Episode 12

Di panti asuhan, Anabella tak sedih lagi. Banyak temannya di sana, jadi sedikit demi sedikit, rasa sedih dan traumanya mulai meluber. Ya meskipun kejadian itu masih menghantui tidurnya. Namun setidaknya, kehadiran teman baru membuat Anabella seakan lupa akan kelakuan Lauren padanya.

Seperti sekarang, Anabella sedang bermain masak-masakan. Ia tertawa terbahak-bahak bersama beberapa anak perempuan yang sebaya dengannya. Terlihat sekali perbedaannya. Saat di rumah Rehan ia sering murung dan menangis. Tapi di sini, kesedihan Anabella menguap entah kemana. Yang ada hanya rasa bahagia bisa bermain dan bercanda dengan teman-temannya.

"Aku masak ini!" ujar salah seorang temannya, namanya Dina. Dia 2 tahun lebih tua dari Anabella. Kebetulan sekali, Dina anaknya care dengan siapa saja. Meskipun Anabella anak baru, tak sekalipun Dina membeda-bedakannya.

Anabella hanya mengamati saja. Dia juga sering mainan masakan bersama bi Rahma.

"Anabella, kau mau ini?" tawarnya. Itu adalah serpihan kertas yang dibuat seolah-olah itu adalah makanan yang berbentuk mie. Anak panti memang diajarkan agar kreatif. Tapi bukan berarti bebas memegang benda tajam. Semuanya di bawah pengawasan sang pemilik panti. Maklumlah, ini adalah panti asuhan elit di kota ini. Donaturnya dari kalangan orang-orang yang berkantong tebal. Jadi fasilitasnya sangat terjamin. Maka dari itulah, Rehan tak khawatir meninggalkan Anabella di sini.

***

Di tempat yang berbeda. Venesa tengah menghadiri acara arisan bersama teman sosialitanya. Barang-barang branded import yang jadi sasaran mereka, tas limited edition yang mereka kejar.

Mengikuti arisan bersama orang-orang kaya tak selalu berakhir bahagia. Buktinya Venesa, ia malah berakhir dengan kesedihan. Selalu saja begitu.

"Kamu udah lama menikah, tapi kok ya belum ada anak?"

"Emang kamu udah periksa?"

"Iya Sa, makan toge yang banyak biar subur."

"Atau jangan-jangan-------"

Mengingat perkataan yang tidak-tidak dari bibir teman-temannya. Terkadang Venesa lelah. Tapi kalau tidak ikut, nanti dikiranya orang yang gak mampu. Gengsi dong? Venesa anak orang kaya. Arkan juga keturunan dari orang kaya, liburannya saja sering ke luar negeri. Apa kata dunia, kalau Venesa tak bisa bersosialisasi bersama dengan orang-orang kaya? Mama dan mertuanya pasti akan malu. Lagian, hidup berfoya-foya sudah mendarah daging di diri Venesa. Tak pantas rasanya kalau dia tak hadir secara mendadak. Bisa dicurigai dirinya oleh teman-temannya yang bermulut pedas itu.

Setelah pulang tadi, Venesa langsung menjatuhkan badannya di tempat tidur. Ia menangis dalam diam. Terkadang ia menyalahkan Tuhan atas ketidak adilan ini. Sungguh, Venesa terlalu berburuk sangka. Andai ia tahu, bahwa semua yang ada pada dirinya adalah pemberian Sang Maha Kuasa. Harusnya Venesa bersyukur, manusia memang hanya berencana. Selebihnya, serahkan saja pada sang Khalik. Bukan hanya menyalahkan saja bisanya. Karena seberapapun yang diberikan-Nya, manusia tetap tak akan puas. Selalu ingin yang lain dan ingin yang lebih. Andai Venesa bisa percaya dan bersyukur, pasti semuanya akan mudah.

Lama ia menangis, si Venesa akhirnya ketiduran. Ia sampai tidak tahu kalau Arkan sudah berada di sampingnya. Arkan merasa kasihan melihat sang istri. Dia juga hanya manusia biasa. Melakukan dan berusaha semampunya untuk mewujudkan keinginan mamanya, yaitu mempunyai cucu darinya, dari Arkan.

Sebenarnya Arkanu Sanjaya tak masalah jika seumur hidupnya tak diberikan anak, asal ia selalu bersama sang istri. Arkan begitu mencintai Venesa, mungkin karena cinta pertama. Jadi sulit untuk berpaling ke yang lain.

***

Arkan melamun sambil menunggu istrinya bangun. Tangannya menyibakkan anak rambut yang menutupi wajah sang istri. Betapa manisnya Venesa. Rasanya, Arkan tak bisa untuk melepaskan sampai kapanpun.

