Teror Malam Jum'at

*******

Beberapa hari berlalu, tak terasa aku dan Nisa sudah seminggu di kampung Cikoneng ini.

Alhamdulillah sejak kejadian pengeroyokan itu, sudah tak ada lagi kejadian aneh dalam seminggu ini, mudah mudahan sampai seterusnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Mon?" tanya Paman Ahmad menghampiriku yang berada di kamar Ani.

"Alhamdulillah saya sudah baikan paman. Oh ya paman, kenapa paman biarkan Parmin pergi ke kampung istrinya? Dia itu kan penjahat, harusnya kita laporkan. Bagaimana kalau dia melakukan kejahatan lagi setelah sembuh?" tanyaku panjang lebar .

Paman Ahmad tersenyum lembut.

"Dia sudah cacat Mon, pukulan telak kamu di bagian alat fitalnya itu membuat saraf kakinya lumpuh."

Mataku membulat sempurna mendengar jawaban paman. "Astagfirullah, semoga aja Parmin benar-benar bertobat, ya," timpalku menghibur diri.

" Oh ya, waktu itu paman menyuruhmu mengikuti asap hitam, apa kmu melihat kemana asap itu pergi?" Paman bertanya lagi.

"Asap itu masuk ke arah dapur pak Lurah, tapi yang saya heran kalau dia dalang dari smua ini, kenapa dia wktu itu malah menolong saya?"

Paman hanya manggut-manggut mendengar jawabanku. "siapapun dalangnya , mudah-mudahan dia segera bertaubat.

Oh ya tadi mama kamu nelefon, katanya kamu kapan pulang?" .

" Teh Mona, Teteh jangan pulang dulu. Ani gak mau tidur sendirian disini, serem tahu, apalagi malam Jum'at begini. Iih, makin serem aja," timpal Ani, gadis itu tiba-tiba masuk ke kamar bersama Nisa.

Aku tersenyum geli mendengarnya.

"Serem bagaimna sih An?"

"Ya serem, kan kalau malam Jum'at banyak hantu berkeliaran, Mon." Nisa menimpali sambil duduk di dekatku. Aku makin terkekeh.

"Hehe. Mona tuh heran sama kalian yang menganggap malam Jum'at sebagai malam yang menyeramkan dan menganggap banyak setan berkeliaran . Entah dari mana anggapan konyol begitu? Denger ya An, Nis, Bagi kita ummat islam, Malam jumat itu bukan malam yang menyeramkan. Justru malam itu adalah malam yang penuh berkah. Dan pada malam Jum'at bukan setan yg banyak berkeliaran, tapi justru malaikat lah yang banyak diturunkan pada malam dan hari Jum'at. Jadi berhenti lah punya anggapan konyol tentang hari Jum'at! apa kalian paham?" tuturku panjang lebar.

Belum selesai aku bicara, tiba-tiba dari luar ada yang mengetuk pintu dengan keras.

.. tok tok tok. ..

"Pak Ahmad, tolong kami, Pak! Bapak saya kejang kejang dan muntah darah," ucap tamu yang datang itu dengan napas yang tersengal-sengal.

Paman Ahmad pun segera bergegas keluar.

"Mon, kamu di rumah saja ya. Jaga rumah!" titahnya padaku sebelum dia pergi.

"Ya Allah, ada apa lagi ini ya Robb, hamba mohon selamatkan lah kami semua ya Allah! gumamku lirih. Aku melangkah masuk ke rumah, tapi belum sempat aku masuk, ada warga lagi yang datang dengan tergesa-gesa dan penuh kecemasan.

"Assalamualaikum, Neng, mana Pak Ahmad? Ibu mau minta tolong. Suami ibu pingsan terus sekarang ngamuk-ngamuk gitu," terang tamu itu dngan napas memburu. Terlihat sekali dia baru saja berlari.

"Innalillahi, maaf Bu, paman tadi dijemput Bi Narsih, katanya suaminya juga kejang-kejang daan muntah darah," jawabku dengan penuh kecemasan.

"Ya Allah..terus gimana ini neng?" Ibu itu kebingungan.

Karena kasihan, aku mencoba menawarkan diri untuk membantu mereka. "Ya sudah biar saya aja yang ikut ibu, saya akan berusaha bantu ibu, semoga bisa, ya, Bu," Aku langsung bersiap pergi.

"Nis, An, kalian jaga rumah ya. Jangan lupa kalian solat Isha dulu terus baca Qur'an ya! Ajak Bi Mira juga dan jangan tidur sebelum kami kembali!" setelah berpesan pada Nisa, aku bergegas pergi ke rumah Ibu tadi.

Baru saja kami sampai di gerbang, kami melihat ada lagi yang datang dengan tergesa-gesa.

"Ah ..ah..Assalamualaikum. Pak Ahmad, tolong ..tolong saya!" ucap laki-laki yang datang itu dengan napas memburu.

