!” teriaknya histeris penuh penghayatan peran.
Set set set …!
Kedua puluh mesin panah itu melesatkan anak panah-anak panahnya tanpa ada yang gagal fungsi. Empat anak panah kali dua puluh mesin Panah Belalang, sama dengan delapan puluh anak panah yang melesat beramai-ramai ke posisi Alma Fatara.
Semua anak panah itu lebih dulu melesat ke atas lalu jatuh melandai menuju ke posisi Alma berdiri. Garis lesat semua anak panah itu membentuk kurva payung.
“Hahahak …!” tawa terbahak Alma Fatara sambil melesat cepat maju mendekati posisi para mesin Panah Belalang.
Sia-sialah hujan panah itu karena target melesat cepat meninggalkan area yang ditargetkan.
Sezt sezt sezt …!
Sambil maju seperti itu, Alma Fatara dengan ringannya mengayunkan kedua tangannya bergantian dengan ritme cepat.
Teb teb teb …!
Bset bset bset …!
Seiring jatuhnya anak panah menancap di area tanah lembah yang sudah tanpa manusia hidup, enam sinar kuning tipis lebar melengkung melesat memotong enam mesin panah. Tidak hanya mesin kayunya yang terpotong, tapi berikut prajurit operator dan prajurit pendamping terpotong seperti puding cokelat manis dipotong pisau jagal.
“Hahaha!” tawa Alma Fatara yang terus bergerak cepat mendekati barisan mesin panah.
“Panaaah!” teriak Panglima Jambango panik, tanpa menyebut nomor urut lagi.
Buru-buru prajurit operator beberapa mesin panah menggeser garis bidik busur. Anak panah sudah dipasang ulang.
Ziiing!
Sambil berlari kencang mendekat, Alma Fatara telah mengeluarkan pusaka Bola Hitam yang ia putar-putar di atas kepala sepertai memutar yoyo. Maka timbul piringan sinar biru berdiameter satu depa dari putaran itu, menimbulkan suara berdenging kencang.
Set set set …!
Ziiing!
Dari sisi kanan dan kiri melesat dua gelombang hujan panah ke satu target bergerak dan semakin mendekat, yaitu Alma Fatara. Jika hujan panah sebelumnya naik lebih dulu ke udara sehingga menciptakan ruang kosong di area bawah, maka kali ini hujan panahnya melesat lurus karena jarak target yang dekat.
Pada saat yang sama, Alma Fatara melempar jauh Bola Hitam ke samping. Lemparan itu tidak membuat Bola Hitam terlempar, tetapi yang melesat adalah piringan sinar biru. Sinar itu melesat ke samping, bukan ke arah pasukan musuh.
Setelah melepas serangannya ke samping, giliran Alma Fatara mencoba menghindari hujan panah yang datang dari dua sisi. Gadis belia itu menotol ujung kakinya. Selanjutnya, tubuh berjubah hitam itu melejit lurus naik melangit. Tinggi. Melewati ketinggian garis lesat panah-panah itu.
Dan ketika pasukan anak panah berlesatan saling menyilang lintasan, posisi tubuh Alma Fatara ada di udara tinggi. Serangan panah lewat di bawahnya.
Cara hindar yang begitu elegat tersebut hanya bisa membuat para panglima dan pasukannya terpukau melihat kecantikan yang hebat itu.
Bukan hanya aksi Alma yang naik ke udara tinggi menjadi faktor keterpukauan pasukan musuh, tetapi juga karena mereka melihat piringan sinar biru yang dilepas Alma bergerak terbang dengan trek melengkung berbelok.
Set! Tap!
Panglima Jambango tidak peduli dengan sinar biru karena tidak mengincar dirinya. Dia lebih fokus kepada sosok Alma yang membuat jantung berdebar. Bukan karena kecantikannya yang membuat berdebar, tetapi karena sifatnya yang seperti monster.
Karena itulah, ketika Alma Fatara naik mengudara menghindari semua anak panah, Panglima Jambango melesatkan satu tombak ke udara tinggi mengincar Alma yang masih di udara. Tentu saja, lemparan itu disertai tenaga dalam tinggi.
Seperti hanya berpindah tempat. Tahu-tahu tombak itu sudah tergenggam dalam tangkapan tangan Alma.
Zing zing zing …!
“Akh! Akh! Akh …!”
Pada saat yang bersamaan, piringan sinar biru menebas mesin-mesin panah dari sisi kanan, memotong seperti silet cukur memangkas rambut hanya sekali jalan.
Sebanyak tujuh mesin panah terpotong sekaligus berikut para prajuritnya. Begitu cepat, sehingga sulit bagi prajurit itu untuk menghindari kematian.
Setelah membabat tujuh mesin panah, piringan sinar itu lenyap dengan sendirinya. Dan Dewi Dua Gigi mendarat menjejak tanah dengan tombak tergenggam di tangan kiri.
Ziiing!
Alma Fatara kembali memutar pusaka Bola Hitam di atas kepalanya dengan tangan kanan, memunculkan satu piringan sinar biru.
“Katakan menyerah!” teriak Alma Fatara lantang sambil kembali berlari maju dengan siap melempar piringan sinar birunya.
Melihat kegilaan Alma Fatara, semakin ketar-ketirlah para prajurit karena takut diri mereka yang akan terkena serangan mematikan itu berikutnya. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ
wah, jangan maju kalau gitu, prajurit berkuda saja semua kalah, kalau kamu berani berdual alamat bisa mati ditangan wanita itu
2024-04-24
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
nah kan di serang balik 🤕🤕🦖🦖🦖
2023-08-27
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
apa dgn strategis yg berbeda bisa menembus alma? 👀
2023-08-27
0