Semua Salah Om Ferdi!

"Kok, Om Ferdi sih yang datang, Papi mana?"  tanya Jiya sesaat setelah sampai di hadapanku.

Kulihat sorot matanya begitu tajam dan menatapku sangat serius. Benar-benar menampilkan sosok yang sangat berbeda dari Jiya biasanya.

"Mana aku tahu, orang yang kasih kabar aja guru BK kamu tadi."

Si Jiya melotot. Sambil berkacak pinggang, dia menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya. "Bilang aja, Om Ferdi yang sengaja masang mata-mata buat ngawasin Jiya, ngaku nggak!"

Lah, malah ngegas. Nggak tahu aja dia, gimana pontang-pantingnya aku ke sini. Bahkan meeting sama Pak Richard aku batalin dadakan tadi.

"Itu tangannya nggak usah nunjuk-nunjuk begitu, nggak sopan." Kudorong jari telunjuk Jiya pelan, dari depan wajahku.

Yang langsung membuat si bocah setan itu mendesis tak suka.

"Kalau gitu, pulang aja. Jiya nggak butuh bantuan Om Ferdi di sini."

Dih, sok keras banget lo, Dek? Lagian, aku ke sini juga buat formalitas aja sama guru yang nelpon.

"Eh, Pak Ferdi sudah datang? Mari pak, masuk ke ruangan saya dulu," celetuk seseorang yang kontan membuatku dan Jiya serempak menolehkan kepala.

Terlihat seorang wanita berparas ayu dengan lesung pipi berdiri di dekat pintu. Dia mengenakan baju batik tradisional berwarna cokelat muda, serta rok span berwarna hitam yang begitu kontras. Dandanan rambutnya disanggul sederhana seperti guru-guru kebanyakan. Hanya saja, yang buat beda. Wanita itu tampaknya hanya terpaut beberapa tahun saja dariku.

"Ngeliatnya biasa aja kaleee ... Ingat Om jangan sampe netes tuh air liurnya. Malu sama umur, lagian Om Ferdi udah nggak puber lagi loh." Sinis Jiya seraya menyenggol lengan tanganku keras.

"Bilang aja kamu cemburu," balasku enteng.

Si bocah setan itu segera mengelus permukaan perutnya yang masih terbalut seragam naik-turun. "Amit-amit jabang bayi, kenapa sih, harus ada spesies kayak Om Ferdi? Hidup pula."

Aku hanya mengembuskan napas pelan mendengarnya. Lagi pula, kami sudah sampai di depan pintu ruang BK sekarang. Kan, nggak etis aja kalau masih adu bacot.

Rupanya di dalam ruangan itu sudah ada beberapa orang. Hanya saja, kedua wali dari murid yang lain tampaknya belum juga hadir.

Aku sendiri yang menjadi wali satu-satunya di tempat ini. Sebisa mungkin untuk menjaga sikap dan tak memihak. Yah, aku harus adil dan tidak mengambil keputusan secara terburu-buru, serta melihat permasalahan tidak hanya dari satu sudut pandang.

"Sebelumnya, perkenalkan nama saya Bu Indri, Pak. Saya salah satu guru BK sekaligus wali kelas Jiya."

Aku hanya menganggukkan kepala pelan sebagai jawaban. Toh, ini bukan pertama kalinya orang-orang mengajakku untuk berkenalan di depan umum.

"Dan saya masih lajang, jadi jika bapak-"

Tunggu sebentar, kenapa situasinya mendadak begini. Tiba-tiba aku jadi teringat dengan Maya dan Gisel yang akhir-akhir ini mulai bersikap aneh di kantor.

Masa kah, wanita bernama Indri ini juga ingin melakukan hal yang sama padaku?

"Maaf Bu, saya ke sini tidak untuk mengobrol dengan Ibu. Jadi, bisa tolong jelaskan bagaimana kronologi yang membuat Jiya dan temannya bertengkar?" potongku cepat yang membuat wanita bernama Indri itu terperanjat kaget.

