"Apakah Tuan Emir mengenal Abraham Syahbana, pria yang meninggal keracunan lima tahun lalu di restoran tempat di mana putri anda bekerja?" tanya Biom.
"Saya tidak mengenal dia," jawab Emir dengan tegas.
"Apa Tuan Emir mengenal Nona Cindy?" tanya Biom lagi.
Emir tampak terkejut mendengar pertanyaan asistennya Harsya.
"Tuan, apa anda mendengar saya?"
"Saya tidak mengenal dia," jawab Emir.
"Ayah yakin tidak mengenal wanita itu?" tanya Anaya.
"Tidak, Nak." Emir berkata selembut mungkin.
"Sebelum kejadian Ayah sedang berbicara
dengan wanita itu, kepala koki dan restoran melihatnya," ungkap Anaya.
"Mungkin mereka salah orang," ujar Emir.
Harsya hanya mendengar dan melihat perdebatan antara orang tua dan anaknya.
"Tidak mungkin mereka berbohong, Yah!" Anaya sangat begitu yakin.
"Anaya, kenapa kamu tidak percaya dengan Ayah kamu sendiri?" Bentak Nuni.
"Aku hanya ingin tahu, apa Ayah mengenal dengan wanita itu dan ada hubungan apa diantara mereka berdua," ucap Anaya.
"Ayahmu tidak terlibat dalam masalah ini dan kamulah yang ada saat kejadian!" Nuni menunjuk wajah Anaya dengan jari telunjuknya dengan tatapan marah.
"Aku percaya Ayah tidak mungkin melakukannya, Bu. Ku hanya ingin tahu tentang hubungan Ayah dengan Nona Cindy," ujar Anaya.
"Anaya, Ayah memang tidak mengenal dia," Emir berkata dengan lembut.
"Cukup!" Harsya menghentikan perdebatan diantara ketiganya.
Anaya dan kedua orang tuanya pun terdiam.
"Baiklah, jika Ayahmu tidak mengakuinya. Aku akan mempertemukan kepala koki dan kepala restoran dengannya," Harsya menatap Emir dengan tersenyum menyeringai.
"Baiklah, aku setuju!" ucap Emir.
"Ternyata nyali anda besar sekali, Tuan Emir." Harsya tersenyum sinis.
"Apa yang dikatakan suami saya benar, mana mungkin dia berbohong," ucap Nuni.
"Kita akan buktikan nanti," ujar Harsya.
"Apa kita perlu memanggil kedua pria itu, Tuan?" tanya Biom.
"Ya, aku ingin membuktikan laki-laki tua ini. Siapa yang berbohong diantara mereka?" Harsya menatap curiga mertuanya.
-
Sejam menunggu, akhirnya kedua pria dijemput oleh para anak buahnya Harsya.
Awalnya kedua pria itu menolak ajakan para pesuruh Harsya namun karena Biom menelepon dan menyakinkan maka mereka mau bertemu dan memberikan kesaksian.
Wajah Emir tampak ketakutan begitu juga dengan Nuni ketika melihat kepala restoran dan kepala koki.
Mereka bertujuh duduk bersama di ruang tamu.
"Apa kalian mengenal Pak Emir?" tanya Biom kepada kedua pria.
"Sangat kenal, Pak Emir selalu mengantar dan menjemput Anaya bekerja," jawab kepala restoran.
Kepala koki juga mengiyakan jawaban mantan atasannya itu.
"Sebelum kejadian itu, apa kalian melihat Pak Emir mengobrol dengan seorang wanita?" tanya Biom lagi.
"Ya," jawab keduanya serempak.
Harsya, Anaya dan Biom menoleh ke arah Emir.
"Mereka itu berbohong!" ucap Emir lantang.
"Kami tidak berbohong, masih ada beberapa orang yang melihat mereka mengobrol," ungkap kepala koki.
"Kalian ingin memfitnah ku, ya?" tuduh Emir kepada kedua orang tamunya.
"Tidak, Pak. Untuk apa kami memfitnah, kami menjelaskan apa yang dilihat," ujar kepala restoran.
"Aku sama sekali tidak mengenal wanita itu," bantah Emir tegas.
"Aku semakin curiga, jika anda terlibat," Harsya menatap tajam mertuanya.
Biom menyuruh kepala koki dan kepala restoran pulang dan keduanya diantar kembali oleh anak buahnya Harsya.
"Ayah, berkatalah jujur!" mohon Anaya.
Nuni berdiri dari kursi dan menunjuk wajah Anaya dan membentaknya, "Hei, anak pembawa sial!"
"Semua ini karena kamu, hidup kami jadi benar-benar sengsara. Seharusnya dari dahulu aku sudah melenyapkanmu!" ucap Nuni dengan wajah marah.
"Ibu, aku ini anak kandung kalian. Kenapa begitu tega padaku?" mata Anaya tampak berkaca-kaca.
"Sejak kamu lahir, semua harta dan perusahaan kami hancur seketika!" Nuni menudingnya.
"Anaya tidak diminta dilahirkan dari rahim anda," Harsya menyahut.
"Anda tidak tahu apa-apa tentang dia, Tuan. Yakinlah jika Anaya bersama dengan kalian, pasti ada kesialan yang menimpa!" ucap Nuni.
"Ternyata pikiran anda terlalu picik!" ujar Harsya.
"Tuan, lihat sendiri saja nanti!" Nuni menantang.
"Jika benar, aku akan meminta kembali uang yang ku beri!"
"Tidak bisa begitu, Tuan telah membelinya," Nuni tak terima.
"Baiklah, kalau begitu. Anaya telah ku beli tentunya sepenuhnya dia milikku, jika dia berhasil dan sukses jangan harap kalian bisa merebutnya dariku!" Harsya memberikan peringatan.
Dalam hati Anaya, "Tuan, selalu mengurung dan menyiksaku. Bagaimana aku bisa sukses dan berhasil?"
"Tuan, pasti akan mengalami kesialan seperti kami!" ucap Nuni.
"Bawa lelaki tua itu!" perintah Harsya.
Biom dengan cepat memegang tubuh Emir.
"Tuan, mau di bawa ke mana suamiku?" tanya Nuni.
"Aku ingin membawanya untuk membuktikan apakah dia terlibat atau tidak," jelas Harsya.
"Tuan, Nyonya, asal kalian tahu Tuan Harsya adalah putra dari Tuan Abraham," ungkap Biom.
"Apa!" Nuni dan Emir begitu kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ruk Mini
🙄🙄🙄🙄🙄
2023-11-09
0