Menikahi Ibunya

Naya menyodorkan Kevin sebotol air mineral dingin. Kevin yang sepertinya kelelahan juga kepanasan hingga membuat wajah putihnya memerah dengan keringat yang mengalir deras segera membuka dan meminum botol air di tangannya.

Naya terus memperhatikan gerak-gerik pria di depannya dengan seksama, rasa-rasanya dia sudah tak sabar ingin bertanya tentang siapa dirinya sebenarnya.

“Bunda. Ayahku hebat kan, ayahku memenangkan semua perlombaan.” Yumna yang datang tiba-tiba menarik tangan Naya sambil melompat kegirangan.

Naya segera berjongkok dan memegang pundak putrinya.

“Sayang. Sudah bunda katakan jika dia bukan ayahmu.”

Raut wajah Yumna meredup seketika. Melihat hal itu membuat Kevin ikut berjongkok dan membisikkan sesuatu pada Yumna, membuat Yumna langsung berlari dengan ceria.

Naya dan Kevin kembali berdiri dengan saling melihat.

“Kamu hanya akan menyakiti hatinya jika mengatakan itu terus.” Kevin memalingkan wajahnya kesal dari Naya.

Untuk kali pertamanya dia akhirnya bisa melihat dari dekat wanita yang dicintai oleh kakaknya ini, wanita yang membuat kakaknya tergila-gila hingga berani melawan kehendak ayah mereka dengan tetap menikahinya walaupun secara diam-diam tanpa restu.

Kakaknya memang mempunyai selera yang bagus, wanita di depannya ini memang lumayan cantik, penampilannya sederhana namun menarik, usianya juga sepertinya masih muda, membuat orang tak akan menyangka jika sebenarnya dia adalah seorang ibu satu anak.

“Sekarang bisa tolong katakan siapa anda sebenarnya, kenapa anda mengaku-ngaku sebagai ayahnya anak saya.”

“Saya tidak mengaku-ngaku, saya memang datang untuk menjadi ayahnya.” jawab Kevin ketus.

“Apa maksud anda?” Naya tak mengerti.

“Saya pamannya Yumna. Saya adalah adiknya Danendra.”

Mendengar nama Danendra disebut, Naya langsung terkesiap hingga membelalakkan matanya sambil melihat Kevin tak percaya.

Melihat reaksi Naya, Kevin langsung tersenyum sinis.

“Kakak saya sudah meninggal,” ucap Kevin lagi membuat Naya semakin kaget.

“Iya. Suami yang kamu tinggalkan sudah tidak ada. Telah pergi bahkan tanpa sempat untuk bertemu dengan putri yang selama ini dicarinya.”

Naya sontak mundur dengan mata berkaca-kaca.

“Kali ini kamu akan lebih kaget lagi jika mendengar wasiat terakhir kakakku,” ucap Kevin lagi sambil tersenyum.

Naya mendengarkan dengan mimik wajah tegang

“Kakakku ingin aku mengambil putrinya darimu.”

Naya langsung melihat Yumna yang berlari ke arah mereka sambil membawa jas Kevin.

 

***

 

Naya menatap wajah polos Yumna yang tengah tertidur pulas, sesekali membelai lembut rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.

Hari ini untuk pertama kalinya dia melihat putrinya begitu bahagia karena menganggap seorang ayah telah datang untuknya. Yumna bahkan mengatakan pada semua orang yang ditemuinya jika dirinya kini sudah memiliki seorang ayah.

Bi Wati yang sedari tadi melihat di ambang pintu lalu menghampiri Naya dan duduk di sampingnya.

“Lalu apa yang akan kamu lakukan nay?” Bi Wati, orang yang selama ini membantunya mengurus dan merawat Yumna ikut cemas ketika Naya menceritakan tentang kejadian tadi siang.

“Aku tidak tahu Bi. Aku bingung. Jika mereka mengajukan hak asuh anak, dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki mereka pasti akan dengan mudah mengambil Yumna dariku.”

Bi Wati langsung mengangguk menyetujui perkataan Naya.

“Tapi aku tak bisa melepas Yumna begitu saja pada mereka, aku harus melakukan sesuatu.” Naya memikirkan sesuatu.

“Apa yang akan kamu lakukan nak?” Bi Wati melihat Naya heran.

