Episode 5

"Anabella ingin ayah."

Anak kecil itu menangis dalam gendongan seorang pria dewasa. Pria itu hanya tersenyum saja, lalu meletakkan Anabella di kursi mobil di samping kemudi.

Pria itu adalah dokter Arkanu Sanjaya atau biasa dipanggil Arkan. Tak bermaksud ia menculik Anabella. Dia hanya sekedar ingin menolongnya. Membawa anak itu ke makam sang ayah seperti apa yang Anabella katakan barusan.

"Paman siapa?" Tanya Anabella.

"Kamu lupa sama Om? Kita pernah ketemu loh," ujar Arkan seraya mengingatkan anak kecil itu. Mungkin Anabella memang lupa.

Anabella terlihat berpikir, tak bergeming. Ia tak menyahut apa-apa. Sepertinya memang benar, kalau Anabella lupa tentang kejadian waktu lalu. Dimana Anabella pernah bertemu Arkan di rumah sakit.

Arkan memakluminya, ia kembali bertanya kepada anak itu, anak dari teman lamanya. "Apakah ini masih sakit?" tanya Arkan sambil menunjuk dada Anabella. Ia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk Anabella. Supaya sakit yang diderita Anabella sedikit berkurang.

Anabella hanya mengangguk. Tandanya jantung itu sering sakit secara mendadak. Kadang sesak, kadang kala membuatnya terbatuk yang begitu menyakitkan bagi Anabella. Untung Anabella anak yang kuat. Dia sakit, terus ditinggal ibunya sejak ia dilahirkan, lalu ayahnya.

Banyak sekali kenangan dari ayahnya yang ia ingat. Saat ayahnya selalu memanjakannya, bahkan tak pernah sedikitpun Anabella dimarahi. Beberapa penuturan yang ayahnya katakan terkadang terngiang di memorinya.

"Jangan nakal Anabella, jadilah anak penurut."

"Kalau nakal, kenapa Yah?" tanyanya ingin tahu.

"Nanti dijewer," canda sang ayah.

"Jewer apa Yah?"

"Dihukum, Sayaaang."

Makanya setiap bibi Lauren memukul atau melakukan kekerasan kepadanya. Anabella pikir, ia sedang nakal dan melakukan kesalahan.

Anabella benar-benar rindu ayahnya. Ayah yang perhatian, mengajarinya berdoa sebelum tidur dan bangun tidur. Tapi semua itu hanya lewat saja di kepala Anabella. Maklum masih labil untuk ingatan anak diusianya, kadang ingat kadang lupa. Mungkin untuk usia Anabella masih banyak lupanya.

Arkan melihat kasihan ke arah Anabella. "Nanti Om kasih obat buat Anabella," ujar Arkan. Tangannya ia ulurkan untuk mengusap rambut balita itu.

Anabella mulai nyaman di samping Arkan. Ia pikir, Arkan akan jahat kepadanya. Nyatanya Arkan sangat baik. Anabella tahu saat ia sudah di bawa ke tempat pemakaman umum. Di mana, ayahnya dikuburkan di sana.

"Itu kuburan ayah Om," ujar Anabella dengan riang. Ia berlari lalu berjongkok di makam ayahnya.

"Ayah... Ayah pasti di sana." Tangannya menunjuk ke arah langit. Persis yang Leonardo tunjukkan kala itu, di saat Anabella menanyakan tentang ibunya.

"Ayah sudah ketemu ibu kan?" tanyanya penuh tuntutan.

Arkanu Sanjaya hanya menatapnya prihatin. Hatinya ikut tersayat hanya mendengar ucapan dari Anabella.

"Ayah... kata bibi, Anabella nakal. Anabella nakal ya Yah? Anabella pantas dihukum ya Yah?"

Anabella teringat saat ia dipukul, disuruh mencuci baju bibinya. Anabella menatap tangannya yang perih akibat alergi dari deterjen. Menimbulkan warna merah di sana. Rasanya jangan ditanyakan, perih yang pasti dirasakan oleh Anabella.

Arkan masih belum ngeh dengan maksud Anabella. Ia pikir, anak kecil rata-rata memang seperti itu. Nakalnya anak balita, Arkan rasa masih wajar. Tapi hukuman apa yang dimaksud oleh Anabella? Arkan segera menepis pikiran negatifnya. Ia tak boleh berpikiran buruk pada bibi atau paman Anabella. Tidak mungkin mereka menyakiti anak yatim piatu, apalagi Anabella adalah keponakan kandung dari Rehan.

