Dengan motor maticnya Zhafira menjemput sahabatnya Anisa, Anisa sudah sepuluh menit menunggu di terminal. Zhafira melihat Anisa sedang duduk di halte, masih ada banyak orang-orang juga yang sedang menunggu jemputan. Zhafira berhenti ia standar kan motornya lalu turun, Anisa tak mengenali Zhafira karena ia memakai masker kacamata juga helm.
Zhafira kemudian mendekati Anisa yang sedang duduk melihat kesana kemari menyusuri seseorang yang akan menjemput nya. Zhafira sengaja tak melepas masker dan jaketnya, ia ingin memberi kejutan untuk Anisa. Zhafira mendekat di pegangnya bahu Anisa, Anisa mengamati lalu ia tau jika itu adalah Zhafira sahabatnya.
" Zhafira..." Zhafira langsung tertawa ternyata penyamaran nya di kenali oleh Anisa.
" kamu mengenaliku Anisa". Anisa langsung berdiri memeluk Zhafira.
" kita itu hampir empat tahun bersama Zhafira pastilah aku mengenalimu, bahkan bau kentutmu saja aku ingat". Zhafira tertawa.
" iya ya kita udah lama banget bersama, dan kamu pun tak mau jauh dari ku sampai menyusul ke sini". Anisa menutup mulutnya tertawa.
" entahlah aku nyaman bersamamu Zhafira, waktu kamu memberi kabar jika ada lowongan dimana kamu mengajar aku langsung izin sama Abi. Alhamdulillah Abi mengizinkan ku, aku senang sekali Zhafira.". mereka berbincang sebentar.
" sudah siang yuk kita pulang Anisa, umi sudah masak aku juga sudah lapar".
" MasyaAlloh Zhafira begitu baik umimu ya".
" yah begitulah umi paling the best". Zhafira terkekeh sembari berjalan mendekati motor nya di berikan nya helm untuk Anisa.
" pakai biar kita tak kena tilang". Anisa mengacungkan jempolnya.
Zhafira mengendarai motor dengan begitu pelan, tiba-tiba ia melihat ada wanita yang di ganggu oleh preman. Zhafira berhenti ia tak tega melihat gadis itu di ganggu.
" kenapa berhenti zhafira". tanya Anisa.
" sebentar ya aku mau menolong dia." ucap Zhafira ia melepas helmnya lalu mendekati wanita itu.
" Zhafira mereka preman kamu jangan ngadi-ngadi mau lawan mereka". ucap Anisa ia takut.
" kasihan dia Anisa, kita melihatnya apa kita tak akan menolongnya". ucap Zhafira ia terus berjalan.
" kenapa kalian ganggu gadis itu". ucap Zhafira lantang.
" kamu lagi rupanya masih ingin jadi jagoan". kata preman tadi yang masih menghadang gadis cantik itu.
" bukan jadi jagoan bang, masa Abang ngga malu sama gadis seperti itu. ia tak pantas Abang ganggu, sudah pergi".
" Aku penasaran sama kamu, ayo lawan kita berdua".
" Abang tak malu aku perempuan Lo, jika aku yang menang gimana".
" ah banyak bac** lu". preman itu menyerang Zhafira, dengan ilmu yang pernah ia pelajari Zhafira melawan kedua preman.
bug..bug..
Anisa meringis melihat Zhafira memukul kedua preman itu, gadis tadi Anisa ajak untuk minggir. Tak sedikit pun Zhafira tersentuh dengan preman itu, namun preman jatuh terpental Zhafira menendangnya.
" masih mau lagi bang". preman itu lalu menangkupkan tangannya ia pergi membawa motor nya. mereka minta ampun.
" jangan ganggu orang lagi ya bang, jika masih Zhafira akan jebloskan Abang ke penjara".
" jangan neng jangan kita minta maaf". preman itu lalu pergi. Zhafira mengibaskan bajunya yang sedikit kotor.
" Zhafira bener itu kamu.." Anisa heran. Zhafira tak pedulikan kata-kata Anisa ia mendekati wanita tadi.
" kamu tidak apa-apa dek". tanya Zhafira melihat ke arah wanita tadi.
" Alhamdulillah kak, terima kasih ya kak bantuannya".
" sama-sama sudah menjadi kewajiban kita jika kita melihat kejahatan, kamu mau kemana". tanya Zhafira.