Berdeham pelan, kulihat Indri sempat membenarkan posisi duduknya sebelum kembali berbicara.

"Persoalan remaja sebenarnya, mereka bertengkar karena satu cowok."

What? Gara-gara cowok? Hari gini, masih zaman gitu? Hadeh, Jiya, Jiya padahal kamu punya yang lebih ganteng, tinggi, dan nggak dosa buat di sentuh. Udah gitu, kaya lagi. Tapi masih aja ngelirik keroco.

"Benar, begitu?" tanyaku seraya melirik tajam ke arah Jiya.

Seketika, si bocah setan itu menunduk karena kehilangan muka. Jiya bahkan nggak berani menjawab dan menatap mataku.

"Lagian, ngapain juga kamu ngerebutin satu cowok sampai berkelahi begitu. Kayak di dunia ini udah nggak ada aja stok cowok ganteng," lanjutku lagi yang hanya dibalas embusan napas berat milik Jiya.

"Itu karena Om Ferdi nggak tahu!" sentak Jiya berapi-api, kemudian.

Kulihat bocah itu sampai mengepalkan kedua tangannya karena begitu kesal.

"Coba aja kalau Om Ferdi pernah ngerasain sekali aja jatuh cinta, pasti Om nggak bakalan ngomong hal kayak gitu." Jiya melanjutkan ucapannya lagi.

Semenjak kejadian di ruang BK. Aku dan Jiya meninggalkan ruangan tanpa banyak bicara.

Meskipun, kami terlihat berjalan beriringan satu sama lain. Tapi, pikiran kami melalang buana kemana-mana. Ini menjadi salah satu faktor yang membuatku merasa, kalau kehidupan kita memang benar-benar berbeda.

Hingga, langkah kami tiba-tiba dihentikan oleh satu sosok. Yakni, salah satu anak yang kutahu berkelahi dengan Jiya tadi.

"Hai Om, boleh kenalan?" sapanya lembut khas anak-anak remaja pada umumnya.

"Ngomong-ngomong, Om ganteng deh, boleh minta nomer WA-nya nggak?" lanjutnya lagi, seraya mengerling genit ke arahku.

Aku yang cukup syok dengan sikapnya yang tiba-tiba begini. Hanya bisa terdiam. Lain lagi dengan Jiya, kulihat dia segera melangkah maju ke depan tubuhku, lantas berseru dengan lantangnya.

"Woy ganjen! Mata lo emang minta gue colok yah, lama-lama. Dasar cabe!" teriaknya keras yang membuat mataku nengerjap pelan.

Tak menyangka bakalan berada di situasi ini. Yang mengingatkanku akan adegan sinetron kesayangan Momi, Andin dan Aldebaran.

Jihahahah ...

"Aelah Ji, kenapa sih lo nggak bilang kalau punya Om ganteng mirip cowok Korea begitu? Kalau dari kemarin lo bilang, gue pasti bakalan relain Rehan ke lo secara sukarela."

Rehan? Siapa itu Rehan?

"Sasimo lo emang! Berani, dekat-dekat Om gue lagi, abis lo sama gue!" balas Jiya kesal.

Saking kesalnya, bocah itu sampai menyeret pergelangan tanganku untuk mengekor, mengikuti langkah kakinya kemanapun dia pergi. Sampai tak terasa sudah berada di depan mobil milikku.

"Ini semua salah Om Ferdi!" teriak Jiya tiba-tiba, sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Mirip anak kecil yang lagi marah-marah sewaktu permennya direbut paksa.

"Kok, aku?"

"Iyalah, siapa suruh Om Ferdi punya tampang ganteng begitu," jelas Jiya. Aku terkekeh pelan tanpa sadar.

"Siapa bilang?

"Nadin sama Sekar tuh, masa mereka berdua bilang kalau Om Ferdi mirip Yeonjun TXT. Padahal mah, kalau menurut Jiya, Om Ferdi itu kayak Suneo."