"Ayah... Anabella ingin dipeluk ayah. Ingin renang lagi bareng bi Rahma."

Anabella membelai tanah gundukan yang mulai rata. Bunga yang sudah hitam karena layu. Rumput mulai tumbuh di atas kuburan itu. Anabella tak pernah tahu tentang hal ini, tapi nalurinya menuntun untuk mencabut beberapa rumput yang di atasnya.

"Aw," rintih Anabella saat tangannya yang luka bergesekan keras dengan rumput. Akhirnya Anabella menghentikan saja.

Ia kembali buka suara. "Anabella kangen ayah. Rindu ayah, mau ayah. Ayah, apa ayah tak kangen Anabel? Apa ini hukuman buat Anabel Yah? Ayah... Anabella pengen ayah pulang."

Melihat kondisi yang semakin runyam. Arkan segera bertindak. Ia bawa Anabella dalam gendongannya.

"Lepas Om, Anabella ingin ayah. Anabella, mau ayah pulang."

"Anabel, ayah sudah tenang di sana. Kamu gak boleh berkata seperti itu."

Padahal Arkan tidak bermaksud memarahinya. Tapi Anabella salah menangkapnya. Ia merasa dimarahi oleh Arkan. Jadilah Anabella mengkerut. "Maaf Om, jangan hukum Anabella. Ampun Om!"

Anabella teriak sedikit histeris. Membuat Arkan curiga. "Kamu kenapa Anabel?"

Anabella tidak menyahut, tiba-tiba gejala dari penyakitnya kambuh kembali.

Arkan segera berlari dan membawanya ke mobil. Beruntung Arkan selalu membawa obat-obatan dan peralatan yang lengkap. Segera ia memompa mulut Anabella dengan alat yang berisikan oksigen.

Tak berapa lama, Anabella mulai membaik. Anabella mengatur nafasnya. Ia kembali menangis. Arkan curiga, sepertinya Anabella sedang tak baik-baik saja.

Setelah di rasa Anabella membaik, Arkan langsung melajukan mobilnya. Membawa Anabella pulang ke rumah pamannya.

Suasana di rumah pamannya sedikit tidak baik. Sepulang bekerja tadi, Rehan marah-marah karena tak mendapati ponakannya di rumah. Sedang Lauren, dia juga ikut marah. Marahnya tentu ia khususkan pada Anabella.

'Lihat saja kau Anabella, kau harus mendapatkan hukuman yang setimpal gara-gara ini,' ucapnya dalam hati.

"Kau harus cari Anabella, Sayang!" Titah Rehan Nhoel kepada Lauren. Rehan yang takut pada istrinya, jadi dia jarang marah. Baru kali ini ia marah, dan itu membuat Lauren balas marah kepada Anabella. Setiap Rehan marah padanya, maka hatinya akan memaki Anabella.

"Harus cari dimana lagi? Kata tetangga dia tadi jalan keluar. Mungkin lagi main. Lagian jangan terlalu dimanja Yah, nanti dia ngelonjak. Buktinya sekarang, mau main aja dia gak ijin. Ini masih kecil, apalagi nanti kalo udah gedhe gimana?"

Rehan memijat keningnya yang makin berdenyut. Dari tadi Lauren terus membantahnya. Dan jawaban Lauren juga masuk akal buat Rehan. Rasanya, Rehan perlu istirahat sebentar. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh sang istri. Kalau Anabella sedang bermain.

Rehan duduk bersandar. Ia memandang ke arah Isabella anaknya. "Isabel, lain kali ajak Anabella bermain. Mainan mu kan banyak, pinjemin ke dia dong?"

Isabella cemberut dan langsung berhambur ke arah Lauren. Tentu Lauren membela anaknya. "Ayah jangan gitu. Isabel masih kecil, jadi jangan salahkan dia. Isabel tanpa disuruh, setiap hari sudah meminjami mainan ke Anabel. Dasar Anabellanya aja yang gak betahan di rumah," bohongnya.

Tanpa pikir panjang, Rehan mengangguk saja. Mungkin apa yang dikatakan Lauren ada benarnya. Anabella mungkin masih belum betah di rumahnya. Jadi perlu adaptasi juga.

Saat Rehan sibuk berpikir tentang Anabella. Tiba-tiba bel pintu di rumahnya berbunyi. Lauren segera berjalan mendekat dan membukakan pintu.

Ia terkejut saat melihat Anabella bersama seorang dokter nan tampan. Bahkan Rehan kalah tampan darinya. Lauren tak asing dengan wajah ini, sepertinya ia pernah melihat tapi tak ingat dimana.

