Bab 20 #menerima khitbah

Zhafira dan Anisa sudah siap untuk berangkat ke madrasah, dengan motor maticnya mereka berangkat bersama. Balutan gamis itu memancarkan keindahan bagi Zhafira, ia terlihat sangat cantik. Sudah emua pasti akan terpesona melihatnya, padahal Zhafira tak pernah bersolek tetapi anugerah dari Tuhan untuk nya ia begitu cantik.

" ayo Anisa kita menghadap ke kepala sekolah dulu, berkasnya sudah masuk". ajak Zhafira setelah mereka sampai.

" aku takut Zhafira".

" takut kenapa, kita punya ilmu kenapa harus takut Anisa. berdoa saja semoga kamu di terima". Anisa gugup ia mengikuti Zhafira berjlan menuju ruangan kepala sekolah.

" Kebetulan ada guru yang tidak bisa hadir hari ini kamu langsung mengajar gantikan guru di kelas Nasution". ucap kepala sekolah.

" maksudnya saya di terima gitu."

" iya semoga kita bisa bekerja sama silahkan meja untuk mu di kantor sudah kami siapkan".

" Alhamdulillah terima kasih banyak pak". ucap Anisa senang.

Zhafira yang menunggunya di luar mendengar ucapan Anisa ia begitu senang. Anisa keluar dengan rona wajah yang bahagia akhirnya kini ia bisa bekerja di dekat Zhafira sahabatnya.

" Zhafira aku diterima." Anisa langsung memeluk Zhafira.

" semangat ya Anisa, Alhamdulillah ". senyum itu terpancar dari keduanya lalu mereka berjalan masuk ke dalam kantor.

" siapa ustadzah ". tanya Nina

" ini Anisa Bu yang akan mengajar di sini juga guru baru tepatnya ".

" oh salam kenal ustadzah Anisa."

" salam kenal juga Bu". Anisa sudah menduduki kursi yang ada di dekat Zhafira.

" assalamu'alaikum ".

" wa'alaikumsalam ". semua serentak menjawab, ustadz syahdan baru datang.

Zhafira hanya menunduk ia tak mau melihat ke arah syahdan, anisa menyadari mungkin laki-laki ini maksud dari Zhafira yang telah mengkhitbahnya. Tampan, pintar, berwibawa seorang ustadz sempurna, batin anisa.

Para guru masuk ke kelasnya masing-masing, jam saat pelajaran pertama. Anisa juga sudah masuk ke kelas yang telah di tunjukkan oleh kepala sekolah tadi. Anisa sangat menikmati harinya, ia senang menjadi seorang guru.

" Zhafira apa itu laki-laki yang mengkhitbah mu". tanya Anisa matanya mengarah ke ustadz syahdan yang sedang memeriksa kertas nya.

" iya" ucap Zhafira singkat ia tak mau ada yang mendengarnya karena tak ada yang tau jika kiyai Rohman mengkhitbah Zhafira untuk syahdan.

***

Enam bulan berlalu seperti janji dari Zhafira sendiri terhadap abinya, sebenarnya ia resah tak yakin akan jawabannya yang harus di ambil. Atas shalat istikharah nya syahdan yang hadir dalam mimpinya, namun dalam mimpi itu syahdan melambaikan tangan nya. tapi bagaimana lagi Zhafira tak bisa menemukan Fatih.

" Lalu apa jawabanmu Zhafira". tanya Anisa mereka sedang berada di kamar kost Anisa. Anisa menempati rumah kost yang tak jauh dari rumah Zhafira, dan saat ke madrasah mereeka akan berangkat bersama.

" itu mimpiku Anisa, mungkin itu adalah sebuah jawaban jika syahdanlah yang harus aku terima". Zhafira menitikkan air mata. lama menunggu Fatih yang tak kunjung datang.

" kami yakin Zhafira"

" mungkin aku tak menginginkan nya Anisa, tapi Allah memberikan pilihan yang terbaik untuk ku". Anisa tersenyum ia setuju dengan ucapan Zhafira.

" ya sudah yang penting kamu harus memulai membuka hatimu untuk syahdan ia laki-laki baik".

" insyaallah Anisa doakan aku".