Aku melotot. "Enak aja Suneo! Masa aku disamain sama karakter antagonis sih, yah meskipun dia yang paling kaya raya dibanding lainnya. Cuma tetap ajalah, harusnya kamu samain Om sama sekelas Angga Aldi Yunanda atau Rizki Nazar. Itu baru bener."

"Cuih!"

Kulihat Jiya pura-pura meludah. Kemudian, bocah itu menatapku lagi dengan tatapan tajamnya seperti biasa.

"Ngarep banget, Jiya ngomong begitu. Om mah, pantasnya jadi Suneo. Titik!" kata Jiya final, tanpa mau dibantah sama sekali.

Terpopuler

Comments

sweetie belle

sweetie belle

kbykn ngomong sndr kdg..

2023-12-14

1

Lilisdayanti

Lilisdayanti

haiiii aqu baru nongol lagi 🤣🤣 kangen sama si om pong 🤣🤣🤣🤣

2023-12-04

3

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

hadeuhhhhhhh jiyaa jiyaaa ntar lo duluan bucin sama si ommm

2023-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bocah Setan
2 Drama Ngejemput
3 Kilas Balik
4 Ijab Qobul
5 Malam Pertama
6 Warung Angkringan
7 Salah Paham
8 Rumor
9 Gara Gara Matlis
10 Jiya Oh Jiya
11 Semua Salah Om Ferdi!
12 Tolong, Jangan Berhenti!
13 Kangen?
14 R.I.P Burung
15 Pelajaran Untuk Si Benalu
16 Sengaja Disimpan Rapat
17 Jebakan?
18 Dampak Dari Kata 'Rindu'
19 Niat Menjaga Jarak
20 Ngambek?
21 Gimana, Rasa Ciuman?
22 Modus?
23 Insiden
24 Cemburu
25 Om Ferdi!!
26 Jadi Sad Boy
27 No Prize, But Your Body?
28 Gerah
29 Godaan Manis
30 Punyaku, Titik!
31 Agresif
32 Isi Hati Jiya
33 Curhatan Aaron?
34 Ruam?
35 OB Baru dan Papi
36 Rencana Busuk Om Lukman
37 Dia Memang Parasit!
38 Aku Capek
39 Tiket Penerbangan
40 Kamar Kesayangan Jiya
41 Hampir ...
42 Menelan Ludah Sendiri (Aaron x Mila)
43 Honey + Moon
44 Nonton Konser
45 Barang Sogokan
46 Kolam Renang
47 Yang Ditunggu
48 Loh, Kok?
49 Sekat
50 Salah Paham
51 Hamil
52 Sindrome Couvade
53 Efek Ngidam
54 Sepucuk Surat?
55 Balik Nguli
56 Bintang Iklan
57 Jiya!!!
58 Pilihan Sulit
59 Pisah
60 Pelangi?
61 Bertemu Kembali
62 Tersadar
63 Tertampar Keadaan
64 Muak
65 Ciuman Pelepas Rindu
66 Jadi Stalker
67 Terbongkarnya Rahasia
68 Misi Kejar Jiya
69 Misi Kejar Jiya (2)
70 Satu Kesempatan
71 Notif Pesan
72 Sangkar Burung
73 Simulasi All Of Us Are Dead
74 Hukuman & Pengakuan
75 Curhatan Aaron (Edisi Mila Hamil)
76 Tahan Dulu, Dong!
77 Like a Monster? (Nunggu Buka Aja, Serius)
78 Butik
79 Nginep
80 Acara Resepsi
81 Setelah Resepsi
82 Bersalin (Aaron x Mila)
83 Hamidun
84 Ngidam Mangga Muda
85 Lebih Sensitif
86 Lebih Sensitif
87 Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh)
88 Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh 2)
89 Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh 3)
