Biom mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit. Setelah 10 menit ditelepon, kepala pelayan mengabarkan kembali jika Anaya sangat lemah dan Dokter Rissa menyarankan agar di bawa ke tempat yang peralatan medisnya lebih lengkap.
Sesampainya di rumah sakit, Harsya dan Biom melangkahkan kakinya dengan lebar.
Begitu tiba di kamar rawat inap, Harsya lantas bertanya kepada kepala pelayan rumahnya yang menunggu Anaya, "Apa yang terjadi sebenarnya?"
Biom segera menutup pintu kamar agar pembicaraan antara Harsya dan kepala pelayan tidak terdengar orang lain.
"Salah satu pelayan menemukan Nona Anaya tergeletak lemas memegang lehernya di depan kamarnya, Tuan."
Harsya mengusap wajahnya dengan tangan kanannya, "Lalu apa kata Dokter?"
"Nona Anaya keracunan," jawabnya.
"Keracunan? Bagaimana bisa? Memangnya dia makan dan minum apa?" cecar Harsya.
"Saya juga tidak tahu, Tuan."
"Bagaimana kalian bisa tidak tahu, hah?" bentak Harsya.
"Kami memang tidak memberikan apapun untuk Nona selain sarapan pagi," jelasnya.
"Maksud kalian dia mencoba untuk mengakhiri hidupnya?"
"Sepertinya tidak, Tuan. Tapi ada seseorang yang mencoba ingin melenyapkan Nona Anaya."
Harsya tampak terkejut mendengar penuturan kepala pelayan.
Harsya menarik nafasnya mencoba tenang.
"Sekarang kamu pulang dan periksa seluruh kamarnya dia!" perintah Harsya kepada kepala pelayan yang merupakan seorang pria berusia 30 tahun dan juga orang kepercayaannya.
"Baik, Tuan!" Kepala pelayan pun berlalu.
Harsya mendekati Anaya yang belum sadarkan diri dengan tangan kanan terpasang selang infus.
"Tuan, sepertinya ada seseorang ingin menghabisi Nona Anaya agar penyelidikan kita atas kematian Tuan Abraham dihentikan," ujar Biom.
Harsya membalikkan badannya menatap asistennya. "Maksud kamu orang yang berniat melenyapkan dia ada di sekitar kita?"
"Ya, Tuan."
"Periksa kamera pengawas sekarang juga!"
"Baik, Tuan!" Biom pamit untuk mengambil laptopnya di mobil.
Harsya duduk dan terus memperhatikan istrinya, "Kamu tidak boleh mati, sebelum aku menemukan pelakunya!"
Biom memasuki kamar inap, ia lalu duduk dan membuka laptopnya. Mencari tahu siapa orang yang berniat mencelakakan Nona Anaya.
Biom mulai menayangkan video beberapa menit sebelum Anaya ditemukan tergeletak.
Seseorang menggunakan pakaian pelayan wanita dan menggunakan masker mulut mengetuk pintu kamar Anaya, tak cukup lama gadis itu membukanya terlibat obrolan beberapa detik.
Anaya menerima segelas jus jeruk dari pelayan itu, lalu menutup kembali pintu kamarnya.
Pelayan tersebut keluar dari pintu belakang rumah, selama penyamaran tak ada karyawan Harsya yang melintas atau berpapasan.
Sebuah mobil hitam tanpa plat telah menunggu pelayan yang menyamar.
Pelayan tersebut naik ke mobil dan dengan cepat meninggalkan kediaman Harsya.
Di waktu yang sama setelah pelayan bohongan berlalu, pintu kamar Anaya terbuka.
Anaya tangan kirinya meraba dinding sebagai penyangga tubuhnya dan tangan kanannya memegang leher, tak lama kemudian ia terjatuh. Anaya berusaha berteriak meminta tolong.
Selang 2 menit kemudian, seorang pelayan pria yang melintas terkejut melihat tubuh Anaya tak sadarkan diri.
Pria itu pun berteriak meminta bantuan kepada rekan lainnya.
Harsya mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya setelah melihat video tersebut, "Siapa yang berani main-main denganku?" desisnya.
Biom menutup laptopnya. "Saya yakin Tuan jika ada penyelundup di dalam rumah."
Di tengah pembicaraan keduanya.
Ponsel Biom berdering, "Rama, Tuan."
"Jawab!"
Biom menekan tombol hijau dan loud speaker kemudian menjawab, "Halo!"
"Tuan, kami tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di kamar Nona."
"Apakah di dalam kamar ada gelas jus?"
