Dicegat Begal

Aku terus mengamati rombongan di depanku, "ya Allah!" Aku terbelalak ketika melihat ke arah tangan mereka, sepertinya mereka menggenggam senjata panjang mirip golok.

" Ya Allah, mereka bukan penduduk biasa. Aakhh, apa mereka itu penjahat ya, Allah? lindungi kami dari orang-orang jahat ya Robb!" lirihku pelan ketika aku menyadari siapa orang-orang yang ada di depan kami.

"Eh, ada orang yang berjalan di arah sana, dan sepertinya mereka wanita, ayo kita lihat! " seru salah satu pengendara motor itu.

Mereka makin mendekat, membuatku merasa waswas, ada ketakutan yang menyeruak ke dalam hatiku. Aku sadar kali ini di depanku bukanlah hantu yang bisa hilang dengan bacaan ayat Kursi.

"Eh? Parmin, hati-hati jangan-jangan mereka bukan manusia, karena gak mungkin ada wanita yang berani berjalan di kegelapan malam begini," seru laki-laki berbadan gendut yang di belakang orang yang bernama Parmin.

Jumlah mereka ada 6, terlihat dari bayangan mereka, mereka berbadan gempal semua. Sangat menyeramkan.

"Pak, tolong kami, kami mau ... uppp." Aku segera membungkam mulut Nisa yang mulai nyerocos karena masih tak menyadari akan bahaya yang mengintai kami.

"Elu jangan banyak bicara, Nis! mereka bukan penduduk biasa. Lihat di tangan mereka!" cegahku sambil menutup mulut Nisa. Mata Nisa melotot mendengar perkataanku, dan badannya mulai bergetar.

"Mon, I-itu go-golok, kan, Mon? Iih serem, mana goloknya terlihat ada bercak merahnya, mirip darah gitu," oceh Nisa mulai ketakutan saat melihat golok di tangan mereka.

"Hei Neng, dari mana kalian ini kenapa berjalan kaki malam begini "? tanya laki-laki yang bernama Parmin.

"Mon, bagaimana ini? Mereka semakin mendekat, apa yang harus kita lakukan?" tanya Nisa di sampingku, kami semakin ketakutan. Namun, aku tetap berusaha tenang sambil melihat kanan kiri mencari celah untuk lari.

"Berdoa saja, moga Allah melindungi kita, sepertinya di samping kita ada sungai kecil, nanti kita kecoh mereka, setelah itu kita lompat ke sungai," jawabku berbisik.

"Gimana kalau sungainya dalam, Mon? Nanti kita hanyut," jawab Nisa. Bawel. "Sudahlah! jangan cerewet, mereka semakin mendekat. Pokoknya turuti perkataan gue, atau elu mau dibunuh sama mereka atau diperk*sa?" hardikku pada Nisa hingga membuatnya terdiam.

Para Begal itu semakin mendekat.

"Hei nona, kalau kalian mau nyawa kalian selamat, serahkan barang barang kalian!" seru salah satu dari mereka sambil mengacungkan goloknya.

"Baiklah, Pak, kami akan serahkan barang-barang yangg kami punya, tapi nanti lepaskan kami!" jawabku.

"Nis, ayo kita serahkan tas pada mereka!" Aku segera menyerahkan tasku pada mereka.

"Tapi Mon, Tas gue berisi make-up, nanti kalau gue mau dandan gimana?" bantah Nisa, menyebalkan.

Pletak!

Aku menjitak kepala Nisa yang sepertinya agak kurang isi, masa dia lebih sayang tasnya dari pada nyawanya🙄.

"Aduh, Nisa, serahin aja sama mereka! Masa elu lebih sayang tas, dari pada nyawa elu?"

Kupaksa Nisa dan kuserahkan tasnya pada mereka. Mereka pun menggeledah tas kami dan...

Brakkk...

Orang itu melempar tas kami ke tanah.

"Dasar bocah, di tas kalian cuma ada make-up. Kurang ajar! aku tak peduli sekarang, kalian harus ganti rugi, kalian harus menemani kami semalaman."

... Jdeer..

Aku tersentak mendengar ocehan mereka.