Seperti biasanya, Lauren langsung berpura-pura. "Ya ampun Anabella, kau kemana saja Sayang. Bibi dari tadi sibuk mencari mu." Lauren langsung pura-pura menarik Anabella ke pelukannya. Membelai punggung Anabella dengan sayang.

Jadi saat itu juga, Arkan langsung membuang jauh-jauh pikiran negatifnya. Semua tak seperti apa yang ia bayangkan. Ternyata Anabella hidup aman bersama paman dan bibinya.

Mendengar suara nyaring dari istrinya. Rehan segera menyusul keluar. Dilihatnya sang keponakan berada dalam pelukan istrinya. Pikiran khawatir dari Rehan sirna seketika. Ia lega melihat adegan ini. Lauren menyayangi keponakannya juga.

Lalu Rehan menatap siapa tamunya. Sungguh Arkan pria yang begitu tampan. Tubuhnya tinggi menjulang, hidung mancung bak perosotan, kulit putih, mata sipit, persis seperti artis Korea yang bernama Lee Min-ho.

Untung kalau urusan tinggi badan, Rehan sama tingginya dengan Arkan. Jadi dia tak minder untuk urusan yang satu ini. "Dokter Arkan. Kenapa Anabella bisa bersama Anda?" tanya Rehan sedikit heran.

"Saya tak sengaja melihatnya di pinggir jalan."

"Ya Tuhan, Anabel kenapa kamu di sana? Kamu tidak apa-apa kan Nak?" Rehan langsung khawatir. Ia membolak-balikkan badan Anabella. Sepertinya Anabella tidak apa-apa.

"Dia tak apa-apa pak Rehan. Tadi dia ingin bertemu dengan ayahnya. Jadi saya antar dia ke makam almarhum Leonardo," terang Arkan jujur.

Rehan merasa tidak enak. Ia merasa gagal mengasuh Anabella. Ia telah gagal menjadi paman sekaligus malu di depan teman lama almarhum kakaknya.

"Maafkan saya dokter, telah merepotkan Anda. Saya tidak tahu Anabella akan ke sana. Maafkan atas keteledoran istri saya."

Lauren dongkol setengah mati. Kenapa Rehan jadi minta maaf atas dirinya. Seperti Lauren saja yang salah. Tapi memang seperti itu faktanya. Namun Lauren tak menyadari. Gajah di pelupuk mata memang tak terlihat olehnya.

Tak mau memperpanjang masalah. Arkan langsung memberikan saran sekaligus berpamitan pulang.

"Lain kali, tolong diawasi Pak Rehan. Saya takut, dia akan dibawa orang asing. Kalau bukan saya, mungkin Anabella belum pulang sekarang." Arkan terkekeh. Kemudian melanjutkan perkataannya, "Oh ya, saya juga mau berpamitan. Istri saya sudah menunggu."

Rehan mengangguk mengerti. "Sekali lagi terimakasih dokter."

Arkan balas mengangguk, tangannya mengusap rambut Anabella sebentar. Lalu segera melangkahkan kakinya pergi dari rumah paman Anabella.

Setelah kepergian Arkan. Anabella langsung dinasehati oleh Rehan. Rehan ini terlanjur malu dan termakan oleh omongan sang istri yang tadi. Jadi beginilah dia, terdengar seperti memarahi sang keponakan. Padahal tidak.

"Anabel, lain kali kalau mau kemana-mana ijin sama bibi mu. Paman malu kalau kejadian ini terulang lagi. Ingat itu Anabel!"

Sungguh, Rehan melakukan ini tak sampai hati. Ia segera pergi meninggalkan Anabella dan istrinya. Ia tak ingin berlarut-larut dalam rasa bersalah dan rasa malu kepada Arkanu Sanjaya.

Bersambung.

Bagaimana selanjutnya, apakah Anabella akan disiksa kembali oleh bibinya?

Jangan lupa Like dan komennya ya readers. Terimakasih

Terpopuler

Comments

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

Dasar Lauren si ular betina... pande bersandiwara kau bibi yg kejam.. aku menunggu karma mu. 🤧🤧🤧

2022-10-19

0

🍇🐊⃝⃟🍒EndahCђαη🍁❣️🕊️⃝ᥴͨᏼ🍂

🍇🐊⃝⃟🍒EndahCђαη🍁❣️🕊️⃝ᥴͨᏼ🍂

betul itu untung ketemu sama orang baik dan dikenal pula kalo nggak gimana jadinya nasib annabel

2022-10-19

0

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

yahh.. bakalan disiksa ini anabel sama bibiknya

2022-10-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!