Malam ini Dirgantara tidur dengan membawa segala kekesalan dan kekecewaannya. Matanya sulit sekali terpejam. Ia gelisah menghadap ke kiri ataupun kanan, menutup wajahnya dengan selimut ataupun bantal. Tapi tetap saja segala yang tidak berjalan baik hari ini masih saja mengganggu fikirannya.
Bahkan meskipun ia sudah melontarkan kekecewaannya di hadapan lautan lepas, namun ombak sepertinya membawanya kembali dalam ingatan.
Sekitar pukul dua dini hari, Dirga baru bisa terlelap. Namun sayangnya itupun tak lama. Sebuah mimpi buruk mengganggu tidurnya. Membuka kembali mata yang dengan susah payah ia pejamkan.
Dirga mengusap wajahnya.
"Apa itu tadi? " Pria itu bergumam sendiri saat mengingat mimpinya barusan. Seorang gadis menatapnya dengan tatapan yang sangat mengerikan. Matanya merah menyala seperti lava gunung merapi. Dan yang membuat Dirga sontak terjaga dari tidurnya adalah karena gadis itu tiba-tiba mencekiknya dengan kuat sampai ia sulit bernafas.
"Wajah gadis itu seperti---"
Dirga berusaha mengingat, dan tak perlu waktu lama ingatannya langsung tertuju pada gadis yang ia temui di pantai sore tadi. Gadis peselancar yang menatapnya dengan tatapan maut dan mata kemerahan.
"Benar, itu gadis yang aku lihat di pantai sore tadi. Tapi kenapa dia ada di mimpiku? " Dirga kembali bergumam.
Ada perasaan aneh menyergap. Ia baru pertama bertemu gadis itu, tapi sudah langsung memimpikannya. Dan anehnya lagi, sejak tadi pagi yang ada di pikirannya hanyalah Queen, Queen dan Queen. Tapi kenapa yang muncul di alam bawah sadarnya justru gadis mengerikan itu.
"Akkhh..! " Dirga mengacak rambutnya sendiri, kesal karena banyak sekali yang mengganggu pikirannya. Pria itu kemudian meraba ponsel di sisi kanannya.
"Sial! aku bahkan baru tidur sebentar. " Umpatnya saat melihat waktu baru menunjukan pukul empat dini hari.
Pria bermata tajam itu lalu kembali berusaha memejamkan netranya, tapi sialnya kantuk yang tadi sempat membuatnya terlelap kini buyar entah kemana.
Dan lebih sialnya lagi, ingatannya kini kembali tertuju pada Queenzi. Dadanya kembali terasa nyeri. Dirga tidak menyangka, patah hati ternyata se menyakitkan ini. Selama ini, jangankan tau arti patah hati, justru dialah yang biasanya selalu membuat banyak gadis patah hati.
Dirga kemudian mengambil ponselnya, menghidupkan kembali data seluler yang sejak tadi ia matikan. Ia sengaja melakukannya supaya bisa tenang tanpa ada yang mengganggu, tapi toh tetap saja dia merasa terganggu dengan semua ingatan buruk yang bersarang di kepalanya.
Beberapa pesan langsung masuk begitu data di hidupkan. Salah satunya dari Queen. Awalnya dia ingin mengabaikan pesan tersebut. Tapi rasa penasaran menuntun tangannya utk membuka salah satu pesan.
'Dirga, maaf kan aku. Aku tidak serius dengan ucapan ku tadi. Semua yang kau dengar itu hanyalah gurauan ku dengan temanku. Aku hanya---"
Dirga membuang pandangan nya. Tak tertarik lagi untuk melanjutkan membaca pesan dari Queen. Hatinya sudah terlanjur marah.
'Yang benar saja, pria seperti ku hanya di jadikan mainan olehnya. Huh memangnya dia siapa? Kurang ajar sekali? '
Pria itu mengumpat dalam hati lalu mencari aplikasi game dalam ponselnya. Ketimbang memikirkan hal-hal yang semakin membuatnya kesal, Dirga akhirnya memilih bermain game. Setidaknya itu bisa menghiburnya sampai waktu berangkat kantor tiba.
***
Pukul tujuh tiga puluh pria berahang kokoh itu sudah sampai di kantornya. Meski lelah mendera jiwa dan raganya tapi ia tetap disiplin untuk urusan pekerjaan. Apalagi saat ini perusahaan nya sedang tidak baik-baik saja. Dirga harus bekerja keras menyelesaiakan semua supaya kembali normal atau bahkan menjadi lebih baik.
