Dikejar Hantu

Hari telah mendekati senja, mentari mulai menguning ketika Faiz melajukan kendaraannya menembus kemacetan kota Jakarta.

"Assalamualaikum, Mah. Mah, mamah kenapa? Kok, Mama nangis, apa ada sesuatu terjadi pada anak kita, Mah? " Faiz memberondong istrinya dengan berbagai pertanyaan ketika melihat istrinya menangis tersedu-sedu.

"Pah, kita harus segera ke Cikoneng susul Mona Pah, dia dalam bahaya. Nenek sihir yang dulu meneror kampung itu kini kembali lagi dan dia mau mencelakai Mona, Pah," tutur Marni dengan berurai air mata.

"Inna lillahi, tuh, kan? Mamah sih pake ngizinin Zahra pergi ke Cikoneng segala. Kan Papah dah bilang, jangan pergi ke Cikoneng! Kalau kalian kangen Ahmad dan keluarganya, panggil mereka bisa kesini. Lagian tuh, adik kamu, Papah minta dia tinggal di sini dan membantu bisnis papah, tapi dia malah gak mau. Ya begini kan jadinya mereka jadi sasaran Penyihir itu." Faiz terus saja nyerocos panjang lebar hingga membuat Marni menggeleng karena pusing melihat tingkah suaminya itu.

"Astagfirullah, Pah. Anak lagi dalam bahaya malah Papah nyerocos terus. Dari pada nyerocos kaya git, lebih baik ayo kita susul dia kesana!" teriak Marni histeris .

Faiz yang menyadari kesalahannya kini terlihat cengengesan, kemudian mendekati istrinya. "Maaf, Ma. Papa cuma terlalu cemas mikirin anak semata wayang kita," jawab Fai, sembari merayu Marni.

"Cemas, sih, cemas, masa pake nyerocos terus gak karuan." Marni tetap merajuk.

" Ya sudah maafin Papah. Sekarang ayo kita pergi, nanti di sana Papa akan lapor polisi juga," sahut Faiz sambil menuntun istrinya masuk ke rumah untuk segera berkemas menyusul anak kesayangan mereka, Zahra khoiril Muna atau yang biasa dipanggil Mona.

Setelah tiga jam Faiz mengemudikan mobilnya dari Jakarta ke daerah Jawa Barat, akhirnya mereka sampai juga di pangkalan ojek yang menuju Cikoneng.

Hari telah berubah gelap ketika mereka melajukan mobilnya di jalan menuju Cikoneng...

"Pah, jangan lupa berdoa dulu, karena sekarang kita akan melewati jalan yang sepi dan cukup angker!" Marni mengingatkan suaminya.

Baru saja Marni selesai berucap, tiba-tiba saja Faiz menghentikan mobilnya secara mendadak.

"...rriiit....

"Innalillahi. Papah kenapa ngerem mendadak begini?" tanya Marni dengan berteriak karena merasa kesakitan akibat terbentur kaca mobil.

"Mah, lihhat di depppan kitta, Mah!..ittuu!" jawab Faiz tergagap-gagap.

Lidahnya berubah menjadi kelu saat dia melihat di depan mobilnya ada sesosok laki-laki berbadan gempal sedang berjalan terseok-seok ke arah mobil merka. Sosok itu berjalan mendekat ke arah kaca mobil Faiz. Di tangannya, terlihat dia menggenggam sesuatu yang berambut..

Sosok laki-laki itu mengangkat benda yang digenggamnya dan ditempelkannya di kaca Mobil Faiz.

"Aaaa! Mah, sosok itu menyeramkan sekali, kepalanya ... kepalanya." Faiz berteriak menunjuk-nunjuk ke arah jendela sambil menjerit histeris saat sosok itu menaruh kepalanya di luar jendela mobilnya. Kepala itu tertawa menyeringai menampakkan taringnya yang panjang. Dari mulutnya, melelehlah cairan berwarna merah yang mengalir deras membasahi kaca mobil Faiz.

Marni menepuk dahinya melihat suaminya ketakutan, sementara dia masih terlihat tenang-tenang saja. Dia malah menatap tajam ke arah kaca Mobil sambil melafalkan doa dan ayat Alqur'an.

"Hadeuh, nih suami, bukannya melindungi istri malah dia sendiri yang ketakutan!" gerutu Marni sambil menepuk bahu suaminya.

