“Ada apa ini?”
Cahyo yang baru masuk ke dalam kamar cucunya kaget melihat sang istri memarahi menantu mereka.
“Kamu harus tahu jika selama ini dia menyiksa cucu kita.” Yanti melihat suaminya.
“Apa?” Cahyo nampak kaget.
Naya juga kaget, mertuanya itu sepertinya telah menyalahartikan arti dari belajar kemandirian menurutnya menjadi sebuah penyiksaan.
Yanti lalu mengatakan semuanya pada sang suami, jika dia tak rela selama ini cucunya disiksa dengan harus melakukan semuanya serba sendiri, menurutnya usia sang cucu masih sangat kecil untuk melakukan semua itu.
“Masa anak sekecil itu dia biarkan untuk mandi sendiri, bagaimana kalau dia jatuh dan terpeleset.” Yanti mengakhiri aduannya pada sang suami sambil melihat pintu kamar mandi dengan cemas.
“Bukan hanya semua itu saja, saya juga sudah mengajarkannya untuk mencuci piringnya sendiri setelah dia makan juga membuang sampah,” ucap Naya lagi.
Yanti langsung membelalakkan matanya tak percaya.
“Men-mencuci piring?” tanyanya syok.
Naya langsung mengangguk.
“Ya Tuhan. Aku tak percaya dia melakukan ini pada cucu kita,” ucapnya sambil melihat sang suami.
Cahyo yang terpancing akan semua aduan istrinya melirik Naya geram.
“Sepertinya kita harus memakluminya. Dia pasti tak sanggup untuk membayar seorang pembantu. Sekarang cukup pastikan jika mulai saat ini, cucu kita akan tumbuh dengan baik dan nyaman disini.”
“Tidak semuanya tentang uang Tuan. Dengan uang anda mungkin bisa membayar seribu pembantu, tapi apakah anda yakin dengan memanjakannya adalah bentuk kasih sayang yang sebenarnya?” Naya melihat Cahyo.
Cahyo dan Yanti tentu saja kaget, menantu baru mereka dengan berani menimpali perkataan mereka.
Kevin yang sebenarnya sedari tadi ada di ambang pintu dan mengetahui apa yang tengah terjadi, langsung berjalan menghampiri Naya. Dengan cepat menarik tangan istri yang belum sehari dinikahinya keluar kamar Yumna.
Kevin menarik Naya dengan kasar.
Naya berusaha melepaskan diri akan tetapi Kevin tetap menggenggam erat pergelangan tangannya, hingga keduanya sampai di kamar Naya.
“Belum sehari disini dan kamu sudah mencari keributan dengan orang tuaku?”
Naya menepis tangan Kevin dengan kasar.
“Aku tidak mencari keributan, aku hanya mengatakan apa yang harus aku katakan. Yumna anakku, dan aku tidak suka orang mengintervensi caraku mendidik anakku sendiri, walaupun itu adalah kakek dan neneknya.”
“Tapi kedua orang tuaku juga berhak untuk ikut campur dalam mendidik dan membesarkan Yumna. Begitu juga aku!”
“Kalian memang berhak. Tapi kapasitasnya tak sebesar aku ibunya sendiri.”
Keduanya terus saling berargumen.
“Sepertinya aku salah menikahimu. Seharusnya aku ambil paksa saja Yumna darimu. Asal kamu tahu jika bukan karena ibuku yang menasihatiku untuk tidak memisahkan antara kamu dan Yumna, saat ini mungkin kita akan bertemu di pengadilan dan keluargaku pasti akan memenangkan hak asuh Yumna. Harusnya kamu berterima kasih pada ibuku!”
“Aku tahu dengan uang kalian yang banyak, kalian akan dengan mudah melakukan apapun termasuk itu mengambil Yumna dariku.” Naya tersenyum sinis.
“Aku tak akan berterima kasih pada ibumu! Tanpa aku, Yumna akan memasuki rumah ini dengan air mata, tanpa aku, Yumna tak akan merasa bahagia walaupun seisi dunia kalian berikan kepadanya.”
Kevin melihat Naya geram.
“Kenapa kakakku bisa jatuh cinta pada wanita sepertimu?”
Naya hanya tersenyum tipis.
“Bundaaa....”
Keduanya dikagetkan oleh kedatangan Yumna yang sudah mandi.
Kevin dan Naya langsung mengubah mimik wajah mereka, berusaha tersenyum pada Yumna yang menghampiri keduanya.
“Bunda. Lihat baju aku bagus kan? Nenek membelikan aku banyak baju bagus.”
“Iya sayang bajunya bagus sekali. Apa kamu sudah berterima kasih sama nenek?” Naya berjongkok melihat sang putri.
“Udah dong bunda.”
“Anak pintar.” Naya menciumi putrinya sambil melirik Kevin yang pergi meninggalkan kamar.
***
“Ibu benar-benar tidak suka pada wanita itu.” Yanti melihat suaminya dan Kevin bergantian.
Kevin dan sang ayah yang sedang duduk hanya terdiam.
