"Ayah. Dimana bunda?"
Kevin yang sedang menyetir kaget mendapati Yumna yang sudah bangun dari tidurnya. Dengan sambil mengucek matanya Yumna tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Ayah dimana bunda?" Yumna kembali bertanya kali ini sambil menatap wajah Kevin.
"Bunda di rumah tadi sayang, dia tidak ikut kita."
Raut wajah Yumna berubah menjadi sedih.
"Yumna juga mau di rumah itu, kenapa ayah bawa Yumna?" Yumna mulai merengek.
Kevin segera menepikan mobilnya, melihat Yumna sambil memegang tangannya.
"Yumna. Dengarkan ayah. Yumna mengerti kan jika untuk sementara Yumna dan bunda tidak bisa tinggal bersama dulu?"
Yumna tak menjawab.
"Kami orang dewasa sedang ada masalah yang tidak bisa kami katakan pada anak-anak. Tapi kata bunda, Yumna anak yang pintar dan penurut. Ya kan?"
Yumna mengangguk.
"Nah. Karena Yumna anak yang pintar dan penurut maka Yumna mau kan sementara ini tinggal berjauhan dengan bunda, setelah masalah kami selesai kita akan berkumpul lagi."
"Ayah. Memangnya ada masalah apa?"
"Masalah yang tidak bisa dimengerti oleh anak-anak seperti Yumna. Yumna mengerti kan?"
Yumna mengangguk dengan ragu.
"Jadi untuk sementara. Anggap saja jika kita sedang bermain petak umpet. Dimana bunda sedang bersembunyi di rumah sana dan Yumna di rumah kakek nenek. Nanti besok kita bertemu lagi dengan bunda. Bagaimana?"
"Sampai kapan ayah permainan petak umpetnya?"
Kevin menelan ludah. Dia sendiri bahkan tidak tahu sampai kapan keadaan ini akan berakhir.
"Sampai masalah kami orang dewasa selesai."
"Apakah itu lama?"
"Mudah-mudahan tidak sayang."
Yumna terdiam.
"Satu lagi. Di rumah kakek dan nenek nanti, Yumna jangan katakan jika seharian ini yumna bersama bunda ya."
"Kenapa?"
"Karena Bunda kan sedang sembunyi, kakek dan nenek tidak boleh tahu."
Yumna mengangguk cepat.
"Anak pintar. Sekarang Yumna mengerti kan?"
"Iya ayah. Yumna mengerti sekarang. Tapi besok kita bertemu lagi sama bunda kan ayah?"
Kevin terdiam.
"Iya kan ayah. Besok Yumna bisa ketemu lagi sama bunda kan ayah?" Yumna mengulangi pertanyaannya.
"Iya. Tapi besok Yumna harus sekolah dulu. Baru setelah itu kita akan bertemu dengan bunda."
Yumna tersenyum.
Kevin menarik napas lega. Dia bersyukur Yumna anak pintar yang bisa dengan mudah diberi pengertian.
Dia kembali melajukan kendaraannya lagi. Harus segera mengantar Yumna dan kembali ke kantor.
Sementara itu.
Naya duduk di tepi tempat tidur, di depannya ada koper yang sudah siap untuk dibawanya pergi, akan tetapi perkataan Kevin padanya tadi terus terngiang-ngiang di telinganya.
"Bukan hanya besok. Besoknya lagi dan lagi jangan membawanya lagi menemuiku."
"Jadi kamu juga akan menyakitinya seperti mereka?" Kevin menatap Naya tajam.
"Ketika orang lain tak memperdulikan perasaannya, penderitaannya, Yumna mengerti karena baginya mereka adalah orang asing yang baru datang di hidupnya. Tapi kamu?"
"Kamu tahu pasti jika di dunianya hanya ada kamu. Kamu adalah segalanya bagi Yumna. Kamu tahu jika dia tak akan baik-baik saja tanpamu. Tapi kamu masih ingin meninggalkannya?" Kevin menggelengkan kepalanya tak percaya.
Naya hanya terisak mendengarkan perkataan Kevin.
"Pergilah. Aku tak akan melarangmu lagi!"
Naya menutup wajahnya mengingat semua perkataan itu.
***
Cahyo mendudukkan cucunya di atas pangkuannya.
"Katakan. Apa saja yang cucu kakek lakukan tadi di sekolah?" tanyanya sambil menciumi sang cucu.
Yumna tak menjawab, dia nampak bingung karena nyatanya tadi dia tak sekolah. Tapi dia tak terbiasa berbohong, sang bunda telah mengajarkan padanya untuk tidak berbohong apalagi pada orang tua.
