Pacarku Setengah Manusia
"Aaakkhh..!"
Dirgantara Noza Sanjaya, pria dengan tinggi badan seratus delapan puluh enam centi meter itu memekik keras sambil menendang butiran pasir yang ada di depannya. Pasir putih yang sejatinya tak bersalah dan tak tahu apa-apa menjadi korban kekesalannya hari ini.
Pria itu kemudian melepaskan kancing kemeja bagian atas lalu melonggarkan dasinya. Entah kenapa dasi yang biasanya selalu
melengkapi penampilan menawannya kali ini justru terasa mencekik lehernya, membuatnya sesak tak terkira.
Rentetan peristiwa tak mengenakkan yang ia alami hari ini kembali berputar di kepala. Suara kecemasan sekertarisnya yang mengatakan kalau sahamnya merosot tajam masih terngiang di telinga, juga pandangan mengejek rival bisnis nya yang berhasil memenangkan tander atas dirinya masih terasa membakar amarahnya.
Sejak pagi saat pertama membuka ponsel, yang pertama di dapatinya adalah pesan tak mengenakkan dari sekertarisnya tersebut. Kemudian di susul dengan kekalahan tander atas rival bisnis yang selama ini menjadi pesaing terberatnya.
Padahal selama ini ia di kenal sebagai pengusaha muda yang sangat hebat. Meski ia baru delapan bulan memimpin perusahaan, karena ia memang baru delapan bulan juga pindah ke kota ini. Tapi meski begitu, dia sudah mampu bersaing dengan para pebisnis hebat. Perusahaan nya juga langsung maju pesat selama di pegang kendali olehnya.
Selama delapan bulan berselang, Dirga sudah bisa menunjukan taringnya di dunia bisnis tanah air yang persaingannya sangat ketat.
Namun hari ini, atau seminggu terakhir ini. Perusahaan nya mengalami kemerosotan saham yang cukup signifikan. Beberapa kali kalah tander dan beberapa rekan bisnis yang mengambil alih saham mereka. Tentu itu sangat berdampak buruk bagi perusahaannya.
Pria bermata tajam itu gusar bukan kepalang. Pikirannya kacau. Hatinya panas meredam amarah.
Namun sebenarnya dari semua hal buruk yang terjadi padanya hari ini, ada satu hal paling membuatnya sangat marah dan rasanya ingin menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Untung saja yang di depannya hanya ada pasir putih.
Satu kejadian yang di anggapnya sangat menjijikan dan semakin melengkapi kesialannya hari ini adalah Queenzi Anandita. Gadis cantik berbelah dagu yang sudah mematahkan hatinya, yang sudah sukses mengobrak-abrik jiwanya, yang semakin menyempurnakan kekecewaannya, yang bahkan membuatnya ingin terjun bebas dari lantai tertinggi perusahaannya.
Bukan cengeng atau lemah hati. Tapi kejadian buruk yang beruntun menimpanya. Membuatnya merasa sangat sesak tak terkendali. Meski ia merupakan pria tangguh sekalipun jika urusannya sudah masalah hati, pasti akan tetap terasa sangat menyiksa. Belum lagi masalah-masalah lain yang membuntuti. Membuatnya merasa seperti sedang di eksekusi mati
Dan kalau saja kalian tahu. Queenzi Anandita adalah gadis kecintaan Tuan muda Dirgantara.
Gadis yang membuatnya berhenti bermain-main dengan banyak wanita.
Queenzi dengan segala kemolekannya benar-benar membuat Dirga mabuk kepayang. Namun sayangnya ada satu sikap gadis itu yang boleh di bilang kurang baik. Gadis cantik itu sangat suka belanja dan menghambur-hamburkan uang. Dan yang menjadi incarannya adalah barang-barang ternama dengan harga yang membuat rakyat jelata melongo tak percaya.
Namun meski begitu, Dirga tak pernah mempermasalahkannya. Ia memberikan semua yang gadis itu minta. Meski untuk itu ia harus mengeluarkan banyak digit untuk setiap permintaan Queenzi tapi Dirga tak peduli.
Bagi Dirga, meski di lihat dari segi minusnya Queen tetap yang paling istimewa baginya. Gadis itu adalah gadis yang sangat baik di mata Dirga. Yang sangat mencintainya dan dia pun sebaliknya.
Tapi hari ini, semua anggapannya tentang gadis itu berubah seketika. Queenzi Anandita, gadis yang ia pikir sangat mencintai dirinya ternyata hanya mempermainkannya
Dan paket lengkap kesedihan ataupun kehancurannya hari ini adalah saat ia secara tak sengaja mendengar percakapan Queen dengan seseorang melalui telefon.
"Aku tidak benar-benar mencintainya. Aku bersamanya karena dia mampu memanjakan jiwa belanjaku. Aku hanya memanfaatkan kekayaaannya. Lagipula dia itu sebenarnya bukan tipe ku. Yah kau tahu lah kalau seleraku bukan pria lokal seperti dia. Aku lebih tertarik dengan produk luar yang lebih macho dan keren. "
Kata kata Queenzi kembali menggaung di telinga Dirga. Seperti pisau tajam yang langsung menyayat hatinya.
