Jangan Membawanya Lagi.

Yanti dan suaminya tertegun sambil melihat Kayla yang menangis menunduk di hadapannya.

"Aku sudah mengatakan pada mas Danendra waktu itu jika aku tidak mau menikah tanpa adanya restu dari orang tua."

"Tapi mas Danendra memaksa dan mengatakan jika nanti kalian juga akan merestui kami apalagi kalau kami sudah mempunyai anak."

"Maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk tak menganggap kalian sebagai orang tua, akan tetapi kami terpaksa melakukan itu karena kami berdua sangat saling mencintai." Kayla berkata panjang lebar.

"Sudah. Semuanya sudah terjadi. Tak ada yang perlu kamu jelaskan lagi," ucap Yanti sambil meminta Kayla untuk berhenti menangis di depannya.

Kayla menyeka air matanya.

"Lalu kenapa kamu meninggalkan suamimu saat kamu mengandung anak kalian?" tanya Cahyo tiba-tiba.

Kayla terdiam sejenak.

"Aku tak meninggalkannya. Kami hanya berselisih paham sedikit, kemudian aku meninggalkan rumah untuk menenangkan diri, tapi mas Danendra rupanya marah dan tidak memperdulikan aku dan anaknya lagi."

"Sampai akhirnya aku harus melahirkan dan membesarkan anakku sendirian, sebelum Naya kemudian membawa anakku pergi." Kayla kembali terisak.

Cahyo tampak mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tuan. Sekali lagi aku minta maaf atas segala kesalahanku. Sekarang aku meminta izin dari kalian untuk membawa Yumna."

Cahyo dan Yanti terhenyak kaget.

"Apa maksudmu?" tanya Yanti tak percaya.

"Jangan harap kamu bisa membawa cucu saya pergi dari sini." Cahyo memelototi Kayla.

"Tapi aku juga ingin tinggal bersamanya, aku juga sangat merindukannya setelah kami terpisah selama ini."

Yanti mencoba menengahi.

"Tidak mesti dengan membawanya pergi dari sini. Kamu bisa tinggal disini bersama kami. Iya kan?" Yanti melihat suaminya, meminta persetujuannya.

"Terserah. Tapi jangan pernah terpikirkan untuk membawa cucu saya pergi dari rumah ini!" Cahyo berdiri, melihat Kayla sejenak dengan sedikit emosi, kemudian memilih untuk pergi.

Yanti lalu melihat Kayla yang masih terisak.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Seperti kami, kamu juga sangat bahagia karena akhirnya bisa menemukan Yumna sehingga ingin tinggal bersamanya. Jika kalau kamu mau kita bisa membesarkan Yumna disini bersama-sama."

"Tapi nyonya. Bolehkah saya tinggal di rumah ini bersama kalian?"

"Tentu saja. Asalkan Yumna tidak kehilangan sosok ibunya. Kita bisa merawatnya bersama-sama, yang dulu tidak usah di ingat-ingat lagi. Yang terpenting sekarang adalah tumbuh kembang Yumna kedepannya."

"Aku juga melihat jika sebenarnya kamu adalah wanita yang baik, pola pikir kita dalam mengasuh anak juga sepertinya sama, tidak seperti dengan wanita itu yang selalu membantah semua omonganku." Mengingat Naya membuat Yanti langsung merasa kesal seketika.

"Terima kasih. Mas Danendra di atas sana pasti senang akhirnya aku bisa diterima oleh keluarganya. Bisa tinggal disini bersama kalian."

"Iya. Danendra putraku pasti senang melihat kita berkumpul bersama membesarkan putrinya, Yumna."

Kayla mengangguk terharu.

"Sekarang yang jadi persoalan adalah bagaimana caranya agar Yumna bisa melupakan wanita itu." Yanti merubah mimik wajahnya menjadi geram.

"Jika dilihat tadi pagi sepertinya Yumna sudah mulai bisa melupakan Naya, dia sudah mau berangkat sekolah," ucap Kayla melihat Yanti.

"Semoga saja demikian. Dengan kasih sayang yang akan kita berikan padanya, lambat laun Yumna pasti akan melupakan wanita itu," ucap Yanti dengan yakin.

"Tapi ada satu persoalan lagi. Kevin harus segera mengakhiri status pernikahannya dengan Naya," ucap Yanti langsung mengambil ponselnya.

Yanti terlihat menghubungi seseorang, sementara Kayla hanya terdiam memperhatikan.

***

"Ibu anda ingin agar aku segera mendaftarkan perceraian anda dengan istri anda," ucap pengacara yang datang menemui Kevin di kantornya.

"Katakan saja jika kamu sudah melakukannya," jawab Kevin masih dengan fokus melihat layar komputer di depannya.

