Harsya yang semalam terbangun karena mimpi buruk, pagi ini ia memerintahkan anak buahnya untuk memantau Anaya selama 1 minggu ini.
Harsya yang telah lama tak pergi ke perusahaan, hari ini ia kembali bekerja.
Para karyawan menyambutnya dengan hormat.
Harsya memasuki ruang kerjanya yang sudah sebulan lebih tak ia tempati. Tak ada yang berubah, di meja kerja terdapat 2 figura. Satu buah foto terdiri dari kedua orang tuanya, dirinya dan adiknya serta sebuah foto kekasihnya, Andin.
Harsya menatap foto kekasihnya yang telah tiada, "Seandainya kamu masih ada, mungkin ku tidak akan selemah dan sebodoh ini. Ku menikahi gadis yang sama sekali belum mengenalnya dan kini ku telah menceraikannya. Namun, aku merasa jika dia persis kamu."
"Andin, apa kamu marah padaku karena telah menikahinya?"
Sementara dilain kota namun di waktu yang sama, Anaya membuka pintu dan keluar dari rumah kecilnya. Ia bersiap-siap untuk berbelanja kebutuhan makannya sekaligus mencari pekerjaan.
Anaya berjalan dan bertanya kepada warga setempat, "Maaf, Bu. Pasar di mana, ya?"
"Kamu warga baru, ya?"
"Iya, Bu."
"Pasar tidak terlalu jauh dari sini, kalau jalan memakan waktu lima belas menit tapi bisa naik ojek atau angkutan umum."
Anaya mengangguk paham, "Kalau begitu, terima kasih banyak, Bu."
"Iya, sama-sama."
Anaya melanjutkan langkah kakinya, menaiki ojek menuju pasar.
Sesampainya Anaya membayar ongkos ojek lalu turun, ia memperhatikan pasar yang akan dikunjunginya itu.
Anaya memasuki pasar dan mulai berbelanja. Ia membeli bahan masakan seperti cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, daging ayam, ikan dan beberapa jenis sayur.
Selesai berbelanja ia berjalan kaki menuju rumahnya dengan menenteng kantong plastik. Hal itu sengaja ia lakukan, sekaligus memperhatikan jalanan dan menyapa para tetangga.
Ditengah perjalanannya, sebuah motor yang ditumpangi 2 orang pria mengelilinginya, keduanya tertawa meledek.
"Hai, cantik sendirian saja!" goda salah satunya.
Anaya diam, ia mundur salah satu langkah. "Pergilah dan jangan ganggu saya!"
"Wow, dia menolak kita!" ucap yang lainnya.
Anak buah Harsya yang mengawasi Anaya dengan cepat menelepon atasannya, "Tuan, Nona diganggu dua orang pria."
"Singkirkan mereka!" perintah Harsya dari kejauhan.
"Baik, Tuan." Menutup teleponnya.
Anak buah yang dikirim Harsya berjumlah 2 orang menggunakan mobil.
Perlahan kendaraan roda empat berwarna merah itu mendekati Anaya dan kedua pria usil. Begitu dekat, mobil membunyikan suara klakson yang cukup nyaring berulang-ulang.
Anaya dan 2 orang pemuda itu tersentak kaget.
Salah satu pria dalam mobil menyembulkan kepalanya dari jendela, "Hai, bisakah kau tidak menghalangi jalan?"
"Jalanan masih lebar, Tuan. Kalian bisa lewat!" jawab salah satu pemuda.
"Aku mau lewat sini, brengsek!" teriak salah satu anak buah Harsya yang bertanya.
Mobil berhenti, 2 orang pria turun.
"Mereka ingin cari gara-gara dengan kita!" ucap salah satu pemuda usil.
Mereka mematikan mesin motor dan keduanya turun.
"Ayo sini hadapi aku!" mundur beberapa langkah mengajak kedua pemuda itu mendekatinya.
Salah satu anak buahnya Harsya lainnya mendekati Anaya yang ketakutan. "Nona, cepat pergilah dari sini!"
Anaya mengangguk, ia pun berlari kecil menjauh dari kedua pemuda itu.
Dengan napas ngos-ngosan, ia membuka pintu. Tangannya tampak gemetaran, ia segera masuk dan menutup serta menguncinya.
Anaya meletakkan belanjanya ke sembarang arah, ia teringat perkataan Harsya jika diluaran hidupmu akan lebih berbahaya.
"Tidak mungkin aku harus kembali padanya, dia tak mencintaiku. Di sana aku akan menjadi pelampiasan kemarahannya saja," gumamnya.
-
-
Sore harinya, Anaya yang bosan kembali ke luar rumah untuk menyapa para tetangga kanan kirinya.
Ia melemparkan senyuman kepada ibu-ibu yang sedang berdiri di sebuah rumah sembari menggendong anak-anaknya.
Para ibu itupun membalasnya dengan senyuman singkat.
Anaya mendekat, "Saya penghuni baru di sini, salam kenal!"
"Ya, Mba." Jawab salah satu diantara para ibu-ibu tersebut.
"Jika boleh saya tahu, apakah di sekitar sini ada lowongan pekerjaan?".
"Mba bukannya seorang pekerja?"
"Saya baru ingin mencari pekerjaan."
"Padahal rumah yang Mba tempati harga sewanya cukup mahal dan biasanya yang mengontrak para pekerja kantoran dengan gaji tinggi," jelas ibu lainnya.