Zhafira pulang ia sudah di tunggu oleh abinya dirumah, sesuai kesepakatan dengan kiyai Rohman jika ini adalah waktu enam bulan yang terlewati dan Zhafira harus memberikan jawaban nya. Zhafira melihat wajah Abi nya, ia tak tega jika ia tak menerima khitbah kiyai Rohman. kiyai Rohman adalah orang terpandang dan syahdan sudah banyak orang yang mengajukan ta'aruf dengannya namun kiyai Rohman menolak karena ia sudah senang melihat Zhafira yang akan menikah dengan syahdan.

Kiyai Rohman, istri dan syhdan datang untuk menagih janji Zhafira. semua sudah duduk di ruang tamu, tapi tidak dengan Zhafira yang masih berada di dalam.

" ustadz saya ke sini untuk melanjutkan atas khitbah saya untuk anak saya syahdan, bagaimana Zhafira sudah memiliki jawaban nya." ucap kiyai Rohman. tangan syahdan sudah dingin seperti es, ia akan mendengar langsung keputusan dari Zhafira.

" baik kiyai sebentar saya panggilkan Zhafira nya". ucap ustadz.

" nak Zhafira kesini nak." panggil ustadz

Zhafira keluar dengan wajah menunduk, itulah yang di sukai oleh kiyai Rohman dan syahdan. Zhafira begitu menundukkan pandangan nya.

" nak kamu sudah memberi waktu kamu selama enam bulan, dan ini tepat di waktu yang kamu tentukan. berikan jawaban untuk kami agar semuanya jelas, Abi tak bisa mengambil keputusan ambillah keputusan atas keinginan mu". ucap Abi.

Hening.

Zhafira masih diam, mungkin ia masih ingin menyusun kata-kata nya untuk ia ucapkan.

" bismillahirrahmanirrahim, iya Abi. Zhafira menerima khitbah kiyai Rohman ". hati syahdan langsung nyes seperti di siram air es, akhirnya Zhafira menerimanya.

" Alhamdulillah..." ucapan syukur menggema dari semuanya.

" kalau begitu kita langsung atur kapan akad akan di laksanakan."

" maaf ustad tidak bisa cepat karena saya masih ada keperluan untuk ke Jawa, bagaimana jika tiga bulan lagi." ucap Abi, Abi akan ke Jawa ada keperluan untuk ibunya. Abi akan membawa ibu untuk berobat lebih baik lagi.

" waktu tiga bulan tak akan lama, baiklah kita atur selanjutnya ". ..

" nak Zhafira kamu sudah terikat atas khitbah syahdan dan kamu tak berhak lagi menerima khitbah dari siapapun ". Zhafira mengangguk ia mengerti .

_

Fatih gelisah sejak habis Maghrib entah hatinya seperti tak tenang. Ia pun sulit untuk tidur, pikirannya sedang kemana-mana.

" ayo cepat tidur Fatih kamu kenapa ini tengah malam belum tidur " ucap Azka melihat sahabatnya tak bisa memejamkan mata sejak tadi.

" ngga tau Azka ada apa ya aku gelisah sejak tadi ". Fatih lalu duduk.

" ayo aku antar wudhu aku juga mau pipis, kamu shalat lah dua rakaat biar kamu lebih tenang. jika masih gelisah baca al Qur'an ". Fatih lalu berdiri di ikuti Azka, benar kata Azka tak ada yang bisa menentramkan kecuali ingat kepada Nya.

Fatih lalu shalat dan mengaji seperti yang Azka katakan. baru Fatih tenang ia memejamkan mata lali berdzikir hingga tertidur.

_

Syahdan semenjak pulang dari rumah Zhafira sangat bahagia dan senang sekali, akhirnya khitbahnya di terima. Zhafira wanita pujaannya berbeda dengan Zhafira setelah ia menerima khitbah syahdan hatinya terasa perih ia menangis masuk ke dalam kamarnya. teringat seorang Fatih yang berjanji akan datang tapi ini sudah tahun ke lima Fatih tak pernah bertemu dengannya.

" dimana kamu kak Fatih kenapa tak ada kabar sedikitpun, lalu janjimu. maaf demi Abi aku menerima khitbah seseorang " gumam zhafira. luruhan air mata membanjiri pipinya yang mulus putih.

____

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!