Anabella masih setia di samping bibi pengasuhnya. Hingga tak lama kemudian, jenazah sang ayah sudah siap dimakamkan.
Anak kecil itu tak mengeluarkan air matanya lagi. Dia hanya bingung dan mengikuti langkah semua orang.
Dia Anabella, punya riwayat penyakit jantung sejak kecil. Dia tak boleh mendengar berita yang mengejutkan. Penyakit itu turunan dari sang ibu yang telah meninggal.
Anabella didekati oleh pamannya. Dia saudara dari ayahnya. Rencananya, Anabella akan di asuh sementara. Karena bagaimanapun juga, paman Anabella sudah beristri dan mempunyai seorang anak. Tak mungkin Anabella akan berlama-lama, ia takut sang istri akan marah. Sepertinya, paman Anabella salah satu dari suami-suami takut istri.
Buktinya sekarang, sebelum menghampiri Anabella. Pamannya minta ijin dulu pada sang istri. "Aku akan berbicara dengan Anabel (panggilan dari Anabella)," ijinnya pada sang istri.
Istrinya mencebikkan bibirnya. "Ngapain? Mau bawa dia ke rumah gitu?" tanyanya dengan nada sewot. Padahal ini hari berduka, kenapa bisa-bisanya adik ipar dari almarhum bersikap seperti itu. Setidaknya bersikap yang baiklah, ini di depan umum. Sekali-kali, tapi jangan ada kepura-puraan. Dengan tulus sama keponakan dari suami. Tapi nyatanya bibi Lauren tidak bisa bersikap seramah itu. Aslinya lebih ketus lagi kalau didekati lebih jauh.
"Untuk sementara Sayang, aku janji," rayu Rehan pada sang istri.
Lauren hanya bersedekap, kemudian berjalan meninggalkan suaminya. Masa bodoh.
Jadi dalam perjalan ke makam, Anabella di dampingi oleh sang paman. Dia bergelayut manja, sambil menceritakan masa-masa indahnya bersama ayahnya.
"Paman tau gak? Kemarin aku jalan-jalan bareng ayah. Tapi sekarang, kenapa ayah tidur dan gak bangun-bangun? Anabella sedih paman," curhat anak kecil itu.
Pamannya terenyuh, dia sangat kasihan dengan keponakannya ini. Dia akan mengadopsi Anabella apapun yang terjadi.
***
Mereka semua telah selesai memakamkan jenazah Leonardo Nhoel. Anabella yang belum mengerti apa-apa, jelas meraung-raung menangisinya.
"Kalian semua jahat, kenapa ayah Anabella ditimbun tanah? Paman, kenapa ayah ditimbun?"
Tadinya Anabella disuruh menunggu di dalam mobil saja. Namanya juga anak kecil yang jiwa ingin tahunya sangat besar. Jadi bibi Rahma dengan terpaksa mengijinkannya. Lagian menurut bi Rahma, ini adalah perpisahan yang terakhir antara anak dan ayah. Tak ada salahnya kan jika anaknya melihat itu?
Ternyata Bu Rahma salah besar. Gara-gara dia, Anabella jadi sesedih ini. Bahkan jantungnya mulai tak stabil lagi.
Seseorang yang hadir di sana, tak tega melihatnya. Hanya dia yang tahu betul tentang riwayat penyakit Anabella.
***
Flashback
Setelah menjalani pemeriksaan rutin. Anabella dan ayahnya keluar dari ruangan periksa. Tak sengaja saat berjalan di koridor, Leonardo bertemu dengan teman lamanya.
Lalu Leonardo segera menyapa teman lamanya itu. Teman lama yang sebenarnya sangat dekat. Mereka terpisah karena ada urusan masing-masing. Leonardo yang memutuskan bersekolah di luar kota, sedang sang teman, dia menetap dan tinggal di kota ini. Dan dengar-dengar, dia menikah muda.
"Arkan!" panggil Leonardo sambil berjalan mendekat bersama sang putri.
"Leonardo! Hei apa kabar?" tanya orang tersebut yang tak lain adalah Arkan. Teman lama ayah dari Anabella.
"Aku baik-baik saja. Yeah, seperti apa yang ku lihat."
"Dia siapa?" tanya Arkan sambil menunjuk ke arah anak kecil yang berusia 4 tahun itu.
"Dia putriku. Perkenalkan, namanya Anabella Nhoel."
Arkan berjongkok, menatap anak kecil yang begitu cantik, imut, lucu nan menggemaskan di matanya.
"Hai gadis cantik," sapa Arkan sambil duduk berjongkok di depan Anabella.
Anabella hanya balas tersenyum khas anak-anak. Namanya juga anak kecil, kadang bisa langsung menyahut, kadang pula juga enggan seperti sekarang.