Bagaimana tidak, seorang Dirgantara yang tampan dan punya segalanya ternyata hanya di jadikan alat atau mesin penghasil uang oleh kekasihnya.
Padahal sebelum mengenal Queenzi, Dirgantara adalah pemain cinta yang tidak pernah setia hanya pada satu gadis. Baginya semua gadis yang di kencaninya selama ini hanyalah mainan yang bisa kapan saja ia buang.
Namun setelah mengenal Queenzi dan jatuh hati padanya, Dirga berubah menjadi pria setia dan tidak lagi berkelana dari satu hati ke hati yang lain. Ia seperti tergila-gila pada Queen dan rela memberikan apapun yang gadis itu minta. Namun sayang gadis itu tak pernah benar-benar mencintainya. Dia bahkan mengatakan dengan jelas kalau Dirga bukan tipenya.
"Aakkhh..! "
Dirgantara kembali berteriak kencang. Kali ini bahkan sukses membuat orang-orang di sekitar menoleh padanya.
"Hey ada apa dengannya, seperti tidak waras saja berteriak-teriak sendiri. "
"Pria itu pasti baru saja di putuskan kekasihnya, makanya dia jadi frustasi begitu. "
Berbagai anggapan muncul dari fikiran orang-orang tersebut. Mereka juga melihat Dirga dengan pandangan aneh. Tapi Dirga tak peduli. Baginya yang penting dia bisa berteriak sekencangnya dan melepaskan segala sesak di dadanya. Untuk itulah dia sengaja memilih laut sebagai tempat untuk menampung kekesalannya.
Laut ? ya, saat ini Dirgantara memang berada di tepi laut. Saat merasa kalau hari ini adalah hari paling sial baginya, yang ingin di lakukannya adalah berteriak sekenceng-kencangnya. Dan untuk memecahkan bongkahan batu besar yang seolah menghimpit dadanya, Dirga memilih laut atau pantai sebagai tempatnya.
Entahlah kenapa harus laut, mungkin karena tempatnya yang laus dan juga suara deburan ombak yang Dirga fikir bisa meredam teriakannya. Meski kenyataannya tidak, sebab teriakannya memang terlalu kencang sampai-sampai tak teredam oleh gemuruh ombak.
Setelah teriakannya yang kedua, Dirga merasa sedikit lebih baik, sesak di dadanya sedikit berkurang. Meski tetap saja semuanya masih terasa sangat menyakitkan. Tapi setidaknya tidak se menyesakkan tadi.
Dirga kemudian membuang pandangannya ke laut lepas. Mencoba menenggelamkan segala yang tak mengenakkan ke lautan dalam. Dan berharap tak akan muncul lagi ke permukaan.
Tapi nihil ! Semuanya tetap saja masih menari-nari di kepala. Pria itu bahkan beberapa kali tampak memejamkan mata sambil menggelengkan kepala. Masih tetap berusaha mengusir bayangan-bayangan menjengkelkan dari benaknya.
Fokusnya baru teralihkan saat pandangan netranya tanpa sengaja menangkap seorang peselancar yang sedang menari-nari di antara gulungan ombak.
Padahal ombak di pantai ini terkenal cukup ganas. Jarang bahkan hampir tidak pernah ada yang berani berselanjar di pantai ini. Tapi gadis peselancar itu, apa! gadis?
Bola mata Dirga membulat menyadari kalau peselancar itu adalah seorang wanita. Meski dari kejauhan, tapi dari gesturnya tetap saja siapapun bisa mengetahui kalau dia seorang wanita.
Tanpa rasa takut sama sekali, peselancar itu meliuk-liuk di antara gulungan ombak, dan sekalipun tak pernah terjatuh. Seolah kencangnya tamparan ombak tak cukup mampu menumbangkan keseimbangannya di atas papan ski.
Dirga melihat ke sekeliling. Ternyata bukan hanya dia yang terpukau melihat kemampuan wanita itu. Beberapa orang di sekitarnya juga tampak sangat kagum oleh permainan si peselancar. Seolah itu menjadi tontonan yang sayang untuk di lewatkan.
Kembali Dirga mengarahkan pandangannya pada peselancar. Entah kenapa dia juga seperti ikut menikmati tontonan gratis itu. Bahkan saat getar poselnya terasa di sebalik saku celananya. Dirga berusaha mengabaikan nya. Saat datang kemari tadi, pria itu memang berencana tidak akan menerima telefon dari siapapun. Ia ingin menenangan diri sejenak di pantai ini. Pantai yang baru pertama kali ia datangi selama berada di kota ini.
