Hari yang melelahkan bagi Dirga. Tak hanya karena pekerjaan yang menumpuk, tapi juga karena hatinya yang juga sempat seperti di hantam ombak tadi saat gadis misterius bernama Senja menolak untuk berkenalan dengannya.
Jujur saja, bagi Dirga itu adalah sebuah penghinaan. Tapi entah kenapa dia tidak bisa membenci Senja. Dia justru makin tertantang untuk bisa lebih mengenal gadis itu.
Di zaman milenial seperti ini, rasanya sulit di percaya kalau masih ada gadis seusianya yang tidak pernah mengenal pria.
Dirga merasa ada sesuatu yang membuat gadis itu menjadi bersikap demikian.
"Huah.. " Dirga membaringkan badannya di sofa panjang di ruang tengah rumah mewahnya.
rumah cukup besar yang hanya ia tinggali seorang diri.
Dirga menatap langit-langit ruangan yang di dominasi warna putih. Dan matanya tiba-tiba membulat sempurna saat wajah Senja dengan mata kemerahannya tercetak jelas di atas sana.
"Senja?"
Dirga memperjelas penglihatannya, dan memang benar itu adalah wajah Senja.
Utuk semakin meyakinkan diri, Dirga kemudian menggosok-gosok matanya. Dan saat ia melihat kembali ke atas ternyata wajah itu sudah tidak ada.
"Sial ! ternyata itu hanya perasaanku saja. " Mengumpat sambil beranjak dari tidurnya. Takut Senja tiba-tiba muncul lagi di langit-langit ruangan.
"Kenapa wajah gadis itu selalu ada di kepalaku? " Entah itu sebuah pertanyaan atau sebuah keluhan, tapi yang jelas Dirga memang benar-benar tidak mengerti kenapa Senja terus saja menghantui pikirannya.
Dirga mengambil remot di atas meja bermaksud hendak menghidupkan televisi. Pria itu berfikir mungkin dengan menonton televisi bisa menghilangkan bayangan Senja di kepalanya.
Namun sebelum sempet memencet tombol on, ponsel Dirga berbunyi.
My Queen memanggil
Dirga mengela nafas sejenak.
Gadis itu, yang beberapa hari lalu telah membuatnya patah dan hampir kehilangan arah. Kini untuk kesekian kalinya berusaha menghubungi Dirga.
Dirga tahu gadis itu pasti ingin meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka. Tapi sayangnya Dirga sudah tidak tertarik. Dia bahkan sudah tidak lagi memikirkan Queenzi.
Entahlah, dia sendiri juga heran karena bisa secepat itu melupakan orang yang pernah sangat di sayanginya.
"Dirga aku mohon angkat telepon ku. Aku ingin bicara. Aku mau minta maaf, Sayaaang. "
Chat dari Queen masuk karena Dirga mengabaikan panggilannya.
Panggilan kedua kembali berbunyi. Masih dari 'my Queen' gadis itu berharap setelah membaca pesannya Dirga akan tergerak untuk bicara dengannya.
Jujur Dirga memang sedikit terpancing. Kata sayang dari Queenzi masih sempat membuat dadanya berdebar.
Dirga mengambil ponselnya. Ia ingin memberi kesempatan Queen untuk sedikit bicara.
"Ada apa? " tanyanya ketus.
"Dirga, akhirnya kau mau juga mengangkat telefon ku. "
Diseberang sana Queen terdengar sangat senang karena akhirnya Dirga mau bicara.
"Ada apaa? "
Sekali lagi mempertegas pertanyaannya. Muak dengan basa-basi Queen.
"Ya Tuhan Dirga, haruskah kau bicara seketus itu padaku? aku hanya ingin minta maaf, Sayang. "
Dirga menghela nafasnya. Queen dengan sangat santai nya memanggil dia sayang sedangkan beberapa hari yang lalu dengan sadar dia mengatakan kalau dia tidak menyayangi Dirga.
"Queen, hubungan kita sudah berakhir. Jadi setelah ini aku mohon berhentilah menggangguku dan memanggilku sayang. "
"Apa ! sudah berakhir? sehak kapan? aku tidak pernah merasa mengakhirinya.? "
Queenzi langsung memprotes keputusan Dirga.
"Sejak saat ini, dan mulai hari ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. "
"Dirgaa ! " Queen menjadi semakin tak terima
"Menyesal harus mengatakannya lewat telefon, tapi aku sudah tidak ada waktu lagi untuk bertemu denganmu. "
"Dirga aku mohon jangan seperti ini, aku masih sangat ingin bersamamu sayaang. "
Dirga kembali menghela nafasnya kali ini bahkan sambil membuang pandangannya. Jengah bukan main. Namun sesaat kemudian pria itu terdiam, bukan karena Queen, melainkan karna saat menoleh tadi ia merasa melihat seseorang di sudut ruangan. Seorang pria dengan mata seperti bola api.
'Siapa dia, kenapa tiba-tiba ada di kamarku? atau jangan-jangan itu hanya halusinasiku saja? persis seperti tadi saat aku seolah melihat Senja."
Dirgantara tak bergeming. Antara penasaran dan juga nyalinya yang sedikit menciut. Tapi demi membunuh rasa penasarannya, pria itu akhirnya memberanikan diri untuk menoleh.
Pelan tapi pasti pria itu memutar leher nya menilik ke belakang dan ternyata tidak ada siapa-siapa. "
'Sial ! lagi lagi aku berhalusinasi. aaakkh kenapa jadi makin aneh begini sih? ' Bathin Dirga lagi di antara kekesalannya.
"Dirga ! Dirgaa, kau masih di situ kan? "
Queen yang sejak tadi tidak mendengar Dirga berbicara mencoba memastikan. Dari situlah Dirga baru sadar kalau masih terhubung dengan Queen.
Tapi sayangnya pria yang saat ini benar-benar di buat bingung itu tak tertarik lagi untuk bicara dengan Queen.
Pikirannya terlanjur kacau, lalu tanpa mempedulikan Queen lagi Dirga langsung memutuskan panggilan.
"Ada apa ini, kenapa akhir-akhir ini aku merasa sering mengalami hal-hal aneh. Aku sering merasa seperti melihat sesuatu. " Dirgantara bergumam sendiri. Pikirannya jadi makin kacau.
Pria itu akhirnya bangkit lalu menyambar kunci mobil
Dirga keluar dari rumahnya. Ia ingin mencari angin di luar. Ia merasa apartemen nya sudah di penuhi bayangan-bayangan aneh yang cukup mengganggu.
Pria itu kemudian mengemudikan mobilnya sendiri. Pelan-pelan membelah jalanan ibu kota yang dirasanya malam ini cukup ramai. Dirga baru ingat kalau sekarang adalah akhir pekan. Pantas saja ramai. Mereka pasti ingin menghabiskan akhir pekan di luar dengan orang-orang tersayang.
Sambil menyetir Dirga menikmati suasana malam yang sangat indah pedagang-pedagang di pinggir jalan tampak ramaai di kerubuti pembeli. Taman di di pusat kota juga ramai pengunjung.
Dirga tersenyum sendiri. Biasanya dia menghabiskan akhir pekan bersama Queenzi. Tapi sekarang sudah tak lagi semenjak gadis itu mematahkan hatinya.
Senyum Dirga yang awalnya hanya samar tiba-tiba berubah melebar. Buka karena ingatannya tentang Queenzi. Melainkan karena netranya menangkap sosok yang tadi sempat mengganggu fikirannya.
Ya Senja, memangnya siapa lagi? gadis itu sedang menikmati sate kambing di warung pinggir jalan. Tapi dia sendirian, tidak bersama ibunya yang masih sangat muda dan cantik itu.
Dirga langsung menepikan mobilnya. Ia merasa punya kesempatan untuk bisa mendekati Senja. Perlahan pria itu berjalan mendekati meja tempat Senja duduk.
"Hay, Senja."
Senja sangat terkejut dan langsung melotot marah saat tahu Dirga ada di depannya. Gadis itu langsung berdiri dan siap beranjak. Tapi Dirga langsung melarangnya.
"Senja, tunggu dulu, " Cegahnya langsung.
Senja menoleh dengan pandangan yang selalu sjaa mengerikan. Tangannya bahkan terkepal seoalh hendak menghanatam Dirga dengan pukulan maut.
"Senja, tenanglah. Aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin berteman denganmu. Jadi tolong jangan pergi. " Suara Dirga terdengar sangat lembut. Persis seperti pria yang sedang merayau pacarnya yang sedang merajuk.
Senja terdiam, tidak memberi tanggapan apapun, tapi juga tidak berusaha kabur.
"Aku tahu kau tidak pernah berteman dengan siapapun sebelumnya. Tapi aku mohon izinkan aku menjadi trman pertama mu, atau satu-satunya tetemanmu. "
Masih tetap saja terdiam. Tapi tatapannya meredup. Tak se meyeramkan tadi.
"Aku--"
"Senja! "
Ucapan Dirga terpenggal oleh suara yang memanggil Senja. Dia langsung menoleh dan terkejut karena ternyata Senja tidak sendiri. Seperti biasa ia bersama ibunya, hanya saja wanita itu menunggu di dalam mobil.
"Kau bersama ibumu? Apa aku perlu meminta izin ibumu dulu? " tanya Dirga hati-hati.
Tapi sayangnya ucapannya lagi-lagi tak di respon oleh Senja. Gadis itu bahkan mulai melangkaj meninggalkan Dirga.
"Senja--" Dirga ingin sekali mengatakan jangan pergi dulu, tapi suatanya sudah tercekat. Tak bisa lagi mencgah langkah Senja. Namun di luar dugaaan, gadis itu berhenti dan menoleh.
"Di pantai besok sore. " Senja akhirnya bersuara meski dengan nada dan ekspresi yang sangat datar. Tapi siapa peduli, dia sudah mau bicara saja sudah bagus. Terlebih Dirga, meski suara Senja barusan sangat datar tapi baginya terdengar sangat merdu.
Setelah mengatakan itu Senja langsung buru-buru pergi, tak ingin ibunya sampai memanggil lagi.
Sementara Dirga melongo di tempatnya. Tak percaya kalau Senja baru saja bicara dengannya.
'Di pantai besok sore? apa itu artinya dia menyururhku ke pantai besok sore? benarkah begitu? '
Dirga bersorak dalam hati, girang bukan kepalang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ujung Harapan
orang tua nya dirgantara kemana Thor nga pernah muncul Damar melati
2023-07-03
0
Anislin Jupe
dapat jackpot ya dirga
2023-03-14
1