"Kakek. Yumna ganti baju sekolah dulu ya." Yumna beringsut turun dari pangkuan kakeknya lalu lari menuju kamar, diikuti oleh Kayla di belakangnya.
Yanti yang tersenyum sumringah melihat suaminya.
"Lihat. Cucu kita sepertinya sudah bisa melupakan wanita itu."
Cahyo juga tampak senang, dia menganggukkan kepalanya.
Sementara Kayla di dalam kamar Yumna hanya bisa tertegun saja, melihat bagaimana putrinya itu dengan cekatan berganti baju dan memakai bajunya sendiri.
"Sayang. Sini biar mama bantu." Kayla akan membantu Yumna mengancingkan bajunya.
Yumna langsung menggeser menjauhi ibunya.
Yumna tampak tak memperdulikan Kayla yang terus ada disampingnya.
"Sayang. Boleh mama bicara sebentar."
Yumna tak menjawab, dia hanya langsung duduk di meja belajar dan membuka buku tulisnya.
Kayla sepertinya telah habis kesabaran. Dia menggertakkan giginya dengan kesal sambil melihat Yumna yang tetap acuh padanya.
Namun kemudian dia kembali merubah mimik wajahnya ketika mendengar suara pintu terbuka, Yanti datang untuk mengajak cucunya makan siang bersama.
Di meja makan.
Yanti dan suaminya terus tersenyum senang melihat Yumna makan dengan lahapnya.
"Pintar sekali cucu kakek makannya." Cahyo bertepuk tangan sendiri.
Yumna tak merespon, dia tetap makan dengan mata fokus ke piring.
Mereka bahagia karena berpikir jika Yumna sudah bisa menerima kepergian Naya. Walaupun belum sepenuhnya, mereka yakin jika sedikit lagi Yumna cucu kesayangannya akan kembali lceria lagi seperti biasanya.
Sementara Yumna sebenarnya melakukan semua ini karena terpaksa, dia sudah berjanji pada sang ibunda untuk tak lagi menangis menanyakannya, menuruti perkataan kakek neneknya juga wanita yang bundanya bilang itu adalah ibunya juga.
"Yumna janji untuk bersikap baik pada mereka semua?" Naya memberikan jari kelingkingnya.
"Tapi Yumna tak suka mereka, mereka semua sudah jahat sama bunda."
"Jangan begitu sayang. Mereka juga adalah keluarga Yumna, mereka semua sangat menyayangi Yumna."
Yumna tertegun.
"Janji?" Naya kembali menunjukkan jari kelingkingnya.
Naya mengangguk dengan terpaksa sambil menautkan jari kelingking mereka berdua.
***
Malam hari.
Kevin berdiri di depan pintu apartemennya. Terlihat ragu untuk masuk ke dalam sana.
Dia takut jika dirinya tak mendapati Naya lagi di dalam sana, setelah perbincangan terakhir mereka yang diakhiri jika dia mempersilakan Naya untuk pergi jika itu keinginannya.
Kevin tak bisa menahan rasa penasarannya, apakah Naya benar-benar sudah pergi sesuai keinginannya atau masih ada disana bertahan demi putrinya. Dia akhirnya membuka pintu di depannya.
Pintu terbuka. Suasana gelap menyambutnya.
Langkahnya berat melihat suasana gelap di hadapannya. Dia kemudian meyakini jika Naya memang sudah pergi dari sana.
Kevin menghela napas, tak berniat menghidupkan lampu, dia berjalan di kegelapan menuju sofa, menghempaskan tubuh lelahnya disana.
Namun tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka. Kevin berdiri melihat Naya keluar lalu berjalan menghampirinya.
"Ada apa kesini malam-malam?"
Bukannya menjawab, Kevin malah tersenyum bahagia melihat Naya ada di hadapannya, tak pergi seperti dugaannya.
Keduanya berdiri saling berhadapan di tengah kegelapan, hanya diterangi cahaya bulan yang menyusup masuk melalui jendela kaca yang besar.
"Aku pikir kamu sudah pergi," ucap Kevin pelan.
"Aku tidak akan pergi."
"Kenapa?"
"Karena Yumna membutuhkanku."
"Hanya karena Yumna?"
Naya tertegun.
"Jawab aku nay, apa hanya karena Yumna?"
Naya kaget. Baru kali ini Kevin menyebut namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
fitriani
jwb iya hanya krn yumna gitu nay.... bwt apa kevin ngarep naya bakal jwb jg krn dy toh kevin punya pacar...
2024-09-15
1
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
ngarep banget itu si kevin denger naya bilang "juga karena kamu mas kevin" jiaaaahh 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-06
0
Zainab Ddi
kenapa kevin
2024-01-30
1