“Jika Danendra masih hidup, dan tahu jika ibu dari putrinya seperti itu, maka dia pasti akan merasa menyesal telah menikahinya.”
“Wanita itu juga tidak memiliki attitude dan tatakrama, dia dengan berani menjawab semua perkataan ayahmu.” Yanti melihat Kevin.
“Kemiskinan memang membuat rendahnya moral seseorang, wanita itu contohnya, rela dinikahi diam-diam hanya karena tahu jika Danendra adalah seorang pengusaha yang kaya, dan pergi meninggalkan suaminya begitu saja tanpa alasan yang jelas dan hamil besar,” ucap Cahyo geram.
Yanti mengelus dada merasa kasihan pada almarhum putranya.
“Ya Tuhan. Aku salah telah membiarkan wanita itu masuk ke dalam rumah kita.” Yanti terlihat sangat menyesal.
Kevin yang sedari tadi terdiam menghampiri ibunya.
“Bersabarlah Bu. Tunggulah sampai Yumna cukup dekat dengan kita dan berpisah dengan ibunya, setelah itu aku pasti akan menceraikannya dan mengeluarkannya dari rumah ini.”
***
Sebelum tidur, seperti biasa Yumna dan ibunya membaca buku cerita, keduanya tampak mengeja kata demi kata dalam buku itu bersama-sama.
Naya bersyukur Naya sudah hampir bisa lancar membaca, hanya perlu belajar sedikit lagi.
Tak lama Kevin dan kedua orang tuanya datang, bermaksud untuk mengucapkan selamat tidur pada Yumna. Malam ini adalah malam pertama Yumna tidur di rumah mereka.
Mereka memeluk dan menciumi Yumna bergantian.
“Ayah. Aku ingin tidur bersama ayah,” ucap Yumna tiba-tiba membuat Kevin dan kedua orang tuanya yang akan meninggalkan kamar kaget.
“Bersama bunda juga,” ucap Yumna lagi sambil menunjuk ibunya.
Kevin dan Naya saling berpandangan.
“Teman-temanku selalu cerita jika mereka sering tidur bersama ayah dan ibunya. Aku juga ingin seperti mereka.” Rengek Yumna.
“Sayang. Kamu kan sudah besar. Harus tidur sendiri.” Naya mencoba memberi pengertian.
“Tapi aku kan ingin seperti teman-temanku juga bunda, tidur sama ayah dan bundanya.” Yumna memelas sedih.
Tentu saja semuanya langsung merasa iba.
Yanti melihat putranya.
“Sebaiknya kalian menuruti keinginan Yumna malam ini.”
Kevin terdiam, sementara Yumna berteriak kegirangan.
"Hanya sampai Yumna tidur saja." Yanti berbisik pada putranya.
Beberapa saat kemudian.
Untungnya tempat tidur Yumna mempunyai ukuran yang besar sehingga mereka bertiga cukup untuk tidur di atasnya dengan terlebih dahulu harus menurunkan semua boneka-boneka ke bawah.
Yumna yang tidur di tengah-tengah terus tersenyum kesenangan sambil melihat ayah dan bundanya bergantian dan memegang tangan mereka dengan erat.
Sementara Kevin dan Naya malah terdiam membisu, keduanya tampak kikuk karena harus tidur satu kasur bersama walaupun ada Yumna diantara mereka.
Setelah beberapa lama, akhirnya Yumna tidur juga, dengan sangat hati-hati Naya melepaskan tangannya dari genggaman tangan putrinya, rupanya Kevin juga melakukan hal yang sama.
Keduanya lalu duduk saling membelakangi.
“Biar aku saja yang tidur disini, kembalilah ke kamarmu,” ucap Kevin karena merasa risih jika harus tidur satu kamar dengan Naya.
“Aku saja yang tidur disini, jika dia bangun tengah malam dia akan mencariku.”
“Baiklah.” Kevin langsung berdiri. Tanpa melihat Ke belakang dia langsung pergi meninggalkan kamar dengan cepat.
Kevin terus berjalan cepat menuju kamarnya, menaiki tangga dengan tergesa-gesa, namun kemudian langkahnya terhenti melihat foto sang kakak yang dilewatinya.
Di bawah lampu temaram, Kevin menatap foto kakaknya lekat. Tidur satu kasur dengan Naya tadi membuatnya telah merasa menyakiti kakaknya.
Dalam hati dia meminta maaf, dia tahu jika kakaknya sangat mencintai wanita yang kini menjadi istrinya itu.
“Kakak maafkan aku. Kakak tahu pasti alasan kenapa aku menikahinya, bukan untuk merebutnya darimu tapi demi putri kalian.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
fitriani
muak sama kevin dan keluarganya....
2024-09-15
0
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
kalau dia perempuan gk bener pasti udah d porotin anakmu itu kek...nyatany nggak kan, dia pergi hanya membawa yumna yg masih ada d dlm perutny....
2024-09-06
1
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
guuuddd 👏👏👏👏 jangan jadi wanita lemah yg bisany hanya menangis dan diam nay...semoga tetap seperti ini ya nay sepanjang cerita ini 😁😁😁
2024-09-06
0