Sementara itu, sosok di luar mobil itu kini mengeluarkan suara lengkingan yang teramat keras seolah sedang memberi kode. Tak lama kemudian, datang lah beberapa sosok menyeramkan lainnya. Mereka berkerumun mengelilingi mobil Faiz dan berusaha mengguncangkannya.

"Innalillahi. Pah, kita ganti posisi aja, biar Mamah yang nyetir. Cepat, Pah! nanti mereka semakin menjadi-jadi!" titah Marni pada suaminya. Tanpa menunggu persetujuan Faiz, dia segera bangun dan mengganti posisi Faiz.

Dengan membaca, "Bismillahi la yadurru ma'as mihi syaiun fil Ardi wa la fi ssamaai wa hua ssamiul alim! aakhhhhh mampus kalian!" Teriaknya sambil menancapkan gas dengan kencang dan menabrak sosok menyeramkan di depannya.

Bruugg!

Marni terus menancapkan gas dengan kencang, tapi jalan yang terjal membuat mobilnya berjalan tersendat-sendat .

"Akhh innalillahi, sepertinya ban mobilnya kempes, Pah!"

 Teriaknya saat mobil nya tiba tiba berhenti.

"Ya Allah bagaimana ini ?" Faiz menimpali.

"Terpaksa kita jalan kaki pah, nanti mamah akan menelfon Ahmad dan Zahra biar merka menjemput kita di sini," ujar Marni sambil turun dari Mobil dan segera menelfon adiknya.

Faiz segera menyusul istrinya walau sebenarnya dia masih ketakutan. "Ahmad dan Zahra akan menjemput kita, sebaiknya kita masuk mobil aja, pah!" Faiz hanya memutar bola mata mendengar ocehan istrinya.

"Akkh kok, pintunya terkunci sih, mana kuncinya?"

"Aduh tadi papah taruh di kantong tapi kok, gak ada, sih," Marni menepuk jidat mendengar jawaban suaminya.

"Ya udah kita jalan kaki aja sambil nungguin mereka"

"Tapi, Mah, gimana kalau ada hantu yang ngikutin kita di jalan?" tanya Faiz cemas.

"Papah, masih aja penakut dari dulu, nanti pas kita jalan, apapun yang papah lihat, gak usah Papah hiraukan. Papah cuekin aja tuh mahluk, ok?" omel Marni sambil menggamit tangan suaminya.

"Aduh, Mah, masa kalau lihat yang serem-serem kita harus diam dan cuek, terus kalau hantunya ngejar kita gimana? Masa kita harus diam aja sih? Tar merka keburu."

 "Keburu apa Pah, iya itu kan, emang trik ngadepin hantu Pah. Jadi, kalau hantu nakut-nakutin kita, kita gak boleh takut, terus kalau dia ngejar, kita diem aja. Cuekin aja nanti dia malu sendiiri,"

"Hah. Masa sih hantu punya rasa malu 🙄"

Dengan terpaksa Faiz akhirnya mengikuti istrinya. Dia berjalan di samping Marni sambil menggenggam erat tangan istrinya itu.

..srek ..srek..hgghhhg ..hmmm..

Baru beberapa menit mereka berjalan, tiba tiba di samping mereka terdengar suara aneh.

Faiz menoleh dan..

"Aakhkk Mah, itu ... di ... di samping kita, Maah," Faiz langsung tergagap-gagap ketika melihat sosok perempuan berbaju putih dengan rambut terurai menutupi sebagian wajahnya, sementara mata perempuan itu melotot dan menyala bak bola api.

"Astagfirullah, Pah, diam, ah!. Ayo pokus jalan aja. Biarin dia, gak usah dilihat!" tukas Marni kesal karena Faiz tak mengindahkan sarannya.

 "Aduh, Mah, kalau kita gak lari nanti merka mengejar kita mah, tuh Lllihat aja mah di belakang kita spertinya ada lagi mah!" ujar Faiz sambil menoleh ke belakang

Di belakang merka, terlihat ada dua sosok laki laki tinggi besar dan bertanduk ingin mengejar mereka.

"Astagfirullah, serem banget, Ma! ayo kita lari!" ajak Faiz sambil menarik tangan Marni dan berlari kencang.

"Hah .. hah .. Mah, kita berhenti dulu, Ma. Ma, kok, tangan Mama dingin banget sih?" tanya Faiz sambil menengok ke sampingnya dan ....

"Aaaaaaa!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!