Venesa terusik dengan pergerakan tangan Arkan. Ia langsung mengucek matanya. Menatap sang suami dengan nanar. Selalu begitu, jadi hati Arkan akan terenyuh. Andai ia mampu menggantikan kesedihan Venesa, tentu ia akan menggantikannya. Sayangnya itu mustahil, tak pernah bisa ia melakukan itu.

Arkan tak tega, segera dipeluknya erat sang istri. "Ada apa?" tanyanya dengan perhatian yang penuh.

Venesa segera menjawab, "Ayo kita adopsi anak itu!"

Awalnya Arkan sedikit aneh. Tapi dia juga bahagia, akhirnya Venesa mau menerima Anabella untuk menjadi anak angkatnya.

"Ayo! Sekarang?" tanya Arkan antusias.

Antusias dari Arkan yang membuat Venesa tak suka. Tapi Anabella anak kecil. Buat apa di cemburui? Pikirnya tiba-tiba. Venesa mencoba positif thinking.

"Jangan bercanda ih, jam berapa ini? Besok saja Sayang," balas Venesa gemas.

Arkan langsung tertawa lebar. Ia kembali mendaratkan kecupannya di kening Venesa sebelum memulai aktivitasnya kembali. Ya, Arkan ingin menyelesaikan tugasnya lagi. Ada laporan yang belum ia kerjakan. Tugas dokter bukan hanya memeriksa pasien saja, tapi dia juga harus menuliskan laporan tentang hasil pemeriksaannya.

Setelah berpamitan pada Venesa, Arkan menuju ke kliniknya. Sebatas mengenal lebih dekat dengan Arkan, dia adalah seorang dokter umum. Tak jarang, dokter umum pun kerap dilibatkan dalam berbagai disiplin ilmu medis lain (multidisiplin) untuk mendukung penyembuhan pasien.

Bukan hanya itu saja, Arkan juga dituntut untuk mampu melakukan manajemen sumber daya dan fasilitas di tempat kerjanya, seperti memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, serta bisa melakukan pembedahan kecil (minor surgery). Ya, seperti itulah tugas Arkan.

Hari ini Arkan melakukan pekerjaannya dengan hati yang bahagia. Meskipun belum bisa punya anak sendiri. Setidaknya dia akan merasakan rasanya menjadi seorang ayah. Ya, sebentar lagi. Arkan sudah tak sabar menunggu hari esok.

***

Di sini, Anabella tidak disuruh melakukan pekerjaan apapun. Di panti asuhan, dia mendapatkan banyak pengalaman. Dari segi belajar bersama, bermain bersama. Diajari membaca doa, hafalan doa dan masih banyak lainnya. Dia benar-benar merasakan dunia anak-anak yang sewajarnya.

Anabella sangat nyaman di panti. Teman-temannya tak ada yang jahil. Semuanya friendly. Seperti saat ini, Anabella tak kebagian mainan. Seorang temannya yang lain langsung meminjaminya. Coba saat bersama Isabella. Baru juga disentuh, pasti Anabella langsung dimarahi. Jika di sana Anabella tertekan. Maka tidak di sini, semuanya berbanding terbalik.

Di waktu yang bersamaan. Arkan dan Venesa baru tahu, kalau Anabella sudah pulang. Jadi diputuskannya mereka menghampiri rumah Rehan.

Saat Arkan bertanya dimana Anabella. Saat itu juga ia sangat terkejut. Ya, Lauren telah memberi tahukan keberadaan Anabella.

Yang membuat terkejut itu adalah kata panti. Padahal Anabella keponakan kandung dari Rehan. Kenapa bisa dibuang ke panti? Tak ada kata yang pantas selain dibuang. Itu namanya dibuang, bukan malah merawat.

Arkan hampir saja emosi. Ia tak menyangka kalau Rehan dan keluarganya setega itu pada Anabella. Andai Arkan lebih tahu semuanya, pasti Lauren sudah mendekam dibalik jeruji sekarang. Sayangnya, Rehan tak jujur padanya. Jadi, mana tahu Arkan tentang kejahatan Lauren pada Anabella.

Venesa yang sudah tak sabaran itu, langsung mengajak Arkan ke tempat dimana Anabella berada. Arkan iya-iya saja. Cuma, ia menyayangkan sikap Rehan yang terlalu gegabah. Setidaknya Arkan diberitahu, agar semuanya tak serumit ini. Kalau sudah begini, apa mungkin Arkan tetap sopan pada Rehan?