" mau pulang kak tapi kesasar sampai kesini, tadi mau ke toilet situ makanya berhenti sebentar tapi di hadang sama kedua preman tadi". ia menjelaskan panjang lebar.
" rumahmu mana dek".
" kota punggawa kak". jawab gadis cantik itu.
" aku Zhafira ".
" Farah kak".
" Anisa". Farah mengangguk senang ia selamat dari gangguan preman.
" mampir ke rumah kakak dulu yuk sembari makan siang". ucap Zhafira.
" tapi kak". Farah garuk-garuk kepala.
" ayolah sebagai balas budimu pada kami makanlah di rumah umi". Farah tersenyum, balas Budi yang menyenangkan juga mengenyangkan.
" yuk aku juga baru datang dan lapar, aku yakin kamu juga pasti lapar". Farah berfikir mau menolak ia tak enak. akhirnya faraah mengangguk ia mengikuti Zhafira dan Anisa dari belakang, Farah menaiki mobilnya.
umi sudah berada di depan ia menyambut teman Zhafira dengan senang hati, namun umi terkejut bukan satu teman tapi Zhafira bawa dua teman. ketiganya mencium tangan umi dan umi langsung membawanya ke meja makan.
" ini Anisa umi yang Zhafira ceritakan kalau ini Farah tadi baru bertemu di depan". .. keduanya tersenyum umi balas dengan senyuman dan melihat jika Farah adalah anak yang baik.
" ayo kita makan dulu ngobrol nya di lanjut nanti". ucap umi.
" Abah mi"
" abah masih ngajar ia belum bisa pulang katanya mau makan di kantin saja ngga keburu jika harus pulang". Zhafira mengangguk kan kepalanya.
Farah terlihat senang meski mereka baru ia kenal tapi sangat baik apalagi sambutan dari umi yang hangat membuat Farah terenyuh hatinya. Farah melahap makanan nya, ia sangat menyukai masakan umi hingga tak sadar ia nambah.
" makan yang banyak nak Anisa, nak Farah" ucap umi sembari menyendokkan nasi ke piring Anisa agar nambah.
" sudah umi nanti Anisa kekenyangan".
" tak apa langsung tidur jika kenyang akan berasa nyenyak". Anisa tertawa uminya Zhafira bisa bercanda juga.
Mereka menyelesaikan makannya dan bersama-sama mencuci piringnya di dapur.
" biar aku saja Farah kalian ini kan tamu" ucap Zhafira..
" tak apa kak, Farah biasa bantu bunda di rumah".
" MasyaAlloh memang begitu seharusnya Farah membantu umi sembari belajar."
" iya kak". duduk di ruang keluarga adalah tempat ternyaman, meski tak seluas di dalam rumah milik ayah Farah.
" oh ya sebenarnya Farah tadi mau kemana". tanya Zhafira.
" Farah dari kampus kak mau pulang, "
" kuliah di mana dek". tanya Zhafira.
" di universitas Gunadarma kak". ucap Farah.
" oh ambil jurusan apa"
" psikologi..."
" MasyaAlloh semoga sukses ya dek, sudah semester berapa Farah".
" baru saja masuk kak, Farah masih mulai awal makanya belum hafal betul jalannya" ucap Farah mereka sedang duduk di ruang keluarga berbincang.
" lain kali jika melintas ke sini Farah mampir ya hubungi kakak, simpan nomor kakak". Zhafira duduk di samping Farah.
" insyaAlloh kak, terima kasih banyak atas pertolongan kakak. Farah ngga nyangka kakak hebat, kalau dilihat kakak ini lembut tak ada yang menyangka kakak sehebat tadi".
" jangan di perbincangkan Farah, kakak hanya mempraktekkan ilmu yang kakak dapat selama belajar". Zhafira tersenyum mereka berbincang panjang lebar.
" maaf kak karena hari sudah sore, Farah takut nanti bunda khawatir Farah belum pulang. Farah pamit sekali lagi terimakasih kak Zhafira dan kak Anisa".
" hati-hati ya Farah,". Farah mengangguk kemudian iapun pamit dengan umi nya Zhafira.
Lambaian tangan Zhafira sematkan untuk Farah, setelah mobil tidak terlihat Zhafira dan Anisa masuk ke kamar untuk beristirahat.
_______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments