Jam istirahat pun tiba, Anaya mendapatkan giliran kedua untuk dapat menikmati makan siang.
Aldi menghampiri Anaya yang berada di ruang karyawan, "Bisa temani saya makan?"
Dua orang wanita yang ada di ruangan menatap sinis karyawan baru.
"Tapi, Pak...."
"Saya tahu kamu orang baru di sini. Saya ingin bertanya sesuatu kepadamu," ucap Aldi.
Anaya masih ragu.
"Kamu ingin saya membawa mereka juga?" Aldi menoleh ke arah 2 karyawan wanita yang di samping karyawan baru.
Anaya mengangguk mengiyakan.
"Kalian berdua ikut saya!" ajaknya.
"Benaran, Pak?" tanya salah satunya.
"Iya," jawab Aldi.
"Wah, asyik dapat makan siang gratis!" celetuk lainnya.
Keempatnya pun pergi menggunakan mobil ke sebuah restoran terdekat.
Sesampainya, mereka memesan makanan.
Sembari menunggu pesanan, Aldi lantas bertanya kepada Anaya. "Alasan kamu bekerja apa?"
"Karena saya butuh uang."
"Kamu bukan anak orang kaya yang kabur dari rumah lalu mencari pekerjaan di toko ini?" tanya Aldi lagi.
Anaya menggelengkan kepalanya.
Dua orang karyawan wanita yang ikut dengannya hanya mendengar obrolan keduanya.
"Saya yakin kamu adalah orang kaya, dari tas dan sandal yang kamu pakai itu barang mahal dan bermerek."
Anaya memperhatikan sandal yang kenakan.
Kedua karyawan wanita jadi ikutan memperhatikan alas kaki rekan kerjanya.
"Kenapa kamu mau kerja di toko kalau sebenarnya adalah orang kaya?" tanya salah satu teman kerja Anaya.
"Tas dan sandal adalah pemberian dari mantan suami," jawabnya.
"Apa!" ketiga orang tersebut.
"Kamu sudah menikah?" Aldi tak percaya.
"Iya."
"Kenapa kalian berpisah? Apa kamu sebenarnya istri simpanan atau istri pertama?" cecar teman Anaya bernama Lula.
"Aku istri pertama dan kami menikah belum genap sebulan."
Lagi-lagi ketiga orang tersebut tercengang mendengar pengakuan Anaya.
"Jadi, kamu berpisah karena suami melakukan KDRT?" tanya Sita, karyawan lainnya.
Anaya menurunkan kedua tangannya dari meja.
"Luka biru di ujung bibir masih terlihat," ujar Lula.
"Ini karena saya beberapa hari lalu dirampok," Anaya berbohong.
"Astaga, kasihan kamu," Lula menatap iba.
Anaya tersenyum tipis.
-
Selesai menikmati makan siang, keempatnya kembali ke toko.
Anaya kembali bekerja dan kedua temannya mulai menyebarkan berita yang mereka dapatkan kepada lainnya.
"Masa sih' dia sudah menikah?" tanya seorang wanita berusia 25 tahun tak percaya.
"Iya, kami mendengarnya langsung," jawab Sita.
"Padahal dia cantik kenapa begitu cepat mereka bercerai?" tanya wanita berambut keriting berusia 24 tahun.
"Kami tidak tahu karena dia tak memberikan alasannya," jawab Lula.
"Mungkin dia berbohong, padahal sebenarnya simpanan suami orang terus istri pertama ngelabraknya," celetuk lainnya.
"Entahlah," ucap Lula dan Sita bersamaan.
Anaya mendengar suara samar-samar mengenai dirinya, namun ia memilih cuek dan masa bodoh.
"Eheem..."
Kelima karyawan wanita yang sedang bergosip, menoleh ke asal suara.
"Apa kalian tahu ini masih jam kerja?" singgung Aldi.
Kelimanya tersenyum nyengir dan membubarkan diri.
Aldi menggelengkan kepalanya melihat tingkah karyawannya.
-
Jam dinding menunjukkan pukul 4 sore, waktunya Anaya pulang kerja.
Anaya mengganti pakaian seragamnya di toilet karyawan. Lalu melangkah keluar toko setelah berpamitan dengan manajer.
Anaya menyeberang jalan untuk menunggu bus.
Aldi yang hendak pulang juga melihat Anaya dari kejauhan, ia pun menghampirinya. "Kamu mau pulang?"
"Iya, Pak."
"Rumah kamu di mana?"
"Rumah saya lumayan jauh, Pak."