Dengan mata yang mirip seperti mata panda, pria itu fokus dengan semua pekerjaannya. Ia tidak ingin lagi fokusnya terganggu oleh siapapun. Queen yang berulang kali mencoba menghubunginya tak di hiraukannya sama sekali. Bahkan pesan dari gadis itupun tak di bacanya. Saat ini yang ingin di lakukan Dirga hanyalah fokus bekerja dan menyelesaiakan semua problema kantor.
"Hufh.. " Dirga menghempaskan badannya pada sandaran kursi mobil. Setelah seharian berjibaku dengan pekerjaan, akhirnya dia bisa bersandar untuk sekedar melemaskan otot-otot nya yang terasa tegang. Meski keadaan belum membaik, tapi setidaknya pria itu sudah berusaha memperbaiki keadaan.
Sambil menikmati perjalanan, pria itu melewatinya dengan melihat-lihat ke sekitar tempat-tempat yang di lewatinya. Biasanya dia menghabiskan perjalanan dengan berbalas pesan ataupun menelefon Queenzi. Tapi kali ini dia tidak ingin melakukan itu. Bahkan membaca pesannya pun sudah tak ingin.
Di pemberhentian lampu merah, secara tak sengaja netranya melihat ke samping kanannya ke sebuah mobil yang tepat berhenti di samping mobilnya. Seseorang di dalam mobil itu sedang memberi recehan kepada pengamen kecil.
Dirga memperhatikan dengan seksama orang itu dan meyakini kalau dia adalah gadis yang di temuinya di pantai kemarin sore.
"Itukan gadis yang kemarin di pantai."
Dirga terus memperhatikan. Dan mungkin karena merasa ada yang sedang memperhatikan, gadis itupun menoleh kearah Dirga. Untung saja karena kaca mobil Dirga tertutup, gadis itu tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang memperhatikannya. Tapi beda halnya dengan Dirga, pria itu bisa melihat dengan jelas karena memang kaca mobil gadis itu yang sedang terbuka.
Dengan jelas Dirga bisa melihat tatapan gadis itu yang sma tajam nya dengan tatapannya kemarin sore. Tatapan tajam dengan mata kemerahan yang seolah ingin menerkam mangsanya.
Dan sama halnya kemarin, karena ketahuan sedang memperhatikan, Dirga buru-buru membuang pandangannya. Gadis itupun juga langsung menutup kembali kaca mobilnya.
"Apa dia memang begitu setiap melihat orang. Mengerikan, tidak ada ramah-ramahnya sama sekali. "
"Ada apa, Pak? "
Supir Dirga yang mendengar tuan nya berbicara sendiri merasa heran.
"Oh tidak ada. Sudah jalan saja, " perintahnya karena melihat lampu sudah berganti hijau, disamping karena dia juga tidak ingin supirnya tau apa yang di lihatnya.
Mobil gadis itu berjalan di depan mobil Dirga dan membuat Dirga kembali tertarik untuk memperhatikan. Tapi kali ini ia tak berani malihat lama-lama, takut gadis itu merasa lalu menoleh lagi padanya.
Di persimpangan, gadis itu membelokan mobilnya kearah pantai. Sementara Dirga terus lurus menuju rumahnya. Namun beberapa meter dari persimpangan, Dirga meminta supirnya memutar arah menuju pantai.
"Pantai? anda ingin ke pantai? " tanyanya heran karena tidak biasanya tuannya itu ingin bersantai di pantai. Kemarin sore saat Dirga ke pantai ia memang tidak bersama pak supir.
"Ya, aku ingin melihat matahari terbenam. " Menjawab santai tanpa peduli keheranan pak supir.
"Baik, Tuan. " Tanpa berani bertanya lagi, pak supir langsung putar arah. Sementara Dirga tersenyum tipis.
'Pasti dia mau berselancar. Sepertinya asik juga bersantai sejenak sambil melihat atraksi selancarnya. ' ucapnya tetapi hanya dalam hati, tak ingin sang supir mendengarnya berbicara sendiri.
Dan persis seperti dugaan Dirga, gadis itu memang hendak berselancar. Bahkan saaat Dirga sampai di pantai, gadis itu sudah asik meliuk-liuk di antara gulungan ombak.
Dirga langsung antusias memperhatikan gadis itu menunjukan kelihaian nya dalam memainkan papan ski. Beberapa orang juga tampak takjub menonton.
Meski di balik wajahnya yang angker dan terlihat sangat ganas, tapi gadis itu memiliki kemampuan luar biasa dalam hal berselancar. Dirga bahkan yakin kalau gadis itu layak masuk Olimpiade cabang selancar, kalau memang itu di adakan.
