Beberapa saat keduanya terus bertatapan.
Kevin terus menatap wajah Naya demi untuk sebuah jawaban, sementara Naya tak lagi mampu menahan air matanya, bulir demi bulir keluar dengan sendirinya.
Naya memalingkan wajahnya, tapi Kevin kembali menarik tangannya.
"Katakan semuanya padaku. Apa yang sebenarnya terjadi," suara Kevin melunak, tak sekeras tadi.
Naya kembali melihat Kevin lalu mengangguk pelan.
Kevin akhirnya melepaskan tangannya.
Naya langsung menyeka air matanya.
"Bagaimana keadaan Yumna?" tanyanya sambil terus menghapus sisa-sisa air mata di pipinya
Berbicara tentang Yumna, Kevin menghembuskan napasnya kasar, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi juga dengan pandangan kosong ke depan.
"Dia terus menangis menanyakanmu," jawabnya kemudian dengan pelan.
Hati Naya terasa remuk seketika, matanya terpejam demi untuk menahan agar tak ada lagi air mata yang keluar dari sana.
Naya tak pernah menyangka jika dia dan putrinya akan berpisah dengan cara yang tragis seperti ini, walaupun Yumna bukan putri kandungnya, akan tetapi selama ini Naya telah menganggap Yumna seperti anak yang lahir dari rahimnya sendiri, dia amat sangat menyayangi Yumna begitu juga sebaliknya sehingga ketika keduanya harus berpisah tiba-tiba dan dengan cara yang seperti ini sudah tentu membuat mereka tersiksa.
Keduanya terus terdiam, suasana hening sesaat tergantikan dengan riuh suara hujan yang turun dengan lebatnya diantara langit yang mulai gelap.
"Aku tak mungkin mengambil seorang anak dari ibunya," ucap Naya memecah kesunyian diantara keduanya.
"Jika bukan ibunya sendiri yang sengaja meninggalkan anaknya padaku."
Kevin langsung melirik Naya di sampingnya.
"Saat itu usianya masih enam bulan ketika Kayla pergi meninggalkan Yumna yang masih sangat membutuhkannya."
"Kenapa dia pergi dan kemana?" Kevin penasaran.
Naya menghela napas.
"Aku tidak tahu," jawab Naya pelan sambil menundukkan kepalanya.
Kevin tertegun sejenak.
"Lalu kenapa kini dia tiba-tiba kembali dan mengatakan jika kamu menculik anaknya?" tanyanya lagi.
Naya langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak tahu."
"Kenapa kamu diam saja dan tidak mengatakan yang sebenarnya di hadapan kedua orang tuaku tadi?"
Naya kembali menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Karena aku tahu jika aku melakukan itu, dia tidak akan diterima oleh keluargamu juga oleh Yumna."
"Biar bagaimanapun seharusnya memang dia yang ada disana, bukan aku. Anggap saja apa yang sudah aku lakukan ini adalah bentuk balas budi aku untuk kedua orangtuanya yang telah membesarkan aku seperti anaknya sendiri sepeninggal kedua orang tuaku."
Kevin kembali tertegun. Entah mengapa dia mempercayai semua perkataan Naya, dia merasa jika Naya telah menceritakan semuanya dengan jujur.
"Apa itu sudah cukup?" Naya melihat Kevin.
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Kevin malah bertanya balik.
Naya menarik napas dalam-dalam.
"Aku tetap harus melanjutkan hidupku bukan?"
"Tanpa Yumna?"
Naya menunduk. Mengangguk.
"Aku yakin jika Yumna pasti akan baik-baik saja bersama kalian, itu sudah cukup bagiku."
"Tapi Yumna tak akan bisa hidup tanpamu."
"Dia pasti bisa, ada ibu kandungnya, kakek nenek juga kamu ayahnya. Dia akan hidup bahagia mulai sekarang."
"Lalu pernikahan kita?"
Naya tersentak, dia langsung melihat Kevin.
"Tentu saja mengakhirinya."
"Bagaimana jika aku tidak mau." Kevin menyandarkan tubuhnya kembali pada kursi dengan santai
"Apa maksudmu?"
"Aku tak akan menceraikanmu begitu saja." Kevin kembali melajukan mobilnya.
***
"Aku tidak mau tinggal disini." Naya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemen yang cukup mewah menurutnya.
"Kamu tidak punya pilihan." Kevin menyimpan koper Naya di dekat sofa.
"Tidak. Aku tidak mau tinggal disini." Naya berjalan mendekati Kevin untuk mengambil kopernya.
"Selama statusmu masih menjadi istriku. Kamu harus menuruti apa kataku." Kevin memegang koper, sehingga Naya tak bisa mengambilnya.
"Kalau begitu aku akan segera mengurus perceraian kita." Naya melihat Kevin.