Rehan yang menginginkan Arkan agar mengadopsi Anabella. Tapi, Rehan sendiri yang munafik. Bagaimana kalau Anabella sampai diadopsi orang lain? Arkan tak bisa membayangkan itu semua.

Arkan langsung menancapkan pedal gasnya lebih cepat. Dia tak ingin keduluan orang lain. Anabella sudah memikat hatinya secara tidak langsung. Memikat bukan artian tentang cinta. Tapi seperti keterikatan antara dua hati yang berbeda. Intinya, Anabella sudah menarik perhatian Arkan sejak awal.

Jadi di sinilah mereka berdua. Di halaman sebuah panti asuhan yang terlihat mewah jika dipandang dari luar. Panti asuhan ini ada 3 bangunan, 2 bangunan bertingkat 2. Dan Arkan baru tahu, jika yang bertingkat ini tempat untuk anak-anak yang diasuh. Ada 2 karena sang pemilik panti membedakan tempat sesuai jenis gendernya. Tempat anak laki-laki dan anak perempuan tidak disamakan. Sungguh pemikiran yang sangat bagus menurut Arkan.

Dan sekarang, Arkan dan Venesa menuju ke bangunan satunya. Di mana di situ adalah kantor dan tempat pengurus panti berkumpul. Setelah mengucapkan kata permisi. Arkan segera mengutarakan niatnya yang ingin mengadopsi seorang anak.

Kepala panti sempat menyarankan Arkan agar mengadopsi seorang anak perempuan yang sudah lama tinggal di sini. Tapi Arkan tidak mau, dia tetap ingin Anabella. Setelah banyak cingcong dan alasan. Akhirnya, niatan Arkan mengadopsi Anabella tersampaikan. Arkan segera mengisi formulir data diri. Setelah tanda tangan, sang kepala panti menyuruh seseorang membawa Anabella datang.

Anabella jelas senang melihat kedatangan Arkan. Mereka berdua sudah saling bertemu bukan? Jadi Anabella tak asing lagi dengan dokter muda ini. Bagaimana tidak muda? Arkan masih 27 tahun sekarang ini, begitu pula dengan Venesa. Sama-sama masih 27 tahun.

"Om?" panggil Anabella riang.

"Hai Anabella. Bagaimana kabarmu Sayang?" tanya Arkan dengan lembut.

Sedang Venesa hanya diam saja. Venesa ini tipe wanita yang cuek. Dia tak seramah sang suami.

Anabella hanya diam saja. Ia anak balita yang belum mengerti. Dia kesulitan mengatakan bahwa sebenarnya ia baik-baik saja. Jadi hanya kebisuan yang ada di mulutnya.

Sang kepala panti mendekati Anabella. Ia menanyakan apakah Anabella mau mempunyai keluarga? Tentu Anabella mau. Jadi, hari ini Anabella resmi diasuh oleh Arkan dan Venesa.

Namun sayang sekali. Saat Arkan meminta Anabella memanggil dirinya dengan sebutan papa. Saat itu juga Venesa melarangnya.

"Aku gak suka panggilan itu. Hanya anak kita yang boleh memanggilmu Papa," protesnya.

Arkan hanya diam saja. Ia hanya ingin yang terbaik buat keluarganya. "Lalu? Anabella harus memanggil aku apa?" tanya Arkan minta pendapat.

"Panggil saja Om," sahut Venesa.

Tapi Arkan kurang puas. "Bagaimana kalau om papa?" usulnya.

Sedikit berfikir. Venesa akhirnya buka suara kembali. "Kamu, panggil aku Tante. Dan panggil om ini, om papa." Kata Venesa sambil menunjuk dirinya kemudian menunjuk ke arah Arkan.

Anabella setuju saja. Anak kecil seperti dia, yang dia tahu hanya kebahagian. Dan kisahnya di mulai saat bibirnya bergumam menyebutkan kata "om papa".

Bersambung.

Terimakasih buat kak Suhelmi Aska yang sudah memberikan saya tip dengan sukarela.😍

Buat readers yang lain, jangan lupa jejaknya ya. Makasih.

Terpopuler

Comments

.

.

sabar ya bang, semoga dengan adanya anabelle bisa mancing km hamil...

2022-10-12

0

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

semoga vanesaa gak jahat, sedih nanti kalo anabelle disiksa mulu😭😭😭

2022-10-05

0

Destra Vajrapratama

Destra Vajrapratama

jgn2 vanesa jahat jg sama anabel buktinya aja dia kayak gak suka..mending dipanti aja anabel.pantesan vanesa gak biss punya ank

2021-08-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!