Karena mendapatkan kabar dari ibunya bahwa Elia mengalami musibah yaitu kehilangan tasnya dan sempat ditolong seorang wanita membuat Harsya bergegas ke rumah orang tuanya.
Harsya mendadak khawatir karena adiknya itu tidak tahu nama si penolongnya.
Harsya mengingat kejadian yang dialami mantan istrinya makanya ia takut jika hal sama terjadi pada Elia.
"Di mana Elia, Bu?" Sesampainya ia di rumah mewah dengan 2 lantai.
"Ada apa, Kak?" Elia muncul dari arah ruang santai keluarga.
Harsya segera memeluk adiknya, "Kamu tidak mengalami sesuatu yang buruk, kan?"
"Aku baik-baik saja, Kak."
Harsya melepaskan pelukannya, "Siapa yang telah menolongmu?"
"Aku tidak tahu namanya, dia tak mau memberitahunya."
"Biom, cari tahu siapa wanita yang telah menolong adikku!" perintahnya.
"Baik, Tuan." Biom pun berlalu.
"Wanita itu sangat aneh, Kak. Berkali-kali ku tanya siapa namanya, dia tak mau memberitahunya. Ketika mengantar aku ke sini, dia menutupi wajahnya."
Harsya mengernyitkan keningnya.
"Apa kamu mengenal ciri-cirinya?"
"Dia berambut panjang dan dikuncir, kulitnya kuning langsat tapi penuh memar."
Harsya sejenak berpikir kalau ciri-ciri yang disebutkan adiknya persis seperti mantan istrinya.
"Kak, sepertinya wanita itu mengalami kekerasan," ucap Elia.
Harsya masih terdiam.
"Kakak!"
Harsya pun tersadar.
Tak lama kemudian, Biom datang dan berkata, "Maaf, Tuan. Kami tidak mendapatkan info tentang wanita itu karena wajahnya ia tutupi dengan selendang."
-
Harsya telah kembali ke istananya setelah makan malam bersama ibu dan adiknya.
Biom menghampiri Harsya yang sedang berada di ruang kerjanya, "Anak buah yang ditugaskan untuk mengawasi Nona Anaya dari sekitar pukul tiga hingga enam sore tidak berada di tempat."
"Memangnya ke mana mereka?"
"Karena sepulangnya Nona dari pasar tidak keluar rumah lagi, mereka pun pergi agar tidak dicurigai warga."
Harsya pun paham.
-
Harsya merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya, ia memejamkan matanya. Tak lama ia terbangun karena mimpi buruk.
Harsya terduduk dengan napas ngos-ngosan, "Kenapa aku selalu memimpikannya?"
Harsya turun dari ranjang, ia lalu melangkah ke kamar tempat di mana Anaya sempat tinggal di rumahnya.
Begitu membuka pintu, bayangan beberapa waktu lalu ketika dirinya menyiksa Anaya muncul dihadapannya.
Wajah Harsya mendadak memucat, keringat kembali bercucuran di dahinya.
Harsya memundurkan langkahnya, entah kenapa tiba-tiba hatinya merasa menyesal telah melakukan kekejaman.
Dengan cepat ia menutup pintu dan kembali ke kamarnya, sesampainya ia bolak-balik dan sesekali mengacak rambutnya.
"Aku tidak mencintainya, kenapa wajahnya selalu saja muncul?" gumamnya.
"Apa karena aku selalu mendapatkan kabar darinya makanya dia selalu ada di pikiran?" lirihnya.
*****
Pagi harinya, ketika turun menuju ruang makan. Harsya memerintahkan Biom untuk menarik pengawal yang mengawasi dan memantau mantan istrinya.
"Tuan yakin menariknya?"
"Ya."
"Kenapa, Tuan?"
"Kau hanya perlu menjalankan perintahku!" jawabnya dingin.
"Maaf, Tuan. Baiklah saya akan menyuruh mereka kembali," Biom kemudian meninggalkan Harsya.
Di meja makan, bayangan Anaya yang sedang menikmati sarapan tergambar jelas.
Harsya membanting sendok dan garpu yang ia pegang.
Para pelayan tampak terkejut.
Rama sebagai kepala pelayan bergegas menghampirinya, "Maaf, Tuan. Apa ada kesalahan yang kami buat?"
Harsya tak menjawab ia berdiri.
"Tuan, apa menu sarapan pagi ini tidak sesuai dengan lidah anda?"
"Bawa sarapan ke balkon, aku ingin menikmatinya di sana!"
"Baik, Tuan."
Harsya berjalan ke balkon rumah berlantai tiga itu.
Rama dan 2 orang pelayan pria menyajikan hidangan di meja.