"Terserah!"
"Jadi biarkan aku pergi dari sini dan melanjutkan hidupku sendiri."
"Silahkan. Tapi nanti setelah hakim mengetuk palu perceraian kita."
Naya melihat Kevin heran.
"Apa maumu sekarang sebenarnya?"
"Tinggallah disini selama aku membereskan masalah yang ada di rumah."
"Aku tak bisa. Aku tak ingin merepotkanmu. Aku juga tak ingin berurusan dengan keluarga kalian lagi. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku sendiri."
"Dengan lelaki itu?"
Naya melihat Kevin.
"Dengan siapapun terserah aku."
Kevin mengulas senyum dinginnya.
"Tak akan semudah itu."
"Kamu tak bisa pergi begitu saja setelah menimbulkan kekacauan di keluargaku. Tinggal disini atau aku akan melaporkanmu pada polisi atas tindakan penculikan seorang anak," ancam Kevin.
Naya tersentak kaget.
"Kamu bisa memilih, lebih baik tinggal disini atau melanjutkan kehidupan barumu di dalam penjara." Kevin berjalan mendekati pintu meninggalkan Naya yang mematung mendengar ancaman darinya.
***
Yumna melihat Kayla dengan tatapan penuh kemarahan, yang dia tahu jika wanita dewasa di hadapannya ini adalah penyebab ibundanya pergi meninggalkannya.
"Sayang. Ini mama sayang, ini mama kandung Yumna." Kayla terus berusaha membujuknya agar putrinya mau digendong olehnya.
Yumna hanya langsung memalingkan wajahnya sambil memeluk boneka kesayangannya.
"Kalau begitu Yumna sama nenek saja, mau kan?" giliran Yanti yang membujuk sang cucu.
Yumna juga langsung menggelengkan kepalanya, dia ingat betul bagaimana neneknya itu memarahi dan menyuruh ibunya untuk pergi.
Kayla dan Yanti saling bertatapan, mereka sepertinya kewalahan membujuk Yumna.
Yumna tiba-tiba membaringkan tubuhnya sambil menutupi kepalanya dengan selimut.
Yanti dan Kayla kembali saling bertatapan lantas memutuskan untuk pergi meninggalkan Yumna yang sepertinya ingin sendiri.
Mengetahui keduanya sudah pergi, Yumna langsung menyibakkan selimut di kepalanya, dengan sambil memeluk boneka kesayangannya, dia kembali menangis sambil memanggil-manggil bundanya dengan lirih.
"Bunda. Bunda kemana."
"Yumna mau ikut bunda."
Yumna terus menangis sendiri, air matanya terus keluar hingga membasahi bantal di bawahnya.
Tak berapa lama terdengar pintu dibuka, Yumna langsung melihat jika Kevin berjalan menghampirinya.
"Ayah..." Yumna langsung menghambur ke pelukan ayahnya.
Kevin langsung mencium, memeluk dan membelai rambut keponakan yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri.
Yumna kembali menangis sambil menanyakan ibunya.
"Kenapa ayah pulang tidak mengajak bunda ayah?" tanyanya sambil mendongakkan kepalanya melihat Kevin.
Kevin hanya terdiam.
"Bunda pergi kemana ayah?"
"Yumna mau sama bunda, Yumna mau ikut bunda. Tolong antarkan Yumna pergi ke tempat bunda ayah." Yumna merengek.
Kevin akhirnya mengangguk.
"Iya, nanti ayah akan ajak Yumna pergi ke bunda."
"Benarkah?"
Kevin kembali mengangguk.
Yumna memeluk ayahnya senang.
Beberapa saat kemudian.
Yumna telah tertidur, namun Kevin masih setia duduk di sampingnya, menatapnya lekat.
Di usianya yang masih sangat kecil, Yumna dipaksa untuk merasakan kesedihan berpisah dengan orang terkasih. Tak akan mudah untuk anak sekecil ini menerima perpisahan begitu saja dengan orang yang selama ini menyayangi dan amat disayanginya.
Kevin tahu jika bagi Yumna, Naya sang ibunda adalah segalanya, karena hanya darinya Yumna bisa tumbuh dan mendapatkan limpahan kasih sayang yang tulus tanpa pamrih selama ini, wajar saja jika Yumna tak akan rela berpisah dengan ibundanya, walaupun saat ini dia dikelilingi oleh banyak orang yang juga menyayanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
ParyaTi Cnil
aku yakin sikayla ini wanita jahat,dia pasti matau naya rau naya keliatan ebak hidupnya dia keluar
2025-02-02
0
ferdi ferdi
kevin tolong selidiki tentang kayla biar semua tau kebohongan kayla
2024-12-13
0
Miss Typo
ayo Kevin cari tau tentang Kayla selama ini
2025-01-03
0