"Hemm, Anaya jika diluar pekerjaan kamu panggil saya dengan nama saja."
"Saya tidak terbiasa."
"Kamu harus biasakan," ucap Aldi.
"Pak, eh Aldi bus saya sudah datang. Saya duluan, ya!" Anaya bergegas naik ke kendaraan besar itu.
Aldi tersenyum sembari menatap bus yang melaju jauh.
Sejam lebih Anaya tiba di kediaman rumahnya, sesampainya ia membersihkan diri lalu lanjut memasak makanan buat malam.
Anaya menikmati makan malam dengan menonton televisi karena ia tak memiliki ponsel.
Selesai makan malam, ia lalu pergi ke rumah pemilik rumah yang disewa mantan suaminya.
"Selamat malam, Bu."
"Malam, Ana."
"Saya ingin berbicara pada Ibu."
"Silahkan."
"Saya ingin pindah," ucap Anaya.
"Kamu belum sebulan tinggal di sini, masih ada sebelas bulan."
"Itu masalahnya, Bu. Saya kini bekerja di kota sebelah, perjalanan setiap hari membutuhkan waktu sejam lebih. Saya ingin membatalkan sewa sebelas bulan berikutnya."
"Tidak bisa, Ana."
"Tapi, saya butuh uang untuk menyewa rumah di kota sana, Bu."
Wanita paruh baya itu tampak berpikir.
"Bu, tolong saya!" mohon Anaya.
"Baiklah, tapi saya hanya bisa mengembalikannya separuh saja."
"Tidak apa-apa, Bu." Anaya berucap dengan cepat.
"Sebentar ya saya akan ambilkan uangnya," wanita itu berdiri lalu masuk ke rumahnya.
Tak lama kemudian wanita itu muncul membawa sejumlah uang dan memberikannya kepada Anaya.
Dengan senyuman dan hati senang, Anaya menerima uang tersebut. Ia pun mengucapkan terima kasih.
Anaya pulang ke rumahnya jam 9 malam, mencuci wajah dan kaki ia segera ke kamar dan merebahkan tubuhnya. "Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa pergi dari rumah ini karena ku memang butuh uang untuk menyewa rumah di sana."
****
Bangun jam 5 pagi, Anaya bergegas mengerjakan tugas rumahnya dan menyiapkan sarapan serta lauk makan siang agar bisa berhemat.
Selesai mengerjakan semuanya, ia pun pergi mandi.
Tepat pukul 7 pagi, Anaya berangkat bekerja karena tempat kerjanya cukup jauh ia pun harus pergi lebih awal.
Menaiki angkot ia menuju pusat kota, sesampainya lalu naik bus menuju kota sebelah.
Anaya tiba pukul 8 lewat 40 menit, ia memasuki toko dan beberapa karyawan tampak telah datang.
Anaya melangkah ke ruangan khusus karyawan meletakkan tasnya di loker lalu berjalan ke kamar mandi mengganti pakaian seragam.
Anaya menghampiri rekan kerja yang lainnya, ia melakukan pekerjaannya.
Aldi yang telah hadir tersenyum melihat kerajinan karyawan barunya itu.
Toko masih sepi dan belum ada pengunjung yang datang. Ia lantas mendekati Intan yang lagi menggantung pakaian.
Intan merasakan kehadiran Anaya segera menoleh, "Kak Ana."
"Apa kamu bisa membantuku?"
"Bantu apa, Kak?" tanya Intan, sejak ia tahu usia wanita dihadapannya itu lebih tua dari maka iapun memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Apa kamu tahu rumah atau kamar yang di kontrakan sekitar sini?" tanyanya dengan suara pelan.
"Untuk siapa, Kak?"
"Aku."
"Kakak mau pindah ke kota ini?"
"Iya, karena sangat capek jika harus bolak-balik pulang ke sana. Perjalanan ku saja tiap hari membutuhkan waktu hampir tiga jam."
"Oh, begitu."
"Apa kamu bisa menunjukkan di mana tempatnya?"
"Kakak mau kamar atau rumah yang bagaimana?"
"Yang harganya tidak terlalu menguras kantong dan nyaman."
"Bagaimana kalau Kakak tinggal denganku saja?"
"Kita satu kamar atau bagaimana?"
"Kita beda kamar tapi bersebelahan kebetulan ada tetangga yang baru keluar kemarin sore."
"Wah kebetulan sekali, kita bisa berangkat kerja bersama."
"Iya, Kak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ruk Mini
org baek ..mah. slalu d tolong ye thorrr
2023-11-09
0