Atraksi gadis itu benar-benar membuat Dirga terpukau. Meski kemarin juga sudah pernah melihatnya, tapi tetap saja Dirga takjub akan kehebatan gadis itu. Sepertinya ombak laut sangat bersahabat dengannya, terbukti tidak sekalipun ombak mampu menjatuhkannya.
Saat gadis itu tengah asik berselancar. seseorang di samping Dirga tampak bertepuk tangan sambil berucap.
"Kau memang hebat, Senja. "
Ucapannya sukses memancing Dirga untuk mendekat dan bertanya.
"Maaf, apa kau mengenal gadis peselancar itu?" Sambil kepalanya menunjuk kearah Senja.
Pria di samping Dirga menoleh.
"Aku tidak mengenalnya, tapi semua orang disini pasti tahu siapa dia. Dia itu peselancar yang hebat. " Pria itu menatap Senja.
"Iya, aku bisa melihat kehebatannya. " Dirga membenarkan.
"Apa dia tinggal di sekitar sini? " tanya Dirga lagi.
"Entahlah, tapi yang jelas hampir setiap sore dia pasti berselancar disini. Dia menghibur banyak pengunjung stiap harinya. "
Dirga mengangguk-angguk.
"Menurutmu, apa dia tidak begitu ramah?" Kali ini Dirga bertanya dengan hati-hati takut pria disampingnya tersinggung dengan pertanyaannya ataupun tidak suka karena Dirga terlalu banyak bertanya.
Entahlah, Dirga sendiri heran kenapa dia jadi ingin tahu tentang gadis itu.
"Dia memang tidak banyak bicara. Aku hampir tidak pernah mendengarnya bicara, kecuali pada ibu dan ayahnya."
"Ooh." Penjelasan pria itu kembali membuat Dirga mengangguk. Terbersit rasa penasaran di hatinya untuk membuaktikan apakah gadis peselancar bernama Senja itu memang jarang bicara.
Dirga menunggu sampai gadis itu menyelesaikan permainannya. Dan sama seperti kemarin, saat hari mulai temaram dan pengunjung sudah sangat sepi, Senja baru berhenti meliuk-liuk.
Setelah gadis itu menepi ke bibir pantai, Dirga langsung membunuh rasa penasarannya dengan memberanikan diri mendekati gadis itu.
Meski agak sedikit gemetar Dirga akhirnya berani bertanya.
"Hay, Senja. Benar namamu Senja kan? "
'Akh sial ! kenapa suaraku bergetar begini. Sejak kapan aku grogi berhadapan dengan seoarng gadis'
Dirga mengutuki dirinya sendiri.
Gadis bernama Senja menoleh. Masih dengan tatapan yang sama. Tajam dengan mata kemerahan. Tapi kali ini Dirga berusaha mengusai diri untuk tidak takut dengan tatapan itu.
Senja berlalu dari hadapan Dirga tanpa sedikitpun bersuara. Ia mengabaikan pertanyaan Dirga.
"Ya Tuhan, sombong sekali gadis ini. Jangankan menjawab pertanyaanku, bahkan mengangguk atau tersenyum pun tidak. " Dirga bergumam sendiri sambil terus memperhatikan gadis itu menjauh.
Pada jarak beberapa langkah, gadis itu berhenti lalu kembali menoleh pada Dirga. Dirga fikir dia akan sedikit tersenyum, tapi di luar dugaan gadis itu justru memperlihatkan raut marah dengan mata yang semakin merah dan pandangan yang seolah hendak mencabut nyawa Dirga saat itu juga.
Dirga bahkan sampai menelan ludahnya demi melihat penampakan gadis itu. Sepertinya dia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Dirga.
Dirga berusaha menghindar dari tatapan mengerikan itu dengan menoleh ke samping kanannya. Hanya untuk sekedar menguasai diri supaya nyalinya tidak menciut.
Namun sayangnya saat ia kembali menoleh pada gadis itu. Dia sudah tidak ada di tempatnya. Padahal hanya sepersekian detik sejak Dirga membuang pandangannya.
"Hah, kemana dia? kenapa cepat sekali perginya.?" Dirga melihat ke sekeliling namun netranya tak mendapati sosok yang di carinya.
"Aneh sekali, " gumamnya lagi dengan berjuta rasa heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ujung Harapan
keturunan Bayu samudra memang keren 😍🤗
2023-07-03
1
Ganuwa Gunawan
Senja mungkin manusia jdi jadian..
2023-03-08
1
sella surya amanda
next
2023-02-14
0