Harsya dan Biom kini di sebuah ruangan merupakan tempat bekerja khusus pemilik rumah.
"Alasan pihak berwajib menutup kasus ini apa, Tuan?"
"Tak ada kamera pengawas, saksi yang kuat dan ibuku yang meminta untuk mengakhiri semuanya."
"Alasan Nyonya Besar menghentikan kasus ini apa, Tuan?"
"Karena dia terlalu lelah setiap hari di datangi dan dihubungi pihak berwajib."
Biom mengangguk paham.
"Aku yakin pasti Anaya berbohong, dia sangat licik," tuding Harsya lagi.
"Kita tidak bisa semudah itu menuduhnya, Tuan."
"Jadi menurutmu aku salah?"
"Bukan begitu, Tuan. Wajah Nona Anaya mengatakan jika dia itu wanita yang jujur."
"Jangan tertipu dengan wajahnya, Biom."
"Tuan tahu 'kan alasan Nona Anaya dijual oleh keluarganya?"
"Ya."
"Keluarganya memiliki utang banyak sehingga mereka tega menjual putrinya untuk melunasinya."
Harsya terdiam.
"Jadi saya sangat yakin jika Nona Anaya bukan pelakunya."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Kita harus selidiki Nona Cindy dan Lulu," jawab Biom.
Harsya pun menyetujuinya.
-
-
Malam harinya...
Harsya mengajak Anaya makan bersama untuk pertama kalinya sejak mereka menikah.
Anaya tampak canggung ketika harus makan malam di meja yang sama dengan suaminya.
Harsya menikmati makan malam tanpa suara dan menatap istrinya.
Anaya yang gugup tanpa sengaja menjatuhkan sendok, sehingga terdengar cukup nyaring.
Anaya hendak mengambil sendok yang jatuh di lantai.
"Ganti yang baru!" ucap Harsya dingin.
Anaya mengangguk pelan, lalu mengambil sendok yang masih bersih di depannya.
Harsya melanjutkan makan malamnya begitu juga dengan istrinya.
Selesai makan, Harsya meminta Anaya untuk tidur bersamanya.
Anaya tampak ketakutan saat berada di dekat suaminya.
"Selama aku belum menemukan pelaku sebenarnya, kau tetap berada di rumah ini untuk melayaniku," Harsya berkata sembari membaca buku.
"Iya, Tuan."
"Apa kamu masih virgin?"
"I...iya."
"Aku membelimu dengan sangat mahal jika kau dan keluargamu berbohong, kalian pasti tahu akibatnya," ucap Harsya.
Anaya menelan salivanya.
"Apa aku bisa membuktikannya malam ini?"
Glek....
"Kita ini sudah menikah, bolehlah jika ingin mencicipimu," Harsya menatap dengan tatapan menyeringai.
"Ta.....tapi..."
"Aku tidak ingin melihat luka di sekujur tubuhmu itu, jadi ku berharap beberapa hari ke depan luka-luka itu hilang."
Anaya mengangguk ketakutan.
"Tidurlah," titah Harsya.
Anaya merebahkan tubuhnya lalu memunggungi suaminya.
"Aku tidak suka, kau melakukan itu!"
Anaya segera membalikkan badannya menghadap suaminya, ia memaksa memejamkan matanya.
Harsya menarik ujung bibirnya, lalu merebahkan tubuh di samping istrinya.
Harsya memandangi wajah istrinya yang tertidur pulas, ada rasa iba dihatinya ketika melihat wajah polos dan lugu itu.
Harsya mengangkat jemarinya, bergerak menyentuh wajah Anaya yang memar.
Gadis itu tersadar dan segera memundurkan tubuhnya.
"Kenapa?" tanya Harsya tanpa bersalah.
"Tuan mau apa?"
"Apa aku tidak boleh menyentuhmu?"
Anaya terdiam.
"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu!" Harsya terlentang dan memandangi langit kamar.
Anaya kembali pada posisi awalnya dengan perasaan takut.
"Aku tak akan menyentuhmu karena ku sama sekali tidak menyukaimu," Harsya berkata tanpa menatap.
Anaya berusaha memejamkan matanya meski hatinya was-was apalagi pria yang ada dihadapannya itu sangat kejam dan mereka juga telah sah menjadi suami istri.
Anaya terbangun beberapa menit kemudian karena memang tidak bisa tertidur, ia memandang wajah suaminya yang tertidur pulas.
"Aku yakin kamu adalah pria yang baik dan mencintaimu keluargamu tapi yakinlah aku bukan pelakunya," Anaya membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mil
Keep strong ayana!!!
2023-10-22
1