Merasa tak ada jawaban, akhirnya Arkan mencubit gemas pipi Anabella. Sungguh dia menginginkan seorang anak. Sudah hampir 8 tahun lamanya ia menikah, namun sampai sekarang, ia dan istri belum juga diberikan momongan. Ya, Arkan ini menikah muda di usia 19 tahun. Ia menikah dengan pacar semasa SMP nya dulu. Hubungan yang begitu harmonis, jadi membuatnya ia bertahan bersama sang istri meskipun belum ada anak di antara mereka.
"Oya, kok kamu ke sini? Siapa yang sakit?" tanya Arkan kemudian.
"Putriku, dia punya riwayat penyakit jantung. Turunan dari ibunya," balas Leonardo lirih.
Arkan sempat tertegun. Kasihan sekali nasib anak kecil ini. Anak yang sangat cantik, pemalu dan periang jika Arkan nilai. Tapi mendapat cobaan yang begitu berat.
"Dan kamu sendiri?" tanya Leonardo penasaran.
"Aku hanya mau mengambil berkas yang ketinggalan," balas Arkan.
Leonardo langsung menduga dengan tepat. "Kamu dokter."
"Maybe," balas Arkan sambil terkekeh.
Hingga kedua pria orang dewasa itu terus membicarakan penyakit yang diderita oleh si kecil Anabella.
Flashback off
***
Arkan ingin mendekat ke arah Anabella, tapi tak enak dengan Rehan. Jadi, dia hanya menatapnya saja dari kejauhan.
Arkan ikut melawat, karena Leonardo sempat ditangani di rumah sakit, yang dimana ia bekerja di sana. Jadi sebagai sahabat atau teman lamanya, ia pastikan hadir untuk mengucapkan salam perpisahan buat sang sahabat.
Tapi melihat Anabella yang menahan sesak itu, Arkan benar-benar tak tega. Tapi dia bukan siapa-siapa di sini. Ia hanya penonton. Lagipula, si Anabella juga tak ingat dengannya.
Suasana di pemakaman menjadi mencengkam. Rehan langsung memarahi bi Rahma sekaligus memecatnya. Lauren tersenyum licik, biarkan saja seperti itu. Merepotkan saja jika ada bi Rahma yang selalu hadir di samping Anabella. Tentu ia akan kehilangan uang untuk membayar gajinya.
Rehan dan Lauren tak tahu mengenai penyakit yang diidap oleh Anabella. Jadi dia hanya santai dan menggendong Anabella yang sudah megap-megap hampir kehabisan oksigen.
Kali ini, Arkan tak tega melihatnya. Kenal tidak kenal, ia dekati Anabella yang berada dalam gendongan Rehan.
"Permisi, sepertinya anak ini sedang tidak baik-baik saja Pak. Boleh saya periksa? Kebetulan saya dokter," ucap Arkan dengan hormat.
Rehan yang merasa iba dengan Anabella, akhirnya mengangguk mengiyakan. Di sinilah, Arkan gunakan sebaik mungkin untuk mengobati Anabella. Ia membawa Anabella masuk ke dalam mobil. Kebetulan sekali Arkan menyiapkan obat-obatan yang lengkap. Jadi, diberikannya oksigen untuk Anabella.
Selang beberapa waktu kemudian. Nafas Anabella berangsur membaik. Jiwanya terpukul gara-gara kejadian tadi. Anak sekecil ini harusnya tak boleh ikut.
"Kamu yang sabar ya Anabella, semoga kau selalu bahagia."
***
Setelah dua hari kejadian di makam. Kini kesehatan Anabella sudah 80% membaik. Melihat Anabella yang sudah sehat-sehat saja, sang bibi dengan teganya menyuruh Anabella menyapu.
"Heh, sapu rumah ini dengan bersih!" perintahnya sambil menyodorkan sebuah sapu.
Anak kecil itu hanya menatap takut. Bibinya ini hanya baik saat di depan pamannya saja. Setelahnya, jangan tanyakan lagi.
Bersambung.
Jangan lupa, tinggalkan like dan komen ya. Dukungan kalian, adalah semangat ku untuk menulis. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🎯™ꨄ᭄⃟™Suci Anatasya❀⃟⃟✵🅠🅛
di real memang ada, Ibu sambung yang baik itu cuma asyanti doang 🥺
2022-10-19
0
🍇🐊⃝⃟🍒EndahCђαη🍁❣️🕊️⃝ᥴͨᏼ🍂
istrinya jahat banget GK ada simpatinya sama anak yatim piatu
2022-10-19
0
ƙơ℘ı ცąʂı☕️🍒⃞⃟ 🦅
datang
2022-10-19
0