Ustad, Nikahi Aku!

Ustad, Nikahi Aku!

Bab 1

...Jangan terburu-buru berburuk sangka, karena yang baik akan datang di waktu yang baik juga, tetap sengangat meski kadang kenyataan tak seperti apa yang kita bayangkan...

...🌺🌺🌺...

Sepasang pengantin tengah duduk berjejer di depan penghulu dan orang tua mempelai perempuan,

"Sudah siap?" tanya penghulu pada seorang pria yang tengah memakai baju serba putih khas pengantin dengan kalung bunga melati yang menggantung di lehernya,

Sang mempelai wanita tidak kalah cantiknya dengan kebaya putih dan jilbab panjang bagian belakangnya hingga menjuntai ke lantai.

DI belakang mereka sudah duduk berjejer para kerabat yang sengaja di undang untuk menjadi saksi pernikahan mereka, tidak terkecuali dengan kedua orang tua ustad Zaki yang memang kebetulan ada di Jawa sedangkan ustad Zaki sendiri terpaksa tidak bisa datang karena masih harus menjaga sang istri.

"Siap!" jawab ustad Farid dengan begitu lantang.

"Baiklah ikuti saya pak!" ucap pak penghulu sambil membimbing pak Suroso.

"Saya nikahkan engkau Farid Ramadhan bin Dadang dengan putri saya ayu anindita dengan mas kawin tersebut tunai!"

Dan dengan cepat ustad Farid menyahut ucapan pak Suroso.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ayu Anindita binti Suroso dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ustad Zaki berhasil melafalkannya hanya dengan sekali tarikan nafas.

"Sahhhhh!" suara itu menggema di sebuah masjid yang berada di salah satu desa kecil yang ada di kabupaten Tulungagung.

"Alhamdulillah!"

Baik ustad Farid maupun sang mempelai perempuan segera mengatupkan kedua telapak tangannya ke wajah.

Lantunan doa dari penghulu mengiringi pernikahan mereka, dan di Aminin semua yang datang, pernikahan itu di sambut haru oleh semua yang datang.

Sungguh pernikahan yang tidak pernah terduga, tangis harus dari kedua orang tua gadis yang baru saja melepas masa kesendiriannya, mereka benar-benar tidak menyangka jika ternyata putrinya bisa berjodoh dengan putra temannya yang sudah lama tidak bertemu.

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat ia memutuskan untuk pindah ke Tulungagung karena menikahi gadis Tulungagung, Suroso sempat berkata pada Dadang, sahabat karibnya sejak kecil, jika kelak ia memilik anak perempuan ingin rasanya menjodohkan putrinya dengan putra temannya itu.

Saat ia tinggal ke Tulungagung, sahabatnya itu sudah mempunyai satu anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Farid.

Dan nyatanya bertahun-tahun berlalu, sempat terbesit keinginan untuk kembali mengunjungi sahabatnya dan melanjutkan rencananya karena ia sudah punya seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki, tapi kesibukannya membuat niatnya itu selalu tertunda.

Apalagi setelah menikah, orang tua pak Suroso meninggal jadi seperti tidak ada alasan baginya untuk berkunjung ke Bandung lagi.

Tapi nyatanya kalau sudah jodoh, sejauh apapun jaraknya Allah akan mempertemukan kembali dengan caranya yang indah bahkan tidak pernah kita duga.

Hingga setelah dua puluh lima tahun berlalu, mereka dipertemukan kembali dengan cara yang indah.

"Akhirnya kita benar-benar besanan, Dang!" ucap pak Suroso sambil memeluk sahabatnya itu,

"Iyo So, Alhamdulillah! Nggak nyangka kita benar-benar besanan!"

***

Namaku Ayu Anindita biasa di panggil Anin, aku terlahir dari keluarga petani di salah satu desa yang ada di Jawa timur tepatnya di kabupaten Tulungagung, walaupun begitu aku tidak seperti gadis desa pada umumnya yang penurut dan hobi di sawah atau memilih merantai ke kota dan puas dengan hanya lulus SMP atau SMA.