Harsya meminta Rama untuk berdiri di sampingnya menemani makannya, ia berharap bayangan Anaya tak muncul di benaknya.
Sementara di lain kota dan waktu yang sama, Anaya telah menikmati sarapan ala kadarnya.
Ya, dia berencana akan mencari pekerjaan hari ini.
Anaya menyelempangkan tasnya, pagi ini ia mengenakan celana panjang dan kemeja biru langit.
Menggunakan ojek ia menuju jalan yang menurut orang-orang adalah pusat dari kota yang ia singgahi ini.
Sesampainya Anaya membayar ojek pangkalan, perjalanannya membutuhkan waktu 30 menit itu karena menggunakan motor.
Anaya berjalan sembari memperhatikan sekelilingnya. Ia mencoba bertanya kepada orang-orang yang berdagang di pinggir jalan.
Hampir sejam mencari pekerjaan, ia merasa lapar. Anaya singgah di warung bubur ayam, ia menyantap hidangan tersebut seorang diri karena memang pembeli hanya dirinya.
Selesai mengisi perutnya ia melanjutkan perjalanannya mencari pekerjaan.
Setelah 2 jam berkeliling, Anaya berhasil menemukan pekerjaan.
"Nona, pekerjaannya tidak di kota ini tapi di kota sebelah," ucap seorang wanita berusia 35 tahun yang merupakan seorang manajer.
"Kalau saya boleh tahu, perjalanan dari sini berapa jam?"
"Sejam, Nona."
"Apa tidak ada lowongan di sini?"
"Tidak ada, Nona. Kebetulan di kota sebelah mereka toko cabang kami," jawabnya.
Anaya tampak berpikir.
"Jika Nona mau, kita akan ke sana besok pagi. Kalau boleh saya tahu, alamat rumah Nona di mana?"
Anaya menyebut alamat tempat tinggal rumah baru di tempatinya.
"Cukup jauh dari sini, lebih baik Nona di sana menyewa kamar selama bekerja."
Anaya kembali berpikir.
"Bagaimana? Apa Nona bersedia?"
"Baiklah, saya bersedia."
"Untuk sementara Nona bisa pergi pagi pulang sore hari," ucapnya. "Karena Nona juga masih karyawan baru , takutnya tidak akan betah bekerja di sana," lanjutnya.
"Baiklah, saya ikut apa yang dikatakan Nona Manajer saja."
Wanita itu pun tersenyum.
Anaya pulang ke rumah menggunakan ojek, sesampainya ia membersihkan diri dan menyapu rumah yang tadi pagi tak sempat di sapu.
***
Keesokan harinya tepat pukul 7 pagi, Anaya pergi ke toko yang kemarin ia datangi dan mintai pekerjaan.
Begitu sampai, ia masih harus menunggu manajer yang mewawancarainya.
Lima belas menit kemudian, wanita itu datang menggunakan mobil berwarna biru. Ia pun mengajak Anaya ke mobilnya dan keduanya berangkat ke kota sebelah.
Sejam kemudian mereka pun tiba, tampak beberapa karyawan wanita dan pria sedang sibuk menata pakaian yang akan dipajang.
Anaya lalu dipertemukan dengan seorang pria yang sebaya dengan mantan suaminya.
"Anaya, dia adalah manajer di sini."
"Perkenalkan nama saya Aldi," pria itu melemparkan senyum dan mengulurkan tangannya.
Anaya menyambut uluran tangan dengan senyuman.
"Hari ini kamu mulai bekerja," ucap wanita manajer.
"Terima kasih banyak, Nona Manajer." Anaya sedikit menundukkan kepalanya.
"Sama-sama, kalau begitu saya pamit." Wanita itu pun berlalu.
"Anaya, mari ikut saya!" ajak Aldi.
Anaya mengikutinya.
Aldi menjelaskan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakannya.
Setelah memberikan penjelasan, Aldi menyerahkan kaos seragam kerja kepada Anaya, "Sekarang ganti pakaian kamu!"
Anaya meraihnya.
"Toilet karyawan ada di sebelah sana!" Aldi menunjuk ke arah sudut kanan toko.
Anaya mengangguk, lalu berjalan ke arah toilet.
Selesai berganti pakaian, Anaya menghampiri Aldi dan pria itu menyuruh salah satu karyawannya untuk memberikan tugas.
Aldi kemudian berlalu.
Gadis manis berusia 21 tahun itu mengulurkan tangannya, "Kenalkan namaku Intan."
Meraih uluran tangan gadis di depannya, "Anaya."
"Tadi Pak Aldi sudah menunjukkan apa saja yang akan kamu kerjakan, jadi mari bantu aku melipat pakaian."
"Baiklah," ucap Anaya semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Putri Minwa
😭😭😭
2023-04-07
1