“Apa saja Bi. Asalkan Yumna bisa tetap bersama kita.”

“Karena walau bagaimanapun, aku takkan sanggup jika harus berpisah dengan Yumna.” Naya menunduk sedih. Air mata menetes dari kedua kelopak matanya

Bi Wati mengelus punggung Naya dengan lembut.

 

***

 

“Bunda. Apa kita mau kerumah ayah Yumna?”

Naya terdiam mendengar pertanyaan putrinya. Dia lalu kembali bertanya pada supir taksi apakah alamat yang diberikannya tadi masih jauh atau tidak.

“Bunda..” Yumna kelihatannya benar-benar ingin tahu kemana ibunya akan membawanya.

“Kita sudah sampai Bu.” Sopir taksi menghentikan mobilnya lalu menoleh ke belakang.

Naya lalu bergegas mengajak putrinya untuk segera turun, setelah melakukan pembayaran dan sopir taksi itu pergi Naya lalu melihat rumah besar nan mewah di depannya.

“Bunda. Rumah ini besar sekali. Ini rumah siapa Bun?”

Naya kembali tak menjawab sang putri, dia hanya menatap nanar wajah putrinya lalu menghela napas panjang sambil menatap rumah mewah di depannya, berharap jika keputusannya ini adalah yang paling tepat.

Naya lalu berjalan memapah sang putri mendekati gerbang yang menjulang tinggi, setelah membunyikan bel, seorang petugas keamanan membuka gerbang dan bertanya akan tujuannya.

“Saya ingin bertemu dengan Ibu Yanti dan Bapak Cahyo.”

Petugas keamanan itu nampak mengerutkan keningnya.

“Katakan saja jika cucu mereka ingin bertemu.” Naya tahu jika tidak mengatakan itu, sulit baginya untuk bertemu dengan mereka.

Petugas keamanan itu kaget dan langsung melihat Yumna, melihat wajah anak kecil di depannya membuatnya merasa tak asing. Membuatnya yakin jika perkataan wanita di hadapannya ini bukanlah bualan semata.

Cukup lama Naya menunggu di depan gerbang, sambil harus terus melayani pertanyaan dan celotehan sang putri yang terus bertanya banyak hal padanya.

Hingga akhirnya pintu gerbang terbuka, petugas keamanan tadi meminta keduanya untuk masuk.

Naya memapah putrinya yang kegirangan karena akhirnya bisa masuk kerumah besar itu, sang putri dengan polosnya terus mengatakan jika rumah yang mereka masuki sangat besar dan bagus.

Akhirnya dengan diantar oleh seorang ART keduanya sampai di ruang tamu, Yumna tampak semakin girang melihat berbagai macam pajangan dari kristal berbentuk bermacam-macam hewan yang sangat indah.

Selagi Naya mencoba menghentikan putrinya yang berusaha untuk memegang semua pajangan itu, seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri keduanya dengan langkah cepat, dengan wajah menelisik, wanita itu terus memperhatikan gadis kecil yang terus merengek ingin memegang semua koleksi pajangan miliknya.

Melihat tuan rumah datang, Naya meminta putrinya untuk diam. Keduanya saling bertatapan sejenak karena kemudian nyonya rumah menurunkan pandangannya pada gadis kecil di hadapannya.

Jantung Yanti berdebar kencang melihat Yumna, walaupun sekilas dia bisa melihat dengan jelas kemiripan antara almarhum putranya dan gadis kecil itu, dia lalu berjongkok untuk memastikan, menatap lebih lekat wajah gadis kecil itu dengan seksama, langsung mengingatkannya akan wajah putranya yang sudah tiada pada saat kecil dulu.

Air matanya langsung merembes keluar sambil mencoba memegang pundak Yumna yang berdiri keheranan.

Yanti sangat ingin memeluknya, namun Yumna bergeser dan memeluk kaki sang ibu disampingnya.

Yanti lalu berdiri sambil menyeka air matanya, melihat Naya dengan mata sembab.

“Kamu siapa?”

“Apa ini anaknya Danendra?”

“Apa ini cucuku?” Yanti menunjuk Yumna dengan menahan tangisnya.

Naya tertegun sejenak lalu kemudian mengangguk pelan.

Tangis Yanti pecah seketika. Dia kembali berjongkok sambil terus menatap wajah sang cucu dengan tak percaya.