Bukan karena gengsi pergi ke sawah, tapi aku merasa aku tidak punya minat di sawah, aku bercita-cita sebagai pengusaha walaupun bapak dan ibuku petani ulung.

Bapak bukan petani yang kaya, tapi hasil sawahnya bisa ia gunakan untuk membiayai sekolahku sampai aku lulus kuliah. Aku sungguh sangat bersyukur karena bapak tidak memaksaku untuk putus sekolah seperti teman-teman sebayaku yang perempuan. Kebanyakan mereka sudah menikah dan jadi ibu rumah tangga, mereka memutuskan putus tidak melanjutkan hingga SMA atau kuliah.

Seperti gadis jawa kebanyakan, di usiaku yang ke dua puluh dua ini. Menurut mereka, usia dua puluh dua sudah cukup matang bagi anak gadis untuk membina rumah tangga.

Ya seperti yang kalian ketahui juga, bahkan anak perempuan seumuran aku sudah ada yang memiliki dua anak. Dan pastinya itu berhasil membuat resah orang tuaku, bapak dan ibuku.

Apalagi para tetangga yang sudah mulai membicarakan aku, menurut mereka tidak penting anak gadis berpendidikan tinggi, asalkan dia bisa masak, dan mengurus rumah itu sudah cukup.

Ya, dan aku dengan beraninya melawan arus. Beruntung sekali karena orang tuaku cukup demokratis. Mereka tidak memaksakan kehendaknya sendiri dalam menentukan masa depan anak-anak nya.

Kami tiga bersaudara, mas ku sudah lebih dulu menikah. Ia memilih menjadi petani dan hanya sekolah sampai SMA setelah itu menikah, menggarap sawah dan berternak sapi seperti kebanyakan laki-laki di kampung kami, sedangkan adikku perempuan, dia masih SMP. Dan aku berharap nanti bisa menjadi contoh yang baik untuk adikku, bahwa hidup tidak hanya melulu soal bisa masak dan berberes rumah, wanita juga harus mandiri, mereka punya kehidupan sendiri, punya keinginan sendiri.

Tapi nyatanya gempuran sana sini tidak cukup kuat untuk menahan benteng yang telah dibuat kedua orang tuaku, dan apa yang aku khawatirkan akhrinya tiba juga. Bapak dan ibuku mulai membicarakan soal jodoh begitu aku selesai wisuda.

"Nduk, bapak Karo ibukmu wes mutusne (Bapak dan ibumu sudah memutuskan)!"

Perasaanku saat ini benar-benar tidak karuan, aku sudah bisa menduga apa yang akan Meraka katakan. Aku sudah berjanji pada mereka, aku bersedia untuk di jodohkan setelah lulus kuliah dan mungkin sekarang mereka akan menagih janjiku.

"Saiki awakmu wes lulus, wes wayahe koyok seng tok janjekne neng ibuk Karo bapakmu Yen Kowe gelem tak rabekne ( Sekarang kamu sudah lulus, sudah saatnya seperti yang kamu janjikan pada ibu dan bapak kamu kalau kamu mau untuk di nikahkan)!"

Kali ini benar, mungkin aku tidak bisa mengelak lagi untuk menikah. Tapi aku masih punya pilihan, aku harus mencari suami yang siap menerima istrinya tidak hanya melulu di dalam rumah, jadi dia harus juga punya pendidikan yang minimal sama dengan ku.

Aku tidak mau setelah menikah nanti hanya berdiam diri di rumah, mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak dan menunggu suami pulang. Aku ingin tetap bisa berkarya, bisa menghasilkan uang sendiri.

"Nggih pak, buk. Anin siap menikah, tapi ada syaratnya!"

"Apa syaratnya nduk?" tanya bapak. Bapakku bukan orang yang begitu kolon hingga tidak mau mendengarkan pendapat anak.

"Njenengan nikahne Kulo kaleh tiyang jaler engkang gadah ilmu seng duwur, supoyo menjang saget mbimbing Kulo dados istri engkang sae dunia laan akhirate ( Kamu ( yang dalam bahasa kromo halus yang di tujukan pada orang yang lebih tua atau di hormati) nikahkan saya dengan seorang pria yang punya ilmu tinggi, supaya nanti bisa membimbing saya menjadi istri yang baik dunia dan akhirat)!"

