"Anabella suka?" tanya Arkan mendekat.
Anabella mengangguk riang. "Suka Om papa," balasnya tertawa lebar.
"Bilang makasih dong sama nenek," suruh Arkan.
Anabella mengerti, dia langsung berhambur ke arah Bu Yulia. "Makasih Nek," ucap Anabella sambil mendongak menatap wajah Bu Yulia yang tengah berdiri.
Bu Yulia mengusap rambut Anabella dengan sayang. "Sama-sama Sayang."
Venesa diam saja, ia tak terlalu pandai mengurus anak kecil. Ia meninggalkan kamar Anabella dan menghampiri Bu Sania yang tengah duduk di taman belakang.
Padahal, Venesa ini penyuka bunga. Tapi dia mempunyai satu sikap, yaitu cuek. Entah kepada siapa saja, dia selalu cuek dan kurang perduli.
Venesa mendaratkan pantatnya di kursi samping Bu Sania.
Bu Sania menengok ke arahnya. "Hm, kamu kok bisa nemu anak seperti dia. Nemu dimana?" tanya Bu Sania tiba-tiba.
Venesa mana mungkin berbohong. Ia menjawab semuanya dengan jujur. "Mas Arkan Ma. Katanya, Anabella anak almarhum dari teman lamanya."
"Kamu suka gak?"
"Liat nanti aja Ma. Venesa tergantung mas Arkan."
"Ya jangan gitu. Kamu ngadopsi anak kan cuma pancingan. Mendingan kamu usahain punya anak sendiri. Jangan buang-buang duit buat ngurusin anak orang," nasehat Bu Sania.
Venesa yang anak mama itu, mengangguk menurut. Dia akan berusaha lagi setiap malamnya. Siapa tahu, dengan begitu dia segera hamil.
***
Pagi-pagi sekali Anabella terbangun. Dia bingung mau melakukan apa. Jadinya Anabella hanya main di kamarnya. Ia bermain boneka hello Kitty yang sudah disiapkan oleh Bu Yulia. Bu Yulia benar-benar perhatian pada Anabella. Anabella sangat suka itu.
Sementara itu, Arkan dan Venesa baru saja terbangun. Setelah aksi panasnya tadi malam, mereka berdua bangun sedikit kesiangan. Tadi malam, Venesa berhasil menggoda Arkan. Ia ingin mewujudkan perkataan mamanya untuk segera memiliki anak sendiri. Biar Arkan lebih sayang padanya dari pada sayang pada anak orang lain.
"Pagi Sayang," ucap Arkan sambil mengecup bibir istrinya sekilas, lalu berpindah ke kening istrinya.
Mereka berdua masih di dalam selimut. Tampil polos tanpa sehelai benang pun. "Pagi juga Mas. Kau bangun lebih awal," balas Venesa dengan menyunggingkan sebuah senyuman.
"Aku ada jadwal pagi ini. Yuk mandi bareng?" ajak Arkan sambil mengerlingkan matanya dengan genit.
"Astaga, mau nambah?" tanya Venesa pura-pura tak tahu.
Arkan melihat jam dinding. Ck, dia gak punya banyak waktu buat melakukan satu ronde lagi. Jadi dia membantah pertanyaan istrinya. "Gak Sayang. Waktuku mepet. Mandi aja yuk," ajaknya lagi. Pada akhirnya Venesa menyetujui ajakan dari Arkan. Mereka berdua mandi bersama.
***
Anabella masih bingung melakukan apa. Saat asyik bermain, ia kebelet buang air kecil. Segera Anabella berlari keluar dari kamarnya. Mencari-cari kamar mandi yang tadi malam ditunjukkan oleh Bu Yulia. Rumah Arkan ada seorang ART (asisten rumah tangga) yang setiap hari memasak dan membersihkan rumahnya. Tak sengaja Anabella melihat asisten rumah tangga itu. "Bibi, Anabella mau ke kamar mandi," ucap Anabella sambil menahan pipisnya.
Ternyata si bibi ini sepertinya juga tak suka akan kehadiran Anabella. Anabella yang terlalu cantik, bermata sipit, bibir merah jambu alami, dan kulit putih. Mungkin membuat sang bibi iri. Bahkan Venesa kalah cantik dengan Anabella.
"Ya udah sono. Ngapain bilang-bilang," ketusnya.
Untung Anabella kebal. Ia pernah diperlakukan lebih parah daripada ini. Jadi dia tak terkejut dengan kejudesan dan keketusan sang bibi. Bi Ijah namanya, seumuran dengan Bu Yulia. Tapi ketusnya jangan tanyakan lagi. Mungkin bos cuek dapat pembantu yang ketus, jadinya impas. Anabella segera ke kamar mandi. Melewati Bi Ijah dengan permisi.