Di tempat lain.

Kevin menatap sebuah foto di tangannya, melihat dengan seksama dimana keponakannya sedang tertawa riang sambil digendong oleh seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya. Keduanya tampak sangat akrab dan itu sedikit mengganggunya.

“Siapa pria ini?” tanyanya pada detektif.

“Saya tidak yakin tapi bisa saja kan jika pria ini adalah pacar dari guru itu.”

Mendengar itu rahangnya mengeras. Dia langsung tersenyum sinis sambil melirik pengacara disampingnya

“Siapkan berkas untuk pengajuan hak asuh anak. Tak akan kubiarkan keponakanku harus hidup dengan pria asing.”

***

“Kita tak bisa memisahkan seorang ibu dengan anaknya nak.” Yanti menatap wajah Kevin.

“Urungkan niatmu untuk mengambil hak asuh Yumna agar jatuh kepada kita, biarkan dia tetap bersama ibunya.” Yanti menangis sedih.

“Tapi ibu, apakah ibu tidak ingin agar anaknya kakak tinggal bersama kita? Dan juga ini adalah wasiat kakak agar aku membawa putrinya ke dalam rumah ini.”

“Tentu saja ibu sangat ingin dia tinggal disini bersama kita agar kita bisa merawat dan membesarkannya apalagi kehadirannya akan mengobati rasa kehilangan kita atas kepergian kakakmu, dia adalah pengganti kakakmu yang telah tiada, tapi kita tak boleh egois, kebahagiaannya adalah tetap bersama ibunya.” Yanti menangis.

“Sebagai seorang ibu. Ibu tahu jika seorang anak tak bisa jauh dengan ibunya, begitu pula sebaliknya.”

“Lagi pula, kasihan anak itu, selama ini dia tumbuh tanpa sosok seorang ayah di sampingnya, jika kita mengambilnya, dia mungkin akan merasakan kasih sayang yang berlimpah dari kamu pamannya juga ayah dan ibu sebagai kakek dan neneknya namun justru dia harus kehilangan peran seorang ibu. Tidak nak, kehilangan sosok seorang ibu akan menjadi penderitaan terbesar di hidupnya.”

Kevin tersentak karena dia tidak memikirkan hal itu sama sekali. Dia termenung memikirkan semua kata-kata sang ibu.

Keduanya diam beberapa saat.

“Oh iya. Ayahmu belum tahu hal ini kan?” tanya Yanti tiba-tiba sambil menyeka air matanya.

Kevin melihat ibunya sambil menggelengkan kepala.

“Kita harus segera memberitahunya. Ayahmu pasti akan sangat senang jika mengetahui kalau sebenarnya dia sudah menjadi seorang kakek.” Yanti tersenyum sendiri sambil terus menyeka air matanya.

“Dia pasti akan langsung sembuh, bahkan bisa langsung berjalan, berlari, memangku dan memeluk cucunya.” Yanti terus tersenyum membayangkannya.

Kevin menatap wajah sang ibu yang hanya membayangkannya saja sudah membuat kedua mata ibunya berbinar bahagia.

Dia tertegun sejenak.

“Ibu. Ada satu cara agar Yumna bisa tinggal bersama kita tanpa dia harus berpisah dengan ibunya.”

Yanti langsung melihat putranya.

“Aku bisa membuat Yumna hidup bahagia dengan memberikannya keluarga yang utuh. Aku akan membuatnya merasakan hidup dengan sosok seorang ayah disampingnya karena aku akan menjadi ayahnya untuk menggantikan kakakku, ibu dan ayah juga akan hadir di hidupnya menjadi kakek dan neneknya yang akan selalu menyayangi dan memanjakannya. Mulai saat ini dia akan merasakan semua itu tanpa harus kehilangan sosok ibunya.”

“Apa maksudmu nak?”

“Aku akan menikahi ibunya.”

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

Alhamdulillah neneknya Yumna bijak sekali, semoga Naya gak menderita tinggal bersama keluarga ayahnya Yumna

2025-01-02

0

🖤❣ DeffaSha ❣🖤

🖤❣ DeffaSha ❣🖤

untung nenekny bijak gak egois mementingkan kebahagaian sendiri 😊👍

2024-09-06

1

Dewa Rana

Dewa Rana

memapah terus Thor, membimbing kali

2024-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!