Tentu cukup sulit mencari pria yang seperti itu di kampung kami, kebanyakan dari mereka para pria lebih memilih sekolah paling tinggi sampai SMA dan mengelola sawah, kalau pun ada yang sampai kuliah, mereka akan memilih keluar dari kampung dan memilih kehidupan di luar sana. Dan pastinya mencari jodoh dari luar juga.

"Baiklah, bapak akan coba cari. Jika nanti bapak menemukannya, awakmu kudu setuju ( Kamu harus setuju)!"

"Nggeh pak ( iya pak)!"

Aku bukan seorang yang pintar agama, aku bukan seorang yang religius tapi aku tetaplah punya cita-cita sukses dunia akhirat.

Aku berhijab, sama seperti kebanyakan orang berhijab lainnya, aku hanya berhijab saat bepergian kalau di rumah aku masih suka pakai celana pendek selutut atau daster tanpa lengan. Aku masih suka beralasan panas atau ribet saat bekerja jika memakai pakaian panjang.

Tapi kalau soal kewajiban ku yang lima waktu, insyaallah genap walaupun sering tidak fokus. Setidaknya aku melakukan kewajibanku.

Aku sedang merintis usaha saat ini, modal ilmu dari yang aku pelajari selama sekolah dan dan juga karena di kampungku bahannya cukup banyak. Usaha keripik singkong, talas, pisang.

Aku juga memperkerjakan tiga karyawan tetap, bukan karena aku sudah cukup banyak uang karena usahaku baru berjalan beberapa bulan ini dan hasilnya masih tipis. Tapi aku punya karyawan karena memang aku tidak bisa melakukannya sendiri.

Satu karyawan khusus memanen singkong, memetik pisang atau memanen talas, karena aku sengaja membeli dari ladang petani agar dapat untung tapi masalahnya aku tidak bisa memanen sendiri makanya aku butuh pekerja.

Pekerja yang kedua dan ke tiga, khusus untuk memasak dan mempacking, ya walaupun untuk resep aku yang buat karena kalau aku sendiri yang masak dan packing akan memakan waktu yang lumayan lama.

Dan Pekerjaannya hanya memasarkan, bukan seperti perusahaan-perusahaan besar yang tinggal pasang iklan dan banyak yang order.

Memang sama, aku juga pasang iklan tapi tidak begitu konsepnya, hidup itu penuh perjuangan. Sama seperti moto itu, hidup penuh perjuangan. Maka aku harus berjuang untuk dapatkan pelanggan. Aku menawarkan keripikku dari warung ke warung, dari rumah makan ke rumah makan, ke restauran -restauran.

Dan hasilnya, memuaskan? Cukup memuaskan. Dari seratus warung yang aku tawari, ada sepuluh warung yang mengijinkan aku menitipkan keripik, padahal mereka tanpa mengeluarkan modal.

Yahhhh, mau gimana lagi. Hidup kan memang penuh perjuangan.

Setidaknya dengan jualan itu, aku bisa memberi pekerjaan pada tiga orang, menopang kehidupan keluarga mereka, membayar listrik , bensin dan pulsa sendiri. Untuk selebihnya aku berharap suara saat nanti aku bisa membantu membiayai sekolah adikku.

Bersambung

Hai semua, siapa kira-kira yang bisa menebak. Ini kisahnya siapa ya? Ini sebenarnya kelanjutan dari kisah ustad Zaki dan Zahra, tapi kisah siapa yang ada di sini? Simak kelanjutannya ya, kalau suka langsung koment ya, jangan sungkan-sungkan, koment gratis kok!!!!! salam sayang dari author😘😘😘

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya ya

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Nenggelis Qalbi

Nenggelis Qalbi

oops ustadz Farid😍

2024-02-12

1

Nggie Utami Anggraeni

Nggie Utami Anggraeni

typo ustad farid harusnya thor 🙏

2023-10-23

0

maulana ya_manna

maulana ya_manna

baca ulqng thor

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!