Tiga hari kemudian.....
Anaya hari ini pindahan setelah meminta izin kepada Aldi dan pria itu turut membantunya menuruni barang-barang karyawannya.
Anaya menata kamar kos berukuran 3x4 meter dengan perabotan yang ia miliki. Seperti televisi, kipas angin dan penanak nasi.
Anaya harus membeli kasur yang baru, karena ranjang yang kemarin ia tempati merupakan fasilitas rumah sewa yang lama.
Jam telah menunjukkan waktu makan siang, Aldi mengajak Anaya untuk beristirahat sejenak.
"Apakah kamu tidak lapar?"
Anaya mengangguk.
"Ayo kita cari makanan!"
"Ayo!" Anaya tersenyum.
Keduanya menaiki motor mencari warung makan, mereka singgah di warung pecel lele.
Keduanya duduk saling berhadapan, menunggu makanan yang telah dipesan.
Aldi memandang wajah Anaya dengan senyum.
Anaya yang diperhatikan, tampak salah tingkah.
"Ana, kalau aku boleh tahu kamu aslinya tinggal di mana?"
Anaya terdiam.
"Ana, apa pertanyaan aku salah?"
"Tidak, cuma saya tak mau memberitahunya."
"Kenapa?"
"Biarkan ini menjadi rahasia saya."
"Apa masa lalu kamu begitu menyakitkan?"
Anaya tak menjawab, ia hanya tersenyum singkat.
"Ana, apa ada pria lain yang lagi mengisi hatimu?"
"Saya tidak ingin membahas hati ketika sedang makan."
"Oh, maaf."
Anaya kembali tersenyum tipis.
-
Selesai makan siang, Aldi mengantarkan Anaya ke kosan dan ia kembali pulang.
Anaya merebahkan tubuhnya di atas kasur beralas lantai. Hari ini menurutnya begitu lelah beda ketika ia menempati rumah yang sebelumnya karena semua menjadi urusan anak buahnya Harsya.
Anaya menatap langit kamarnya, "Kenapa aku jadi merindukan si pria kejam?"
Anaya bangkit lalu duduk, ia menghela nafas. "Sekarang dia lagi apa, ya?"
Anaya menggelengkan kepalanya, "Aku tidak boleh mengingatnya, kalau bisa jangan pernah bertemu dengannya!" gumamnya.
Anaya kembali merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.
Dua jam tertidur karena kelelahan, pukul 3 lewat 30 menit Anaya terbangun. Melihat jam dinding, ia lantas berdiri dan melangkah ke kamar mandi yang terletak di kamarnya.
Badannya sudah bugar karena air yang membasahinya, Anaya lantas berpakaian. Memakai tas satu-satunya pemberian Harsya, ia lalu keluar kamar.
Anaya menyempatkan memperhatikan pintu kamar Intan yang masih tertutup, "Pasti dia belum pulang!" batinnya.
Anaya pun melanjutkan langkah kakinya. Tujuannya kali ini adalah minimarket terdekat. Ya, dia akan berbelanja perlengkapan kamar mandi.
Memasuki minimarket yang jaraknya hanya 500 meter dari kos-kosannya. Anaya memilih dan mencari barang yang dibutuhkannya.
Hampir 25 menit memutari lorong yang penuh rak berisi produk, Anaya akhirnya membawa barang belanjaannya ke meja kasir. Setelah membayar tagihan, ia pun keluar dengan menenteng 2 kantong plastik besar.
Anaya berjalan menuju tempat kos-nya.
Lagi asyik menikmati udara sore hari, terdengar suara teriakan meminta tolong.
Anaya mencari asal suara, seorang pria berlari kencang sembari memegang tas dan dibelakangnya wanita paruh baya sedang mengejar.
Anaya yang sadar jika pria yang sedang berlari tak jauh dari depannya adalah seorang pencuri dengan cepat ia rentangkan kaki kanannya.
Dan benar saja pria itu terjungkal, Anaya dengan sigap memukul dengan plastik berisi barang belanjaannya. "Rasain!" geramnya.
Pria itu tampak kesakitan dan memohon ampun.
Beberapa warga yang mendengar dan melintas dengan cepat menahan pria itu dan membawanya ke rumah RT.
Wanita paruh baya itu, tampak ngos-ngosan.
"Nyonya, ini tas anda!" ucap salah warga seorang pria tua.
"Terima kasih, Pak."
"Nona muda itu yang menangkap pencurinya, Nyonya." Pria tua itu berkata lagi.
