Episode 7

Setelah Rehan berpamitan. Anabella segera membuka bonekanya. Rasanya sudah lama sekali dia tak bermain boneka.

Tangan itu segera menyisir bonekanya. Berbicara sendiri khas anak-anak seusianya. Kadangkala juga menyanyi, mungkin saking bahagianya.

Tak terasa, karena keasyikan bermain. Anabella langsung ketiduran sampai jam makan malam.

Saat itulah, Lauren masuk ke dalam kamar Anabella. Dengan malasnya Lauren mendekat. Ia merasa jijik dengan Anabella, keponakan dari suaminya sendiri. Lauren sedikit terkejut saat Anabella punya mainan baru. "Pasti Rehan," gumamnya. Dengan lancangnya, Lauren mengambil boneka itu. Membangunkan Anabella tanpa menyentuhnya. Melainkan dengan sebuah boneka yang ia ambil, lalu disodor-sodorkan ke badan Anabella.

Sontak saja Anabella langsung terbangun. Badannya yang kena tekanan dari boneka itu tak main-main sakitnya. Ada nyeri dan ngilu. Lauren memang iblis kejam yang menyamar sebagai manusia. Tak tahukah, jika yang ia rawat itu anak yatim piatu. Padahal andai Lauren tahu, merawat anak yatim piatu itu akan mendapatkan pahala yang setimpal. Kalau cara merawatnya seperti itu, jangan lupakan juga ganjarannya.

"Bangun heh, pamanmu sudah menunggu," ujarnya sinis. Lauren segera menjauh dan menutup hidung dan mulutnya dengan tangan. Ia takut tertular penyakit jantung yang Anabella derita.

Anabella yang tidak tahu apa-apa memandang aneh sang bibi. Ia tahu, bibi itu tak menyukainya. Naluri siapa saja, bahkan anak kecil sekalipun akan tahu kalau dia dibenci oleh seseorang. Jadi Anabella juga tahu, bahwa bibinya tak pernah menyukainya dari dulu sampai sekarang. Andai Anabella dewasa. Pasti dia akan bertanya seperti ini, "Apa salahku Bibi? Kenapa kau membenciku?"

Sayangnya, pertanyaan itu belum terlintas di benaknya. Anabella masih terlalu polos untuk bertanya hal itu.

Saat melihat Anabella sudah bangun. Lauren membuang boneka itu ke sembarang arah. Tanpa bersalah dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Anabella.

Anabella terhenyak, ia langsung berlari dan mengambil boneka itu. Dipeluknya boneka kecil itu dengan erat. "Barbie, Anabella sayang Barbie. Mulai sekarang, kita berteman ya." Kata-kata itu, Leonardo lah yang mengajarkannya. Tapi syukurlah, daya ingat Anabella lumayan tinggi. Ia bisa menirukan kata-kata itu meskipun Anabella sendiri sudah lupa kalau ayahnya yang pernah mengajari itu.

Anabella kembali tersenyum riang. Meletakkan barbienya di atas kasur. "Dah Barbie," ucapnya sambil melambaikan tangan.

Makan malam itu, tak banyak yang berbicara. Hanya Rehan yang terdengar aktif terus betanya, mengajak Anabella berbicara. Dengan begitu, pikiran Anabella akan senang terus. Dan penyakitnya akan sembuh dengan seiringnya waktu.

***

Keesokan harinya. Setelah selesai menyapu, Anabella kembali ke kamarnya. Bermain sejenak dengan Barbie, untuk mengobati rasa lelahnya hari ini. Baru juga sembuh, tapi pekerjaan yang diberikan Lauren begitu banyak. Dari menyapu, mengepel dan masih banyak lainnya. Namun yang Anabella selesaikan hanya 1. Yaitu menyapu saja. Ia pikir, bermain bersama Barbie sejenak tak ada salahnya. Balita seusianya memang masa-masa bermain. Bukan dijadikan pembantu seperti yang Lauren lakukan.

Saat sedang asyik bermain. Tiba-tiba Isabella menyerobot masuk. Keningnya mengkerut saat melihat Anabella mempunyai boneka Barbie yang tak kalah bagusnya dari yang ia punya.

Isabella marah dan langsung mengambil Barbie itu dari tangan Anabella.

"Ini punya Icabel," katanya tak jelas. Isabella memang sedikit kesulitan menyebutkan huruf 'S'.

Anabella tidak terima. Boneka itu jelas miliknya. Pamannya yang memberikan. Dengan berani, Anabella merebut kembali boneka itu dari tangan Isabella.

Isabella juga tidak terima, ia mendorong Anabella sampai terjatuh ke lantai. Isabella kembali mengambil boneka itu, dan berlari meninggalkan Anabella yang sudah menangis dengan kencang.

"Barbie ku, Barbie Anabella" gumamnya sambil terisak.