"Kebetulan rumah ini yang membayar sewa mantan suami," jawab Anaya jujur.
"Oh, jadi Mba janda 'ya?"
"Iya."
"Mantan suaminya pasti orang kaya makanya mampu menyewa rumah itu. Kenapa bisa bercerai?"
"Maaf saya tidak bisa memberitahu," jawab Anaya seraya tersenyum tipis.
"Mba, pasti diceraikan karena ketahuan oleh istri pertamanya," tuding salah satu ibu-ibu.
"Tidak, kami bisa berpisah karena ada beberapa perbedaan dan dia juga sebelumnya belum pernah menikah."
"Oh, syukurlah. Kami jadi ragu dan takut kepada Mba."
"Kalau ingin mencari pekerjaan, Mba coba ke ujung jalan sana di sebelah minimarket ada sebuah restoran kecil sepertinya mereka membutuhkan karyawan," ucap ibu muda berkacamata.
"Baiklah, Bu. Terima kasih atas informasinya, kalau begitu saya ke sana, ya." Pamitnya dan kemudian berlalu.
Anaya dengan berjalan kaki, mencari pekerjaan mumpung malam belum menjelang. Ia mengedarkan pandangannya mencari restoran kecil yang dimaksud para ibu-ibu tadi.
Akhirnya ia menemukan restoran yang dicari, setelah bertanya-tanya tetapi ia ditolak dengan alasan tubuh Anaya penuh luka dan memar.
Dengan langkah gontai, Anaya kembali berjalan kaki menuju rumahnya. Ia harus berhemat agar uang pemberian mantan suaminya cukup sampai ia mendapatkan pekerjaan.
Anaya yang hendak menyeberang melihat seorang gadis berusia 17 tahun menangis dengan memeluk lutut dan wajahnya ia tekuk.
Anaya mendekatinya, "Kamu kenapa?" tanyanya lembut.
Gadis itu mendongakkan wajahnya menatap Anaya.
"Apa kamu perlu bantuan?" tanya Anaya lagi.
"Ponsel dan dompetku hilang, aku tidak bisa pulang."
"Memangnya kamu tadi ke sini dengan siapa?" Anaya duduk di sebelah gadis itu.
"Aku bersama dengan teman-temanku cuma ku ketinggalan mereka," jelasnya.
"Aku punya uang tapi tidak banyak, semoga bisa membantumu untuk pulang," Anaya mengeluarkan dari kantong roknya 4 lembar berwarna biru. "Apa ini cukup untuk ongkos pulang?" tanyanya lagi.
"Aku takut pulang sendirian, Kak."
"Bagaimana, ya?"
"Apa Kakak bisa mengantarkan aku?"
"Rumah kamu di mana?"
Gadis itu menyebutkan sebuah jalan dan nomor rumah.
Anaya merasa tak asing mendengar nama jalan tersebut.
"Kak, aku tidak terbiasa naik angkutan umum."
"Baiklah, aku akan mengantarmu."
"Terima kasih, Kak."
-
-
Anaya dan gadis itu turun dari angkutan umum.
"Kenapa kita turun di sini, Kak?"
"Kakak hanya bisa mengantarkanmu sampai di sini." Anaya takut jika Harsya atau pengawal melihatnya.
"Rumahmu tak jauh dari sini, kan?"
"Iya, Kak."
"Kamu bisa jalan saja 'kan?"
"Aku takut, Kak."
Anaya menggaruk kepalanya, ia mencoba mencari cara agar tak ketahuan.
"Kak!"
Anaya melihat pedagang kain tepat di depannya ia berdiri. "Kamu tunggu di sini!"
Anaya menyeberang membeli selendang berwarna merah dan daster bercorak bunga. Ia segera memakainya lalu mendekati gadis yang telah menunggunya.
"Kakak kenapa berpakaian seperti ini?"
"Jangan banyak bertanya, ayo aku antar!"
Gadis itu pun menuruti ucapan Anaya.
Mereka menaiki ojek menuju rumah gadis yang ditolongnya.
Ojek Anaya berhenti 100 meter dari rumah gadis tersebut.
Setelah melihat gadis itu turun, Anaya dengan cepat meminta tukang ojek untuk memutar arah.
Ojek yang mengantarkan gadis itu menyusul motor yang ditumpangi Anaya.
Setelah membayar ongkos kepada kedua tukang ojek itu, Anaya bergegas menyetop angkot menuju rumahnya.
Gadis itu memasuki rumahnya, seorang wanita paruh baya menghampirinya, "Kamu dari mana saja?"
"Tas aku hilang dan aku ketinggalan teman-temanku, Bu."
"Kenapa mereka tidak memberitahu Ibu?"
"Aku juga tidak tahu, Bu. Mungkin mereka takut jika memberitahunya dan pasti Ibu akan marah besar."
"Jadi tadi kamu pulang diantar siapa?"
"Aku tidak tahu, Bu. Wanita itu tak mau memberitahu namanya."
"Apa dia masih di sekitar sini?"
"Dia langsung pergi, ku aja belum mengucapkan terima kasih padanya."
Sementara itu di lain tempat, sesampainya di rumah. Anaya memegang dadanya, "Semoga tidak ketahuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
mantan adik ipar ya....
2023-10-24
1
Putri Minwa
lanjut
2023-04-07
0