Wanita itu melihat Anaya memungut barang yang berserakan dan sebagian telah rusak.
Ia lantas mendekati Anaya, "Terima kasih banyak, telah menolong saya!"
Anaya bangkit dan berdiri, ia tersenyum lalu berkata, "Sama-sama, Nyonya."
"Barang belanjaan kamu rusak, saya akan menggantinya," wanita itu hendak mengeluarkan dompet dari tasnya.
"Tidak usah, Nyonya. Saya ikhlas menolong," ucap Anaya.
"Kamu telah membantu saya, maka terima hadiah dari saya," wanita itu mengeluarkan sejumlah uang dari dompet.
"Tidak, Nyonya. Permisi!" Anaya bergegas pergi dan melangkah cepat menuju kos-nya.
Pria berusia 37 tahun berlari, menghampiri wanita paruh baya itu, "Maaf, Nyonya. Saya tadi sakit perut jadi sedikit lama di toilet."
"Tidak apa-apa, tas saya juga sudah dapat," wanita menunjukkan tas bermerek miliknya.
"Sekali lagi saya mohon maaf, Nyonya." Pria itu menunduk bersalah.
"Jangan dipikirkan, sekarang ayo kita pulang!" ajaknya.
"Iya, Nyonya."
Keduanya berjalan kembali ke restoran karena mobilnya berada di sana.
_
Anaya membongkar isi belanjaan, ia memilih barang yang masih bisa di selamatkan. Ternyata, barang yang ia beli masih layak meskipun sedikit rusak dan salah satu plastik koyak karena memukul pencuri.
Anaya lalu menempatkan perlengkapan mandi di lemari kecil miliknya.
Ia membuka bungkusan plastik berisi keripik balado, ia pun mencicipinya. "Sangat enak!" pujinya seraya tersenyum.
Anaya lalu meraih remote televisi dan muncul berita tentang Harsya.
Siaran berita itu menyiarkan jika perusahaan Harsya melakukan penipuan.
Anaya mendengarnya secara detail, matanya tampak berkaca-kaca ketika melihat wajah Harsya terpampang. Pria itu sedang dikejar-kejar beberapa wartawan.
Harsya sama sekali tidak berbicara ketika memasuki mobil mewahnya begitu juga dengan asisten pribadinya.
Anaya lantas mematikan siaran televisinya.
"Aku tidak percaya jika perusahaannya melakukan penipuan, ini tidak benar," gumamnya.
"Tidak, biarkan saja dia. Mau melakukan penipuan atau tidak, itu 'kan bukan urusan aku!"
"Tapi, kenapa aku jadi kasihan dengannya, ya?"
"Biar saja itu hukuman dia yang dulu pernah menyiksa aku!"
Pintu kamar Anaya terbuka, "Siapa yang disiksa, Kak?"
Anaya terkejut. "Intan!"
"Maaf, Kak. Pintu Kakak terbuka sedikit, jadi aku masuk saja."
"Kamu membuatku kaget!"
Intan tersenyum nyengir.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"
"Tadi pemilik toko pusat datang berkunjung," jawab Intan.
"Benarkah?"
"Baru kali ini kami bertemu dengannya, meskipun sudah tua tapi masih terlihat cantik dan anggun. Kakak mau tahu, katanya anak pertamanya itu sangat tampan. Tapi, aku belum pernah bertemu."
"Siapa namanya?" tanya Anaya sambil mengunyah keripik yang ia beli.
"Aku lupa, Kak." Jawab Intan polos.
"Tak apa kamu lupa namanya, yang penting jangan lupa mengucapkan terima kasih."
"Kakak nyindir aku, ya." Intan mengerucutkan bibirnya.
"Tidak, hanya mengingatkan saja," Anaya tersenyum.
Intan memiliki kebiasaan lupa mengucapkan terima kasih kepada pelanggan yang berkunjung sehingga ia sering kali mendapatkan teguran dari manajer dan rekan kerja lainnya.
"Pergilah mandi, aku sangat lapar!"
"Tunggulah sebentar," Intan melangkah keluar. Di depan pintu kamar, ia berkata lagi, "Kita makan bakso Mang Bejo, ya."
"Terserah kamu kita makan apa, yang penting enak dan aman," ucap Anaya.
"Baiklah, Kakakku!" Intan lalu menutup pintu dan melangkah ke kamarnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan Lupa Like, Komen dan Vote.
Selamat Membaca 🌹
Sehat Selalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
betul, repot kalau hatinya kemakan 🤭🤣
2023-10-24
1