Pengacara tampak bingung.

"Apa anda akan melakukannya sendiri?" tanyanya lagi memastikan.

Kevin langsung melihat pengacaranya.

"Iya. Untuk urusan itu kamu tak perlu ikut campur. Jika orang tuaku bertanya katakan saja jika kamu sudah melakukannya."

"Baiklah." Pengacara langsung undur diri.

Kevin langsung menyandarkan tubuhnya pada kursi. Memijat keningnya pelan.

Entah mengapa dia tak bisa menceraikan Naya untuk saat ini, ada sesuatu yang entah apa itu membuat Kevin enggan melepas Naya begitu saja. Namun yang pasti dia tahu jika dia sampai menceraikan Naya, maka orang yang paling akan tersakiti adalah Yumna. Sudah cukup anak sekecil itu harus menderita akibat dipisahkan paksa dari ibunya, menceraikan Naya malah akan membuat Yumna semakin sengsara, Naya yang tak terikat lagi dengannya bisa pergi kemana saja, bahkan dengan siapa saja.

Kevin lalu melihat jam tangannya, ini sudah waktunya dia harus menjemput Yumna di apartemen dan membawanya pulang, dia lantas berdiri, mengambil jasnya lalu pergi dengan setengah tergesa-gesa.

Di Apartemen.

Naya terus membelai lembut rambut putrinya yang tengah tertidur nyenyak di pangkuannya.

Melihatnya tidur dengan lelap seperti ini membuatnya yakin jika semalaman tadi Yumna tidak tidur dengan baik, seperti halnya dirinya yang juga tak bisa tidur karena terus memikirkannya.

Naya lalu menciumi pipi putrinya, sambil mengingat kembali perkataan Yumna yang mengajaknya kembali ke rumah mereka dulu.

"Bunda. Yumna mau pulang ke rumah kita dulu, tidak apa-apa kita kembali ke rumah kecil kita dulu, tidak punya kamar bagus, boneka juga mainan yang banyak juga tidak apa-apa, tidak punya ayah, kakek nenek juga tidak apa-apa yang penting Yumna punya bunda."

"Yumna tidak mau pisah sama bunda. Yumna mau ikut bunda kemanapun bunda pergi."

Naya menitikkan air matanya, seandainya bisa seperti itu, sudah tentu dia akan melakukannya, namun sekarang mustahil baginya membawa Yumna bersamanya, Yumna sekarang bukan Yumna miliknya lagi, ada orang lain yang lebih berhak atasnya, selain ibu kandungnya, juga ada kakek dan neneknya yang tak akan tinggal diam jika dia nekat membawa Yumna pergi bersamanya.

"Apa dia tidur?" tanya Kevin mengagetkan Naya yang sedang termenung hingga tak menyadari jika Kevin sudah datang untuk menjemput Yumna.

Naya langsung menyeka air matanya.

"Iya." Naya melihat sang putri yang masih tertidur dengan pulas.

"Biarkan dia tidur sebentar lagi. Terlambat sedikit tidak apa-apa," ucapnya sambil melihat jam tangannya.

"Sebaiknya kamu membawanya sekarang, jika dia bangun dia pasti tidak akan mau diajak pulang ke rumah."

Kevin tertegun mendengar perkataan Naya, apa yang diucapkannya memang benar, Yumna pasti tak akan mau diajak pulang olehnya.

Naya dengan perlahan mengangkat Yumna, menciuminya beberapa kali lalu berjalan mendekati Kevin.

Kevin mengambil Yumna dari gendongan Naya dengan hati-hati sambil melihat Naya yang tengah menahan tangisnya.

Kini Yumna telah ada di gendongan Kevin dengan kepala bertengger di pundaknya.

"Pergilah. Nanti dia keburu bangun." Naya lalu memberikan tas Yumna pada Kevin.

Kevin dengan ragu berjalan meninggalkan Naya yang dia tahu tengah terus berusaha menahan agar air matanya tak keluar.

"Besok. Jangan bawa dia kesini, dia harus pergi ke sekolah," ucap Naya dengan suara tersendat.

Kevin langsung membalikkan tubuhnya melihat Naya.

"Bukan hanya besok. Besoknya lagi dan lagi jangan membawanya lagi menemuiku," akhirnya Naya tak mampu lagi membendung air mata yang kini telah tumpah membasahi pipinya.

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

vangke .. .perih betul mata ini
siapa yg bawa bawang nih

2024-11-15

0

ferdi ferdi

ferdi ferdi

thor

/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/

2024-12-13

0

sya mil

sya mil

Banyak betul bawang bawangan disini😭😭😭

2024-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!