Percuma juga Anabella menangis di siang hari. Tak ada orang yang menolongnya. Yang ada, Lauren tambah murka padanya.

Belum juga selesai dibahas, Lauren sudah muncul di hadapan Anabella. "Barbie ini punya Isabel (sambil menunjukkan Barbie yang ia bawa), awas kalau kau berani mengambilnya. Bibi akan menghukum mu lagi," ucap Lauren dengan mata yang menyala-nyala. Siapapun pasti ingin mencongkel mata dengan tatapan penuh kebencian itu.

Sungguh ajaran yang salah untuk sang anak. Harusnya Lauren mengajari Isabella dengan baik. Kejujuran harus ia tanamkan sejak dini, bukan malah kebohongan seperti ini. Punya orang tapi di aku-aku menjadi milik anaknya. Benar-benar ajaran yang tidak benar bagi para ibu lainnya.

Lupakan masalah Barbie itu. Setelah tak punya mainan lagi. Anabella kembali fokus bekerja. Kali ini ia menyapu halaman rumah depan. Tak sengaja, matanya menangkap bayangan anak kecil.

Seorang anak kecil laki-laki, sepertinya Anabella dengan anak itu berbeda kurang lebih 2 tahun. Melihat anak laki-laki yang bermain robot-robotan, sepertinya Anabella tertarik.

Ia menghentikan aktivitas menyapunya, dan berlari menghampiri anak kecil laki-laki. Anak tetangga sebelah.

"Main. Anabella ikut main," ujar Anabella penuh kegirangan.

Ternyata, anak laki-laki ini tidak pelit. Namanya Johan Aditya, usia 6 tahu. Lebih tua 2 tahun dari Anabella. Tak perlu waktu yang lama, keduanya sudah akrab. Anabella sampai lupa waktu. Anak kecil memang tak ingat waktu, yang ia tahu hanya kebahagian. Tertawa saat senang, dan sedih saat dimarahi.

Di dalam rumah itu. Lauren mondar-mandir tak jelas. Ia takut Anabella akan kabur lagi. Sudah 15 menit lamanya Anabella tak terlihat di rumahnya.

"Huft, nyusahin saja anak itu," ucap Lauren emosi.

Setelah ijin dengan Isabella, Lauren keluar dari rumahnya dan berniat mencari Isabella. Tak jauh dari halaman rumahnya, Lauren mendengar suara tawa dari Anabella. Lauren geram, segera ia cari sumber suara tersebut. Ternyata Anabella sedang main dengan anak tetangganya.

Lauren segera memasang topengnya. Seperti biasanya, bersikap baik saat di depan orang lain.

"Anabella, mari pulang Nak. Bibi sudah masakin kamu makanan yang enak," katanya penuh kepalsuan.

Anabella yang memang sedang lapar langsung terlonjak senang. "Jo, Anabella pulang," ijin Anabella pada teman barunya.

Anabella pulang dibonceng sang bibi. Dibonceng hanya sampai depan rumah saja. Setelahnya, ia menyeret Anabella masuk ke dalam.

"Puas main-mainnya? Isabella aja gak bibi ijinin main di luar. Tapi kamu---- dasar anak tak tahu terimakasih. Bersihkan gucci itu sampai bersih!" titahnya sambil menunjukkan sebuah gucci berukuran sedang.

Anabella protes. Dia dengar bibinya menawarkan makanan tadi. "Bibi, Anabella mau makan. Bibi sudah masakin buat Anabella kan? Ayo bibi, mamam sekarang," ajak Anabella antusias.

Lauren emosi. "Enak aja, gak ada jatah makan kalau Gucci ini belum bersih."

Mau tidak mau, Anabella membersihkan Gucci itu dalam keadaan perut kosong. Mungkin karna tak fokus. Anabella tak sengaja menyenggol Gucci yang berukuran mini. Tak terhindarkan, kecelakaan pun terjadi. Gucci itu jatuh ke lantai, menjadi berkeping-keping.

Pyaaaarrrr

Seketika itu juga Lauren langsung berlari mendekat. "Ya ampun!!" teriak Lauren histeris.

Sedang Anabella, ia sudah menangis meringkuk di samping Gucci yang sempat ia bersihkan tadi. Anabella merasa bersalah, dan ia tahu. Ia akan dihukum lagi.

Bersambung.

Kira-kira, Anabella akan dihukum apa ya? Pantengin terus ceritanya.

Terpopuler

Comments

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎

bibik lampir pengen gue pites" astagaa

2022-10-05

0

💜Balqish H😻

💜Balqish H😻

Rehan sangat bodoh

2022-10-05

0

Yansri Harwita

Yansri Harwita

Gmn ya...kq bisa ya anak umur 4 tahun di jadikan pembantu, mengerjakan semua tugas rumah tangga, gkasuk akal banget, gmn tu tenaga ny, tapi jadi penasaran juga sih cerita ny

2021-12-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!