Mohon Untuk Tidak Boom Like...🙏
...----------------...
Mereka kini berada di rumah Cindy wanita yang kini berusia 38 tahun. Dia dahulunya adalah sekretaris di kantor milik Abraham Syahbana, sekarang di pimpin dan dijalani Harsya.
Sejam sebelum kedatangan, rumah Cindy telah dijaga ketat oleh para anak buahnya Harsya. Hal itu untuk memastikan agar wanita itu tidak kabur.
Begitu mereka tiba, Cindy tampak terkejut melihat wajah Emir dan Anaya.
Kini mereka berada di ruang tamu.
"Siapa mereka, Harsya?" tanya Cindy pura-pura tidak mengenal.
"Tidak perlu bersandiwara, wanita licik!" jawab Harsya.
"Maksudmu apa?" tanya Cindy gugup.
"Kau adalah dalang pembunuhan ayahku!" Harsya berkata tanpa basa-basi.
"Mana mungkin aku yang melakukannya," ujar Cindy. "Saat itu aku berada di meja yang sama dengan ayahmu," lanjutnya.
"Kenapa Nona Cindy bisa mengenal Tuan Emir?" tanya Biom.
"Saya tidak mengenalnya," jawab Cindy.
"Jangan berbohong!" bentak Harsya.
"Aku tidak berbohong!" ucap Cindy gemetaran .
"Lalu apa yang kalian bicarakan di luar restoran?" tanya Harsya.
Emir dan Cindy saling pandang dengan wajah ketakutan.
"Kenapa kalian membunuh ayahku?" tanya Harsya lantang.
Cindy yang ketakutan dengan cepat berlari ke pintu utama rumahnya.
Sigap para anak buahnya Harsya menangkap wanita itu dan memegang kedua tangannya.
"Lepaskan aku!" teriak Cindy.
"Padahal aku baru saja menggertak kalian, tapi secara jelas dengan sikap kau mengakuinya!" ujar Harsya.
Cindy tiba-tiba tertawa, "Aku sangat puas telah melenyapkan ayahmu!"
Harsya mengeraskan rahangnya.
"Kenapa Nona Cindy nekat melakukan itu?" tanya Biom.
"Karena aku mencintai ayahnya dan hartanya," jawab Cindy dengan air mata menetes.
"Di mana Nona Cindy mengenal Tuan Emir?"
*
Beberapa tahun lalu.....
Emir mengantar Anaya ke restoran, sesampainya di sana. Cindy yang sedang menikmati makan siang bersama temannya melihat ayah dan anak terlibat cekcok.
Cindy berjalan menghampirinya mencoba melerainya, "Maaf mengganggu, kenapa anda begitu kasar kepadanya?"
"Ini bukan urusan anda!" jawab Emir ketus.
Anaya yang malas berdebat akhirnya memilih cepat memasuki restoran melalui pintu belakang.
"Apa anda tidak malu dilihat orang-orang?"
"Saya bilang kepada anda, jangan campuri urusan kami!"
Emir bergegas meninggalkan restoran menggunakan motornya.
Seorang penjaga keamanan, menghampiri Cindy, "Nona, lebih baik anda tidak perlu mencampuri urusan mereka."
"Memangnya, kenapa?"
"Bapak itu memang selalu menyiksa dan memaki putrinya."
"Apa gadis itu bukan putri kandungnya?"
"Putri kandungnya, tapi mereka menganggap jika Anaya pembawa sial dan mereka ingin menyingkirkannya."
Cindy yang mendengarnya, tersenyum menyeringai.
-
Sore harinya, Cindy mengikuti Anaya yang kembali dijemput ayahnya dengan mobilnya sampai ke rumah.
Cindy turun, membuat Anaya dan Emir kaget dengan kedatangannya.
"Anda mengikuti kami?" tuding Emir.
"Kebetulan saya melintas jalan ini, jadi saya mampir," ucap Cindy.
Nuni keluar dari rumah, ia menatap cemburu melihat kehadiran Cindy, "Dia siapa, Mas?"
"Aku juga baru mengenalnya," jawab Emir.
Anaya yang sudah lelah, masuk ke rumahnya.
Cindy mengedarkan pandangannya memastikan jika Anaya tak ada di sekitarnya.
"Kalau anda tidak memiliki urusan dengan kami, silahkan pergi!" usir Nuni.
"Aku ingin mengajak kalian kerja sama," ujar Cindy.
"Kerja sama?" Nuni dan Emir saling pandang.
"Kita bicara di mobil saja, di sini mungkin bisa di dengar orang lain," ucap Cindy.
"Apakah kami akan mendapatkan upah besar?" tanya Nuni.
"Ya," jawab Cindy.
Nuni dan Emir pun setuju, ketiganya memasuki mobil.
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Nuni.
"Aku ingin melenyapkan seseorang, tapi melalui putri kalian," jawab Cindy.
Emir dan Nuni begitu terkejut.
"Kalian tidak menyayanginya, kan. Biarkan dia menjadi tumbal, aku akan memberikan uang sebesar dua ratus juta."
Nuni dan suaminya sejenak berpikir.
"Bukankah kalian menganggap Anaya pembawa sial? Biarkan dia mendekam di penjara," Cindy menghasut.
"Kami tidak ikutan terseret, kan?" tanya Nuni.