"Baiklah, Pak. kami akan turuti kalian, tapi kami sekarang kebelet BAB. Jadi, kami harus ke sungai," kilahku berusaha mengelabui mereka.

Selesai berucap, aku segera menarik tangan Nisa dan mengajak nya berlari ke arah sungai dan...

.Bruusssshhh..

Kami pun menyebur ke sungai seraya berteriak.

Hah sialan!, ternyata sungainya dangkal, airnya hanya sebatas paha.

"Hei kalian, mau kemana? Parmin, Simon, ayo kita kejar mereka! jangan sampai mereka kabur" seru laki-laki begal itu. Merekapun mengejar kami.

"Hahaha, mau kemana kalian? Percuma kalian lari, kami akan menemukan kalian.

Ayo kesini! atau kami akan melempar kalian dengan golok kami." Ketua penjahat itu kembali berteriak sambil mengacungkan goloknya ke arah kami.

"Mon, bagaimana ini? gue takut banget, gimana kalau mereka melempar golok itu ke kita?" Nisa semakin histeris.

"Tenanglah Nis! elu berdoa saja. Tidak ada pilihan lain, gue akan maju menghadapi mereka. Elu di sini saja. Ambil batu di dalam sungai, nanti kalau elu melihat mereka jatuh kesini, elu harus pukul dengan batu," bisikku pada Nisa yang dijawab dengan anggukan dan airmata yang semakin deras.

Aku segera naik ke daratan menuju tempat mereka berdiri.

"Hahah ... akhirnya kau menyerah juga, tapi kenapa cuma kamu yang ksini?" bentak salah satu begal yang kutaksir berkepala botak.

"Maaf, Pak, teman saya masih BAB, kalau dia maksa ke sini, nanti dia BAB di depan kalian, kalian mau? "

Aku terus berusaha mngelabui mereka.

"Hah, baiklah kalau begitu kamu saja sendirian yg melayani kami, ayo buka baju sekarang!" hardik penjahat itu padaku.

Aku pun segera menuruti kemauan mereka.

Aku gegas membuka gamis syar'iku dan kulempar ke sungai. Kini tinggal celana laging dan baju manset pajang ketat yang menempel di badanku.

" Hahaha ... ayo buka lagi!" seru mereka.

"Maaf, Pak, sebaiknya bapak saja yang maju ke sini satu persatu, saya tunggu di semak-semak ini," pancingku pada mereka. Kulihat mereka menuruti perkataanku. Bodoh!

Salah satu dari mereka melepas goloknya dan mendekatiku. Setelah berada di belakang semak- semak, laki laki itu berusaha memelukku, sontak aku segera berjongkok dan...

..Buggg..

Kuarahkan tinju mautku ke selangkangannya.

Laki laki itupun mengaduh sambil refleks akan memegang pusakanya. Tapi sebelum tangannya sampai, aku segera meninju pipinya dn menendangnya hingga tersungkur.

Gdebuugg

Laki laki itupun jatuh pingsan.

"Ah ... ah ... ah!" nafasku terengah-engah setelah melumpuhkan satu penjahat.

"Hei Nona, kenapa lama sekali, kapan giliran kami?" seru salah satu penjahat itu sambil mendekat.

"Ya, sebentar, Paaak. Saya bebenah dulu," jawabku sambil menyeret tubuh penjahat yang pingsan tadi dengan bersusah payah.

Aku membawanya ke tepi sungai sambil memanggil Nisa yang sejak tadi masih berada di tengah sungai.

Dengan sangat hati-hati Nisa memanjat tanah yang ada di tepi sungai dengan tangan yang satu berpegangan pada rerumputan, dan tangan satu lagi berpegangan pada tanganku.

"Mon, elu apakan tuh, si kampret? " tanya Nisa setelah berada dekatku.

"Nanti saja gue jelasin, sekarang elu harus bantu gue biar kita cepat pergi daru sini. Gue akan berusaha melawan mereka semua. Sementara gue berkelahi, Elu harus pergi mengambil motor mereka, dan bawa ke dekat gue, tapi jangan nyalakan dulu. Nanti setelah gue kasih kode, elu starter motornya dan kita akan lari," terangku pada Nisa yang langsung melaksanakan perintahku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!