Anaya kini telah berada di ranjangnya dengan tubuh penuh memar, ia masih belum sadarkan diri.
Harsya duduk di pinggir ranjang sembari memandangi wajah istrinya. Ia teringat ucapan Biom yang mengatakan tidak yakin jika Anaya pelakunya.
"Kenapa kau tidak mau mengakuinya?" gumamnya.
Harsya meraih salep di atas nakas lalu ia oleskan di wajah dan tubuh Anaya yang memar.
Hampir 2 jam tak sadarkan diri, Anaya akhirnya terbangun ia terkejut ketika melihat Harsya berada di sampingnya.
"Akhirnya kau sadar juga!"
Anaya memundurkan tubuhnya sedikit menjauh dari suaminya, "Saya tidak melakukannya, tolong jangan siksa saya!"
"Aku tidak akan menyiksamu lagi sebelum menemukan pelaku yang sebenarnya," ucap Harsya.
"Saya tidak mau anda menyesal jika tahu kalau saya bukan pelakunya!"
"Oh, ya. Kau telah aku beli dengan harga mahal, tentunya ku tidak menyesal," ucap Harsya.
"Saya bisa membantumu untuk menemukan pelakunya," Anaya menawarkan dirinya.
"Apa yang bisa dilakukan wanita bodoh sepertimu?" Harsya memandang sinis.
"Apapun akan saya lakukan demi menemukan pelakunya meskipun dengan nyawa," jawab Anaya.
Harsya tersenyum sinis.
"Saya hanya ingin membuktikan jika saya tidak bersalah meskipun harus berkorban nyawa," ucap Anaya.
"Baiklah, aku terima tawaranmu. Jika kau tidak terbukti bersalah ku akan melepaskanmu."
"Saya minta Tuan tidak mengembalikan kedua orang tua saya."
"Kenapa?"
"Saya ingin lepas dari mereka dan memulai hidup baru tanpa penyiksaan."
Harsya terdiam mendengar penuturan istrinya.
"Maaf, saya jadi curhat," Anaya menundukkan wajahnya.
"Baiklah, sekarang kau ikut aku!" Harsya turun dari ranjang.
Anaya yang turun dari ranjang tiba-tiba kakinya sakit dan hampir terjatuh beruntung ia memegang tiang ranjang.
Harsya berdecak kesal.
"Tuan, kaki saya sangat sakit," ujarnya, masih dalam posisi duduk.
"Jadi, kau ingin aku menggendongmu?"
Anaya menggelengkan kepalanya.
"Kau sangat menyusahkan saja!" omelnya.
"Saya butuh tongkat, Tuan."
"Memangnya kau siapa meminta padaku?" Harsya memandang sinis.
Anaya terdiam.
"Aku akan memanggil Biom dan kau harus menjawab pertanyaan dari kami berdua," ucap Harsya.
"Iya, Tuan."
Harsya segera menghubungi asistennya.
Tak sampai 1 menit, Biom telah tiba di kamar Anaya.
"Sekarang Biom di sini dan jawab pertanyaan kami!" ucap Harsya.
Anaya duduk di ranjang dengan kaki di selonjor.
"Ketika kejadian itu, siapa saja yang ada di ruangan dapur?" tanya Biom.
"Cuma saya tapi sebelum memasak ada seorang teman saya perempuan yang keluar dari tempat itu."
"Siapa namanya?" tanya Harsya.
"Lulu."
"Sebelum Lulu di ruangan itu, siapa lagi?" tanya Biom.
"Saya tidak tahu," jawab Anaya.
"Apa Nona Anaya tahu di mana alamat rumah Lulu?" tanya Biom lagi.
"Saya juga tidak tahu."
Biom menghela nafasnya.
"Kenapa kau selalu mengatakan tidak tahu?" Harsya begitu kesal.
"Karena Lulu baru sehari bekerja di restoran."
"Apa Nona mengenal orang-orang yang berada di sekitar restoran pada saat kejadian?"
"Saya hanya tidak kenal para tamu," jawab Anaya.
"Siapa saja saat itu yang anda temui, Nona?"
"Pagi itu saya diantar ayah ke restoran, sesampainya di sana bertemu dengan kepala restoran, petugas keamanan, kepala koki dan Lulu."
"Ketika kejadian kepala koki ke mana?" tanya Biom lagi.
"Dia izin keluar karena ingin membawa anaknya ke rumah sakit."
"Ketika Nona menyajikan hidangan, saat itu Tuan Abraham bersama dengan siapa?"
"Bersama dengan seorang wanita."
"Wanita muda, paruh baya atau lansia?" tanya Biom.
"Sekitar tiga puluhan tahun," jawab Anaya.
Harsya menarik nafasnya perlahan.
Biom mengarahkan pandangannya kepada Harsya, "Bukankah wanita yang bersama dengan Tuan Abraham adalah Nona Cindy?"
"Ya."
"Apakah ada orang lain di sekitar mereka?" tanya Biom lagi.
"Tidak ada, hanya ada dua orang di lain meja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Evy
jika nanti menyesal dan minta maaf.mohon...jangan langsung dimaafkan... plonco dulu..biar tambah bucin..
2023-12-02
2
Ruk Mini
knp ..pake nyiksa dlu ye...kn bisa interogasi dlu .. kadang.. typo
2023-11-09
1