Episode 18
Satu bulan kemudian.
Hari ini adalah hari pertama Anabella masuk sekolah. Bu Yulia sangat antusias sekali mendandani Anabella. Bahkan ia akan mengantar jemput nantinya. Arkan tentu sangat senang. Pekerjaannya yang padat, jadi ia tak sempat mengantar Anabella hari ini. Jika ada ibunya yang bersedia, kenapa tak diijinkan oleh Arkan? Sedangkan Venesa, dia masih sibuk dengan urusan pribadinya. Untung Arkan penyabar, bukan, melainkan Arkan sangat sabar menghadapi sang istri.
Saat ini Anabella sudah berada di taman kanak-kanak bersama Bu Yulia. Anabella sangat senang bisa menghirup udara segar.
Selama sebulan tanpa om papa maupun sang nenek, Anabella selalu membantu membereskan rumah sesuai perintah bi Ijah. Bahkan anak sekecil itu juga tahu bagaimana caranya agar tutup mulut saat berada di depan Arkan. Kalau di depan Venesa? Anabella tak perlu berpura-pura. Karena Anabella tahu, Venesa tak perduli padanya. Anabella hanya dimanjakan dengan barang-barang mewah saja selama sebulanan ini oleh Venesa.
Berbeda dengan kebahagiaan Anabella yang tengah memulai menimba ilmu. Kini Venesa tengah kembali bersedih ria. Bagaimana tidak sedih? Sudah sebulan ia mengadopsi Anabella, tapi sampai sekarang dia belum dinyatakan positif hamil.
Sepulang dari having fun bersama teman-temannya. Kini Venesa tengah dilanda kepusingan. Ia mondar-mandir tak karuan di dalam kamarnya. Ia bingung harus melakukan apalagi. Semua saran dari dokter sudah ia laksanakan. Segala macam cara sudah dilakukannya.
Saking bingungnya, Venesa segera menghubungi bu Sania. Ia ingin curhat tentang yang satu ini. Venesa memerlukan solusi agar menemukan jalan keluar.
Setelah menunggu sedikit lama. Bu Sania akhirnya datang. Saling cipika-cipiki, kemudian Venesa memeluk manja kepada mamanya. Venesa ini anak tunggal, jadi Bu Sania ekstra memanjakannya. Berbeda dengan Arkan yang punya kakak (perempuan), tapi jauh berada di luar negeri. Makanya, disini Bu Yulia menginginkan cucu dari anak laki-lakinya. Bukan Bu Yulia saja sebenarnya, Bu Sania pun juga ingin. Tapi bukan cucu angkat seperti Anabella. Bu Sania menginginkan cucu kandung dari Venesa, anaknya.
"Ada apa?" tanya Bu Sania. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke tempat biasa, taman belakang.
Venesa mendesah, menghembuskan nafas dalam-dalam. "Negatif Ma," ucap Venesa dengan sedih.
Bu Sania seperti terkejut. Responnya berbanding terbalik. "Jadi anak itu gak ada gunanya?" ucapnya dengan nada agak marah. Bu Sania tak takut kalau ucapannya itu terdengar oleh bi Ijah. Sebab, mereka berdua sudah kongkalikong memojokkan Anabella agar tak betah tinggal di rumah itu. Meskipun usahanya always fail and fail. Tapi Bu Sania tak menyerah. Bu Sania tak menyadari akan dampak dari kelakuannya. Andai Bu Sania sadar, bahwa Tuhan tengah memberikan ujian padanya dan anaknya yang sampai sekarang belum hamil. Mungkin Bu Sania tak berani bertindak jahat pada anak yatim-piatu yang bahkan belum mengerti apa-apa. Anak yatim yang seharusnya disayangi, dilindungi dan diasuh dengan baik. Tapi faktanya, mereka malah menyiksanya.
"Gak tahu Ma, buktinya Venesa gak hamil-hamil juga kan?"
Sepertinya, kedua orang itu lupa. Kalau sebentar lagi, Anabella dan Bu Yulia akan datang. Mengingat ini sudah hampir waktunya pulang untuk anak-anak TK.
"Kita tunggu bulan berikutnya. Kalau tetep gak ada hasil, kita kembalikan dia ke panti. Mama gak suka lihat anak itu dekat dengan jeng Yulia."
"Iya Ma, nanti Venesa akan bujuk mas Arkan. Venesa juga gak suka Ma. Tiap hari mas Arkan manjain dia."