90 Bab Spesial End (Gisel Mencari Jodoh 4)
91 Punya Anak Kembar
92 Si Kembar Genius (Daniel x Winter)
93 Si Kembar Genius (Daniel x Winter)
94 PENGUMUMAN!
95 PENGUMUMAN! (WAJIB BACA)
96 Ekstra Part Tumbal?
97 Yuk Mampir! Seri Kedua Jean-Gisel
98 PENGUMUMAN! (Book ver anak Jiya sama Ferdi)
99 MAMPIR YUK!
100 Fiks, Kalian Harus Mampir Sih!
101 Gas Nggak Nih?
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bocah Setan
2
Drama Ngejemput
3
Kilas Balik
4
Ijab Qobul
5
Malam Pertama
6
Warung Angkringan
7
Salah Paham
8
Rumor
9
Gara Gara Matlis
10
Jiya Oh Jiya
11
Semua Salah Om Ferdi!
12
Tolong, Jangan Berhenti!
13
Kangen?
14
R.I.P Burung
15
Pelajaran Untuk Si Benalu
16
Sengaja Disimpan Rapat
17
Jebakan?
18
Dampak Dari Kata 'Rindu'
19
Niat Menjaga Jarak
20
Ngambek?
21
Gimana, Rasa Ciuman?
22
Modus?
23
Insiden
24
Cemburu
25
Om Ferdi!!
26
Jadi Sad Boy
27
No Prize, But Your Body?
28
Gerah
29
Godaan Manis
30
Punyaku, Titik!
31
Agresif
32
Isi Hati Jiya
33
Curhatan Aaron?
34
Ruam?
35
OB Baru dan Papi
36
Rencana Busuk Om Lukman
37
Dia Memang Parasit!
38
Aku Capek
39
Tiket Penerbangan
40
Kamar Kesayangan Jiya
41
Hampir ...
42
Menelan Ludah Sendiri (Aaron x Mila)
43
Honey + Moon
44
Nonton Konser
45
Barang Sogokan
46
Kolam Renang
47
Yang Ditunggu
48
Loh, Kok?
49
Sekat
50
Salah Paham
51
Hamil
52
Sindrome Couvade
53
Efek Ngidam
54
Sepucuk Surat?
55
Balik Nguli
56
Bintang Iklan
57
Jiya!!!
58
Pilihan Sulit
59
Pisah
60
Pelangi?
61
Bertemu Kembali
62
Tersadar
63
Tertampar Keadaan
64
Muak
65
Ciuman Pelepas Rindu
66
Jadi Stalker
67
Terbongkarnya Rahasia
68
Misi Kejar Jiya
69
Misi Kejar Jiya (2)
70
Satu Kesempatan
71
Notif Pesan
72
Sangkar Burung
73
Simulasi All Of Us Are Dead
74
Hukuman & Pengakuan
75
Curhatan Aaron (Edisi Mila Hamil)
76
Tahan Dulu, Dong!
77
Like a Monster? (Nunggu Buka Aja, Serius)
78
Butik
79
Nginep
80
Acara Resepsi
81
Setelah Resepsi
82
Bersalin (Aaron x Mila)
83
Hamidun
84
Ngidam Mangga Muda
85
Lebih Sensitif
86
Lebih Sensitif
87
Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh)
88
Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh 2)
89
Bab Spesial (Gisel Mencari Jodoh 3)
90
Bab Spesial End (Gisel Mencari Jodoh 4)
91
Punya Anak Kembar
92
Si Kembar Genius (Daniel x Winter)
93
Si Kembar Genius (Daniel x Winter)
94
PENGUMUMAN!
95
PENGUMUMAN! (WAJIB BACA)
96
Ekstra Part Tumbal?
97
Yuk Mampir! Seri Kedua Jean-Gisel
98
PENGUMUMAN! (Book ver anak Jiya sama Ferdi)
99
MAMPIR YUK!
100
Fiks, Kalian Harus Mampir Sih!
101
Gas Nggak Nih?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!