"Tidak, kalian akan aman selama menutup mulut."
"Baiklah, kapan kami akan melakukan pekerjaan ini?" tanya Emir.
"Aku akan mengabarkan lagi kepada kalian," jawab Cindy.
Nuni dan Emir pun setuju.
***
Beberapa hari kemudian.....
Cindy mengajak Abraham untuk makan siang bersama di restoran, keduanya memiliki hubungan spesial.
Cindy meminta Anaya untuk memasak makanan buat mereka dengan alasan masakan gadis itu sangat enak.
Dan kebetulan juga, kepala koki izin keluar untuk membawa anaknya ke rumah sakit.
Sebelum kejadian, Cindy berpamitan ke toilet kepada Abraham namun ia pergi bertemu dengan Emir dan keduanya mengobrol di samping dapur, "Bagaimana? Apa kamu berhasil menaruh bubuknya?"
"Sudah, cepat berikan uangnya!"
Cindy mengeluarkan amplop coklat berisi uang, "Ini baru lima puluh juta, jika berhasil ku akan memberikan sisanya!"
"Baiklah," Emir menerima amplop lalu pergi.
Cindy kembali masuk ke restoran dan duduk bersama dengan Abraham.
Sementara itu Anaya seorang diri di dapur mulai memasak pesanan Cindy, karena ia sudah 2 tahun bekerja di restoran kepala koki memberikan kepercayaannya kepadanya.
Anaya dengan hati riang memasak, ia lalu menyalin di piring dan mangkok kemudian ia juga yang menyajikannya karena restoran tempat ia bekerja tidak besar makanya tak terlalu banyak karyawan.
Anaya dengan senyuman menyajikan kepada kedua tamunya, kemudian ia berlalu.
"Mas, menu makanan ini sangat enak," ucap Cindy.
"Kamu sering makan di sini?"
"Hampir sering, Mas."
"Aku tidak menyangka, kamu mau makan di restoran kecil ini."
"Ya, ku memang begini. Bagiku rasanya enak tak peduli restoran besar atau kecil," ucap Cindy.
"Aku bangga menjadi kekasihmu," Abraham tersenyum.
"Kapan Mas menikahiku?" tanya Cindy.
"Aku tidak bisa meninggalkan Madya," jawab Abraham.
"Mas, sebenarnya cinta atau tidak denganku?"
"Aku sangat mencintaimu, Cindy. Tapi, Madya wanita yang membantuku bisa sukses seperti sekarang ini," jelas Abraham.
"Apa aku ini tidak begitu berharga untukmu, Mas?"
"Kamu sangat berharga untukku, Cindy."
"Kamu selalu memberikan janji palsu, Mas."
"Apa rumah dan mobil itu tak cukup mengatakan jika kamu begitu berharga?"
"Tapi, aku ingin bersama dan memilikimu."
"Saat ini aku belum bisa mengikatmu secara resmi," ucap Abraham.
Cindy yang begitu kecewa mencoba tenang, ia lalu menyuruh Abraham mencicipi makanan.
Abraham menyiduk kuah sup ayam dengan sendok, sebanyak 2 kali. Tiba-tiba, ia menjatuhkan sendok dan tubuhnya menegang dan jatuh ke lantai.
Cindy pura-pura panik, "Mas!" pekiknya.
Seluruh orang yang berada di dalam restoran terkejut dan mereka berteriak. Beberapa pria mendekati Abraham yang tergeletak di lantai.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit!" saran kepala restoran.
"Iya," Cindy menyetujui.
Mereka pun mengangkat tubuh Abraham ke mobil kepala restoran, lalu melesat ke rumah sakit.
Anaya yang saat itu berada di dapur sedang membersihkan garam yang tumpah di lantai.
Lulu berlari tergopoh-gopoh menghampirinya, "Anaya, tamu di meja nomor sebelas pingsan!"
"Apa!" Anaya bergegas keluar dapur untuk memastikannya.
Setibanya ia melihat tubuh pria paruh baya itu diangkut ke mobil.
"Apa yang terjadi?" tanya Anaya dengan tubuh gemetaran.
"Tamu itu jatuh setelah menyantap masakanmu," jelas Lulu.
Sejam kemudian, beberapa orang pihak berwajib mendatangi restoran dan membawa Anaya.
"Pak, apa salah saya?" tanya Anaya ketakutan.
"Kamu telah membuat Abraham Syahbana kehilangan nyawanya," ucap salah satunya.
"Saya tidak mengerti," ujar Anaya.
"Kamu telah memberikan racun ke dalam makanan," jelasnya.
Anaya menggelengkan kepalanya. "Saya tidak melakukannya, Pak. Saya berani bersumpah!"
"Kamu ikut kami sekarang dan berikan penjelasannya nanti di kantor!"
"Baiklah, Pak."
Sepanjang perjalanan, Anaya selalu berdoa jika bukan dia pelakunya.
Satu hari ditahan, akhirnya Anaya dibebaskan karena tidak memiliki bukti yang kuat dan istri Abraham Syahbana meminta penyelidikan dihentikan.
Hal itu tidak membuat Emir dan Nuni senang, padahal mereka tak ingin melihat wajah putrinya selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ruk Mini
ko ada y ortu ky gitu...😖😖😖
2023-11-09
1