"Tidak ada gelas satu pun di kamar Nona, Tuan."
"Baiklah," Biom menutup teleponnya.
"Brengsek!" Harsya begitu marah.
"Kita perlu hati-hati, Tuan."
Harsya menarik nafasnya secara kasar, "Aku tidak membiarkan mereka menggagalkan rencanaku!"
Sementara di lain tempat, seorang wanita muda mengepalkan tangannya. "Jadi dia masih hidup?"
"Iya, Nona."
"Padahal kau bilang saat itu para pelayan sedang beristirahat," ujarnya.
"Iya, Nona."
"Kenapa mereka bisa mendengar suara gadis itu meminta tolong?"
"Saya juga tidak tahu, Nona. Padahal saya sangat yakin mereka tak mendengarnya."
"Aku harus mencari cara lain untuk melenyapkan gadis itu!" ucapnya tersenyum menyeringai.
-
Hampir 4 jam terbaring, akhirnya Anaya sadar. "Haus!" lirihnya.
Harsya mendekati istrinya lalu meraih gelas dan mengarahkan sedotan ke mulut.
Anaya melepaskan gigitan sedotannya lalu berucap dengan suara parau, "Terima kasih, Tuan."
"Kenapa kau menerima minuman dari wanita itu?"
"Dia mengatakan jika Tuan yang menyuruh mengantarkan minuman kepada saya." Jawab Anaya dengan posisi berbaring.
"Apa kau sama sekali tidak mengenal para pelayan di rumah?"
Anaya menggelengkan kepalanya perlahan.
Harsya menghembuskan nafas.
"Tuan, kenapa mereka jahat kepada saya? Apa kesalahan telah saya lakukan?"
"Aku tidak tahu kenapa mereka ingin mencelakakanmu, tapi ku yakin ini ada hubungannya dengan kematian ayahku."
"Jadi menurut Tuan mereka tahu jika saya di rumah ini?"
"Ya."
"Tuan, saya sangat takut!" Tampak raut wajah gelisah.
"Selama kau masih di pihak aku dan mencari bukti bersama, ku akan melindungimu!"
Anaya mengangguk pelan.
-
Sore harinya Anaya telah dibawa kembali ke rumah karena dianggap telah cukup membaik dan demi keselamatan gadis itu.
Di perjalanan pulang keduanya yang duduk di belakang saling diam.
Begitu tiba, para pelayan telah menyambutnya. Anaya dipapah oleh 2 orang wanita dan membawanya ke kamar.
Biom memberi tahu kepada seluruh pelayan jika ada seseorang yang menyamar dan berniat untuk mencelakakan Nona Anaya.
"Aku pastikan penjagaan keamanan harus diperketat karena kita sudah kecolongan. Jika ini terjadi lagi, kalian akan tahu akibatnya!" Biom memberikan peringatan.
"Baik, Tuan."
Anaya kini berada di dalam kamar.
Harsya meminta pelayan untuk mengobati luka di tubuh Anaya serta memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi gadis itu tidak mengandung zat berbahaya.
Harsya meninggalkan kamar Anaya menuju ruang kerjanya.
Biom menghampiri Harsya di ruangan kerja.
"Awasi para pelayan, aku curiga salah satu diantara mereka ada yang mengkhianati kita!"
"Baik, Tuan."
Harsya duduk di kursi dan mengetuk meja dengan jemarinya, "Aku harus cepat mencari tahu siapa pelaku yang berani memberikan racun kepada Anaya!" gumamnya.
Di sudut rumah Harsya, "Nona, penjagaan diperketat. Kita harus hati-hati, ini menyangkut keselamatan saya di sini. Anda tahu 'kan bagaimana jika asisten Tuan Harsya kalau bertindak?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai Semua, Ini Karyaku Yang ke- 17..
Semoga Kalian Suka..
Jangan Lupa Mampir ke Karyaku Yang Lainnya Berjudul.....
- Salah Jatuh Cinta
- Calon Istriku Musuhku
- Penculik Hati
- Dijodohkan dengan Musuh
- Melupakan Sang Mantan
- Mengejar Cinta si Tampan
- Jangan Mengejarku, Cantik!
- Marsha, Milik Bara
- Marry The Star
- Fall in Love From The Sky
- Pesona Ayahku
- Dikejar Cinta Putri Atasan
- Ibu Pilihan Aku
- Bertahan Walau Terluka
- Menikahi Putri Konglomerat
- Bisnis, Benci dan Cinta
Selamat Membaca....
Sehat Selalu 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Putri Minwa
aduh kasihan Anaya
2023-04-06
1