"Kenapa Pak, Paman Ahmad sedang pergi menolong orang, ini saya juga mau pergi kerumah ibu ini untuk menolong suami ibu ini," sahutku tak kalah panik.

Si Bapak itu terlihat semakin panik. "Tolong anak saya, Neng, anak saya sakit perut, tapi bukan sewajarnya," kata si laki-laki tadi.

"Neng, ayo cepat! Neng ke rumah ibu dulu, tolong suami ibu dulu! Nanti baru ke rumah Pak Pendi," timpal ibu yang datang sebelumnya.

"Neng, kerumah bapak dulu aja, anak bapak lebih parah Neng." sahut Bapak yang ternyata bernama Pendi. Mereka membuatku semakin kebingungan.

"Tolong jangan berebut begitu, begini saja, saya mau ikut sama ibu ini dan bapak pergi kerumah Bi Narsih, Paman Ahmad ada disana mudah-mudahan beliau sudah selesai," jawabku menengahi.

Mereka berdua akhirnya menurutiku. Akupun melangkah dengan cepat mengikuti ibu yang tadi. Sesampainya di rumah ibu itu, aku lihat suami ibu itu sedang mengamuk dan mirisnya sepertinya di rumah mereka hanya ada perempuan.

"Aaaaa, Bapaaak, jangaan cekik di Pak! Lpaskan dia! dia anakmu, Paak! teriak Bu Yati yang melihat suaminya berusaha mencekik anaknya yang masih balita.

Aku yang kaget refleks segera melompat ke arah mereka dan memukul tangan suami Bu Yati hingga dia melepas cekikannya dan terhuyung ke belakang. Dan dengan cepat, aku tarik anak balita itu dan langsung kuserahkan ke ibunya

"Bu Yati, ini Bu, pegangi anak ibu, biar saya bantu suami ibu," titahku sambil meletakkan anak balita itu.

Aku berbalik bermaksud mengahadapi laki laki yang kesurupan ini, tapi..

"Ya Allah, bagaimana ini? Orang ini kesurupan bagaimana aku mengobatinya, sementara dia mengamuk begini, mana mungkin aku harus memeganginya, dia kan laki laki, mana dia cuma pake sarung doang. Hadeuh, apa aku pukul aja, aduh tapi dia kan bukan penjahat. Aaahh bagimana ini?" batinku kebingungan.

Ditengah kebingunganku, tiba-tba saja..

"Aa awas, Neeeng itu!" jeritan Bu Yati membuyarkan lamunanku dan ternyata suami B Yati akan menubrukku. Sontak aku langsung berkelit ke samping sehingga suami Bu Yati tersungkur kedepan.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku pun segera menyambar kain yang tergeletak di lantai dan langsung menggunakannya untuk meringkus Pak Darman suami Bu Yati ini.

Aku mengkupkan kain itu ke kepala Pak Darman, tapi naasnya kain sarung yang dipakai malah copot dan lebih naas lagi ternyata dia tak memakai apapun lagi..

"Aaaaa, astagfirullah, Bu, tolongin saya, Bu!"

Aku menjerit sambil memejamkan mata dan minta bantuan Bu Yati, tapi yang dipinta tolong malah tak paham juga.

"Iya Neng, kenapa ? Ibu harus bagaimana Neng? tanyanya kebingungan.

"Buu, lihat ke bawah, tolong tutupi itu, Bu!" teriakku padanya masih sambil memejamkan mata.

Bu Yati juga menjerit sepertinya dia melihat kebagian tubuh bawah suami dan langsung berusaha menutupinya, namun pak Darman malah menendangnya.

"Aaaa , Neng, dia menendang Ibu!" jerit Bu Yati memberitahuku.

"Astagfirullah, Bu, Maaf, BU. Saya izin sama ibu akan memukul suami ibu biar pingsan ya, Buu?" pintaku masih sambil menoleh ke arah Ibu.

Aku pun langsung memukul tengkuk pak Darman hingga membuatnya jatuh pingsan.

"Ya Allah, Paak.." Bu Yati langsung mendekati suami nya dan menangis sambil memeluk suaminya, anehnya lama lama suara tangisnya menjadi berbeda.

"Pak, bapak kenapa? hik.. .hik..akhhhh..hmmm" suara tangis Bu Yati berubah menjadi geraman yang menyeramkan.

"Astagfirullah, rupanya Jinnya berpindah ke tubuh Bu Yati" Aku yang sudah menyadari keadaan Bu Yati segera memegang kepala dan dan membacakan doa.

Terpopuler

Comments

Ina Ijal

Ina Ijal

lama nian ku menunggu, abisnya ana suka banget nih cerita model beginian, plis yaah di lanjut terus 🙏🙏🙏💪💪💪🥰🥰🥰

2023-04-03

1

Ina Ijal

Ina Ijal

seruuu , di tunggu lanjutannya 💪💪💪

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!