"Tuh kan, anak itu bakal ngelunjak kalau dibiarkan. Mama akan menyingkirkan hama yang mengganggu pikiranmu."
"Hama?" Bu Yulia yang baru saja sampai, mendengar obrolan mereka langsung terkejut. Tentu Bu Yulia langsung ikutan nimbrung.
Seketika itu, Venesa dan Bu Sania melotot saling bertatapan. Jantung Venesa sudah berdebar-debar. Semuanya bisa gawat kalau mertuanya tahu.
"Emmm." Venesa panik. Dia belum menyiapkan kata-kata yang tepat untuk masalah ini.
Tapi Bu Sania mencoba biasa saja. Mencari cara agar Bu Yulia tak memojokkan mereka.
"Oh ini Jeng, bunganya Venesa. Kalau gak dirawat tiap hari, bisa diserang hama sewaktu-waktu kan?"
Bu Yulia sedikit mengernyitkan keningnya. Hama biasanya menyerang tanaman sawah. Kalau bunga? Entahlah, Bu Yulia tak menangkap semua perkataan mereka. Yang ia tangkap dengan jelas adalah kata hama di dalam situ.
"Oh, ku pikir hama yang serius?"
'Hah.' Venesa sedikit lega. Ternyata mertuanya tak mendengar semuanya.
***
Sore harinya.
Arkan yang baru sampai disapa oleh Anabella. Wajah berseri membuat Arkan gemas ingin mencubit pipi anak angkatnya.
"Anak om papa menggemaskan," ujar Arkan sambil berjongkok lalu mencubit pelan pipi Anabella.
Anabella tersenyum menampilkan deretan giginya. "Om papa, om papa." Panggil Anabella setelah tangan Arkan sudah beralih memegang kedua sisi lengan Anabella.
"Iya, kenapa Sayang?" tanya Arkan begitu lembut.
"Anabella punya banyak teman," ceritanya.
"Wah, pasti seru. Terus Anabel tadi main apa di sekolah?" tanya Arkan ingin tahu.
Venesa yang baru dari kamar mandi melihat interaksi keduanya dengan tangan yang dilipat di dada. Venesa kalah cepat dengan anak kecil macam Anabella.
Arkan tak mungkin mengabaikan sang istri. Ia segera menggendong Anabella, lalu menghampiri Venesa yang kini sudah bersandar di tembok.
"Sore istriku," sapa Arkan tetap sambil mencium kening Venesa.
Anabella tersenyum lebar. Dia juga menginginkan hal yang sama. "Om papa," panggil Anabella sambil menatap Arkan. Gaya khas anak-anak.
Arkan terkekeh. Mungkin dia harus membiasakan juga untuk mengecup kening anak angkatnya.
"Cup," dikecup juga pipi Anabella.
Anabella ikut terkekeh mendapat perlakuan dari Arkan. Mereka berdua tak menyadari, kalau di depannya ada singa yang tengah terbangun.
Tapi apa yang dilakukan oleh Arkan terhadap istrinya? Sangat mengejutkan sekali bagi Venesa.
"Eh, Tante cium Anabella juga dong?" Kerlingan mata dari Arkan tak bisa ditolak oleh Venesa. Dengan berat hati, Venesa ikut mengecup kening Anabella.
Hatinya sedikit bergetar melakukan itu. Tapi jiwa hitamnya tetap menolak. Mau tapi tak sudi.
Anabella merasa disayang oleh kedua orang tua angkatnya. Hingga sore itu, ketiga orang itu sudah mulai akrab satu sama lain. Suasana yang menghangat. Venesa yang sudah mulai luluh dengan sikap lucu Anabella. Ini semua berkat Arkan yang menyuruh Venesa berinteraksi dengan Anabella.
Beberapa hari yang lalu, Arkan sempat melihat sikap cuek Venesa pada anak angkatnya. Maka dari itulah, Arkan menciptakan suasana sebaik mungkin, agar Venesa tak cuek-cuek lagi terhadap anak kecil. Bagaimana bisa punya anak, kalau Venesa sendiri tak suka dengan sosok anak-anak?
***
Setahun kemudian.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
haish sabar lah belum dikasih aja mungkin
2022-10-19
0
Tika
pantes Vanesa GK be PNY ank
hati ny jelek
lnsung dewasa kk
2021-06-02
1
Syaifudin Kediri
arkan sama anabel jarak umurnya jauh banget...
2021-04-16
0