Setelah Arkan dan Venesa selesai mandi. Arkan buru-buru berpakaian. Ia kepikiran dengan Anabella. "Mau kemana Mas?" tanya Venesa.
"Mau lihat Anabella, dia sudah mandi apa belum?"
Venesa diam saja. Dia tak terlalu memusingkan Anabella. Ada Anabella atau tidak, tak berpengaruh baginya. Cuma Venesa kurang suka jika perhatian Arkan terbagi dengan yang lain. "Ah, masa bodo lah. Ngapain aku mikirin yang enggak-enggak kayak gini?"
Venesa selesai berdandan. Dia ingin shopping hari ini. Membeli pakaian baru untuknya dan untuk Anabella mungkin. Meskipun cuek, Venesa juga tak ingin anak angkatnya dianggap tak dibiayai. Dia orang kaya, tak mungkin membiarkan Anabella terlihat gembel saat di luar rumah. Apalagi Anabella sebentar akan masuk sekolah. Venesa harus ekstra memperhatikan pakaian Anabella. Biar terlihat kalau Anabella tak terlantar hidup bersama dia dan Arkan.
Arkan mencari Anabella ke kamarnya, tapi tak ketemu. Ia mencoba keliling dan menemukan bi Ijah yang sedang menyiapkan sarapan di meja. Arkan mendekati dan menanyakan keberadaan Anabella.
Bi Ijah yang sejatinya takut pada Arkan langsung menjawab jujur. "Ada di kamar mandi, Pak."
Arkan mengangguk. Melangkahkan kakinya mendekat ke arah kamar mandi. "Anabella, apa kau di dalam Nak?" tanya Arkan dari luar.
Anabella yang sedang kesulitan membuka resleting bajunya segera membukakan pintunya. "Iya Om papa, Anabel ingin mandi," balasnya.
Arkan melemparkan senyum. Ia tak tega melihat anak angkatnya dalam kesulitan. Arkan membuka kancing lengan bajunya. Menggulungnya sampai siku. Kemudian ia ikut masuk ke kamar mandi.
"Sini, biar om papa yang mandiin kamu."
Anabella balas tersenyum lebar. Ia bahagia karena diperhatikan oleh papa angkatnya.
"Makasih Om Papa," balas Anabella dengan senang.
Arkan dengan telaten memandikan Anabella. Dari membasahi rambut Anabella, memberikannya shampoo, lalu menyabuni badan Anabella.
Anabella anak yang periang dan cerewet ternyata. Arkan menilai itu saat Anabella banyak bertanya ini itu. Arkan dengan sabar menjawab semua pertanyaan Anabella selama Arkan tahu jawabannya. Cukup lama Arkan dan Anabella di dalam kamar mandi. Akhirnya tugas Arkan memandikan Anabella selesai juga.
Venesa sempat melihatnya. Untung dia cuek, jadi dia tak cemburu lagi dengan hal itu. Lagian Anabella anak kecil. Dimandikan oleh Arkan tak masalah juga bagi Venesa. Venesa sendiri juga tak cukup waktu buat memandikan anak angkatnya. Jadi dia diam saja, tak mau komentar aneh-aneh.
***
Siang hari, di rumah Arkan hanya ada Anabella dan bi Ijah. Bi Ijah tetap sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sedang Anabella, dia memilih mengurung dirinya di dalam kamar. Bermain boneka dan mainan lainnya.
Tiba-tiba, suara bel pintu terdengar nyaring di telinga Anabella. Dengan inisiatifnya, Anabella keluar dari kamarnya. Ternyata pintu ruang tamu sudah dibuka. Bi Ijah yang membukanya.
Anabella melihat dari arah yang jauh, ia langsung tersenyum melihat siapa yang datang.
"Oma?" panggil Anabella dengan riang. Ia segera berlari kecil ke arah Bu Sania.
Saat Anabella memeluk tubuh Bu Sania. Bu Sania langsung heboh. "Astaga, apa yang kau lakukan? Aku ini bukan oma mu!"
Nah loh!
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ(^_^) Kᵝ⃟ᴸ🦎
kann ketus lagi, katanya pengen cucu, tapi sama anak kecil aja gak sukaa
2022-10-05
0
Destra Vajrapratama
kasihan sekali anabel dpt ibu angkat cuek lg.mendingan tingal di panti aja thorr.bikin vanesa gak ounya anak kesel bacanya
2021-08-09
0
Aina Yati
nenek tua
2021-05-10
1