Dirga tidak menyangka ternyata pantai ini sangat indah. Pasir putihnya, bibir pantainya yang landai, deretan pohon kelapa yang melambai, dan tak lupa ombaknya yang terkenal besar dan cukup ganas. Semua menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai ini.
Drrtt, drrt..
Ponsel Dirga kembali bergetar, kalau tadi ia berusaha untuk tidak peduli, kali ini pria itu menjadi sedikit penasaran. Ia khawatir kalau yang menelefon itu sekertaris nya yang ingin memberikan kabar terkini perihal perusahaannya.
Dirga akhirnya mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Berniat hendak menerima panggilan, tapi begitu melihat yang tertera di layar ponsel adalah nama My Queen, Dirga langsung mematikan panggilannya. Pria itu bahkan langsung mengaktifkan mode hening supaya tidak lagi terganggu.
Detik berikutnya, pria berahang kokoh itu sudah kembali memanjakan matanya dengan atraksi peselancar yang masih betah meliuk-liuk di antara gulungan ombak. Bahkan saat senja mulai merangkak mendekati malam dan orang-orang sudah mulai beranjak pulang, gadis itu masih saja asik berselancar.
Dan anehnya Dirgantara pun masih enggan untuk beranjak dari posisinya. Ia masih terus memperhatikan sambil sesekali berdecak kagum seperti tidak pernah melihat orang yang sedang berselancar, atau mungkin memang bisa di bilang tidak pernah karena waktunya selalu di habiskan untuk bekerja dan bekerja, kecuali saat saat
bersama Queen, dan itupun hampir tidak pernah ke pantai. Biasanya mereka lebih sering ke pusat perbelanjaaan untuk menyalurkan hobi belanja Queenzi.
"Senja..! "
Sebuah seruan dari seseorang mengalihkan fokus Dirga. Seorang perempuan yang di yakini Dirga umurnya tidak berbeda jauh darinya tampak sedang memperhatikan si peselancar.
Perempuan itu berada beberapa langkah dari tempat Dirga berdiri.
"Senja..! "
Perempuan itu kembali berteriak sambil melambaikan tangannya ke arah peselancar dan mau tidak mau membuat Dirga menoleh ke arah wanita itu.
'Apa dia sedang memanggil peselancar itu? ' Dirga bertanya dalam hati.
Dan dugaan Dirga benar, setelah melihat lambaian tangan perempuan itu, peselancar segera menepi dan menghampiri perempuan itu.
"Sudah hampir gelap, senja. Kenapa belum pulang?"
Tampak raut wajah cemas dari perempuan di sebelah Dirga.
"Iya maaf, aku keasyikan bermain dengan ombak sampai lupa waktu. "
Peselancar yang di panggil Senja itu berdalih sambil meringis. Peselancar yang ternyata adalah seorang gadis cantik.
Dirga diam-diam memperhatikan wajah gadis itu, lalu menoleh pada perempuan yang memanggilnya.
'Mirip, pasti mereka kakak beradik. ' bathinnya menebak
"Ya sudah ayo pulang. Nenek sudah cemas menunggumu. "
"Hmm, " Gadis peselancar mengangguk lalu mensejajari langkah perempuan itu.
Sementara di tempatnya, Dirgantara masih mencuru-curi pandang kedua perempuan itu. Namun keduanya seolah tak perduli kalau
diam-diam ada yang sedang memperhatikan. Apalagi perempuan yang menyuruh Senja pulang, sejak pertama datang tadi dia seolah tidak mempedulikan keberadaan Dirga, bahkan melirikpun tidak.
Tapi di luar dugaan, sebelum benar-benar beranjak gadis bernama Senja menoleh ke arah Dirga dan sontak saja membuat pria itu gugup karena kepergok sedang memperhatikan.
Dirga buru-buru membuang pandangannya, terlebih melihat tatapan tajam gadis peselancar itu yang seolah siap mencongkel bola mata Dirga. Sepertinya sejak tadi gadis itu sadar kalau sedang di perhatikan. Ia kemudian menunjukan rasa tidak sukanya karena terus di perhatikan dengan balas menatap kearah Dirga.
Sayangnya tatapannya sangat mengerikan dengan bola matanya yang kemerahan. Dirga bahkan sampai merinding di buatnya. Gadis itu sepertinya marah pada Dirga. Padahalkan Dirga tidak melakukan apa-apa. Hanya memperhatikan, itupun karena dia kagum pada aksi selancarnya.
Sambil bergidik ngeri, Dirga akhirnya pun memutuskan untuk meninggalkan pantai. Ia mengambil arah yang berbeda dari kedua perempuan itu, tak ingin bertemu dengan gadis yang tatapan matanya seperti mata iblis pencabut nyawa.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ujung Harapan
terimakasih Thor kau hadirkan senja d sini😍
2023-07-03
1
Anislin Jupe
wow..senja Dirga
2023-03-14
1
Samira
hay bang raga ketemu lg dsini,dilanjutan kisah bayu dan wulan,lanjut!
2023-02-14
1