Episode 17
Venesa duduk di sofa ruang tengah. Ia memainkan ponselnya dengan serius. Anabella memandangnya dengan lekat wajah ibu angkatnya. Venesa memang tidak jahat, tapi sikap cueknya sedikit membuat Anabella merasa ketakutan.
Merasa diawasi, Venesa balik menatap Anabella. Ia langsung berucap, "Ngapain berdiri di situ! Masuk aja ke kamarmu! Oh ini, baju buatmu."
Anabella menyambut pemberian dari Venesa. Ada rasa senang saat menerima baju pemberian dari Venesa. "Makasih Tante," balas Anabella dengan wajah berseri.
Anabella langsung masuk ke kamarnya. Namanya juga anak kecil, pasti tidak sabaran jika punya barang baru. Anabella segera membongkar baju-baju. Tak hanya sebuah saja, ada 5 pakaian yang diberikan Venesa padanya. Modelnya lucu, gambarnya kartun idaman anak-anak masa kini, Frozen dan kuda poni. Tentu Anabella sangat senang. Ia tak sabar ingin memakai bajunya satu persatu.
Saat ia mencoba melepaskan baju yang ia kenakan. Anabella merasa kesulitan. Baju yang ia pakai terasa sulit dibuka. Dengan pikirannya yang masih dini, orang pertama yang ia mintai tolong adalah Venesa. Siapa lagi selain dia. Jadilah Anabella kembali keluar kamar. Meminta pertolongan dari sang ibu angkat.
"Tante, baju Anabel susah dibukaaa," ujarnya sambil menunduk. Menggoyangkan salah satu kakinya dengan pelan.
Venesa menatap Anabella. Sedikit jengah dengan kehadiran Anabella yang tiba-tiba mengganggu aktifitasnya. Tak dihiraukannya Anabella. Venesa justru memanggil pembantunya.
"Bi Ijah, Bi!"
Bi Ijah yang sedang ngepel, langsung lari tergopoh-gopoh. Ia hampir saja terpeleset karena lantai yang belum kering. Beruntung dia masih selamat, jadi dia bisa berhadapan langsung dengan Venesa.
"Iya Nyonya," sahut bi Ijah sambil mendekat.
"Tuh, lepasin baju Anabel!" suruhnya pada bi Ijah.
"Baik Nya," balas bi Ijah. Netra matanya menatap tajam ke arah Anabella dengan tak suka. Tapi bi Ijah ini tak pernah sekongkol dengan Venesa. Jadi, dia harus sedikit pura-pura kalau dia juga menyukai Anabella.
"Ayo nak Anabel," ucapnya kemudian. Tangannya dengan kasar mendorong Anabella masuk ke kamar.
Sebelum menutup pintu kamar Anabella. Bi Ijah memastikan kalau Venesa tak memperhatikannya. Dan benar saja, Venesa masih terlalu sibuk dengan HP-nya. Dia tak suka diganggu kalau sudah di depan smartphone.
Bi Ijah langsung beraksi. Tugas dari Bu Sania belum ia jalankan. Menyuruh Anabella membantu meringankan pekerjaannya. 'Enak aja, anak pungutan masa harus jadi nyonya,' gerutu bi Ijah dalam hati.
Ia kembali menatap Anabella. "Heh bocah! Lepas baju gini aja gak bisa. Emang sebelumnya kamu hidup dimana?"
Dengan kasar dan memaksa, bi Ijah melepaskan baju Anabella. Awalnya Anabella meringis, tapi ini terpaksa. Coba kalau pakai kaos, Anabella sudah bisa melepaskan sendiri. Tapi ini dress, ada resletingnya di belakang. Tentu Anabella memerlukan bantuan untuk membukanya, sebab tangannya belum sampai.
***
Sore harinya Arkan baru pulang ke rumah. Seperti biasanya, ia mendahulukan mencari Venesa. Arkan tersenyum lebar saat menemukan istrinya yang tengah sibuk menyiram bunga di taman belakang.
"Eh, suamiku sudah pulang?" tanya Venesa saat melihat Arkan.
Venesa segera mematikan kran air. Ia berlari kecil dan memeluk Arkan. Tak sengaja, saat Anabella ingin ke kamar mandi, Anabella melihat adegan itu. Anabella diam mematung. Ia belum mengenal keduanya secara detail. Tapi melihat keakuran kedua belah pihak, membuat Anabella mengingat ayahnya.
Apalagi sekarang, matanya menangkap bagaimana Arkan memperlakukan Venesa dengan mesra. Mencium kening dan mencium pipi Venesa sekilas. Anabella jadi teringat dengan Leonardo.
Saat ayahnya masih hidup, Anabella selalu diberikan kecupan dan ciuman yang bertubi-tubi. Tapi sekarang, Anabella jarang mendapatkan perlakuan yang sama.
Tak terasa, air mata anak itu menitik dengan sendirinya. Arkan yang merasa seperti tengah ditatap akhirnya menoleh.
"Loh, anak om papa kenapa menangis?" Spontan Arkan melepaskan tubuh Venesa dari pelukannya.
Venesa sedikit kesal. Entah kenapa, ia merasa cemburu tanpa sebab. Venesa merasa, kasih sayang Arkan terbagi dengan Anabella.
Arkan membuka lebar kedua tangannya. Kemudian menangkap tubuh Anabella dan menggendongnya.
"Anabella kenapa? Coba cerita sama om papa," pinta Arkan. Sebelah tangan satunya menghapus air mata yang masih mengalir di pipi Anabella. Arkan mengusapnya dengan lembut.
Ia mencari tempat duduk terdekat. Arkan seperti ayah bagi Anabella. Tanpa malu lagi, Anabella mengalungkan tangannya di leher Arkan. menyembunyikan wajahnya di bahu om papanya.
Impulsif, tangan Arkan mengelus punggung Anabella naik turun. Berusaha menenangkan bocah balita yang tengah menangis tanpa sebab.
"Kenapa? Hm," tanya Arkan lagi.
Anabella masih menangis sesenggukan. Ditanya seperti itu, Anabella langsung jujur apa adanya.
"Anabel ingin dicium seperti tante. Anabel rindu ayah, Om papa. Hiks."
Arkan sedikit sedih mendengarnya. Tapi ia mencoba tetap tersenyum. Leonardo tak mungkin mencium kening anaknya. Jadi intinya, Anabella ingin dicium oleh dirinya juga. Tentu saja Arkan akan mengabulkannya.
Dengan masih tersenyum, Arkan langsung mendaratkan bibirnya di kening dan pipi anak angkatnya. Seketika itu juga, tangis Anabella terhenti. Sekarang tinggal tawa riang karena geli diperlakukan sedemikian oleh Arkan.
Venesa yang melihat adegan macam itu, langsung dongkol setengah mati. Ia pastikan, Anabella tak boleh merebut Arkan darinya.
Bersambung.
Next???
Jangan lupa Vote dan vote ya. Terimakasih 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
.
ini juga bisa ijah mau maunya disuruh sama sania.. anabelle kan masih kecil knpa pd gk punya hati
2022-10-12
0
.
kasihan km bel, van kenapa km ini
2022-10-12
0
mei hua
gitu kok pingin anak venesa, ngimpimu ketinggian neng
2022-07-03
0