Bab 17 #langit

Sebelum tidur seperti biasa Fatih menatap langit seolah ia bisa menatap Zhafira dengan lekat. Fatih menghendus lemah sampai detik ini ia tak bisa bertemu dengan Zhafira. Entah ia bisa bersamanya dengan janji Zhafira akan menunggu nya atau Zhafira sudah lupa dengan janjinya.

" Besok kita pergi". Azka dari belakang menepuk bahu Fatih yang masih menatap langit. malam ini langit terlihat indah, banyak bintang yang bertaburan seolah ia menyambut dia Fatih yang setiap malam ia lantunkan.

" Kita bisa sampai ke titik ini Azka, tapi aku belum puas aku belum bertemu Zhafira hampir empat tahun lamanya". ucap Fatih lesu.

" kamu itu seorang Fatih, yang aku liat Fatih Elsirazi itu tak pernah lemah ia kuat". Azka mengingat hari-harinya dulu bersama Fatih, Fatih selalu giat berlatih ia tak pernah lemah.

" entahlah Azka aku sudah ada di titik kepasrahan"

" isshhh.... Fatih pasrah boleh tapi jangan menyerah, tentara itu tak boleh menyerah membunuh atau di bunuh sampai titik darah penghabisan." Fatih tersenyum ia senang melihat Azka kini ia lebih punya semangat daripada dirinya.

" Okey terima kasih nasihatnya kita besok akan berangkat menjadi tentara sesungguhnya".

" Jangan lama-lama nikahnya Fatih nanti aku juga jadi lama nikah bisa-bisa karatan".

" la apa hubungannya kamu kalau mau nikah ya nikah aja, kenapa harus tunggu aku". ucap Fatih ia berdiri akan masuk ke kamar.

" Aku tak akan menikah sebelum kamu menikah itu janjiku".

" ngga boleh gitu Azka, jika sudah dekat dengan jodohnya tak usah lama-lama. aku tak akan merana melihatnya mu menikah duluan". Azka terkekeh.

" tak tak... aku tak mau melihat sahabatku sedih, kamu pasti nangis guling-guling melihatku menikah duluan." Fatih tertawa.

" tak akan Azka menikah lah jika kamu sudah bertemu pujaan hatimu, aku tak perlu kau tunggu. lagian belum jelas juga siapa jodoh yang di siapkan Allah untuk kita. kamu tau yang paling jelas dalam hidup kita itu apa azka". tanya Fatih membuat azka berfikir penasaran.

" apa Fatih.." Azka sembari berfikir bertanya kepada Fatih.

" KEMATIAN ". Azka langsung bergidik.

" apaan sih Fatih kamu ngomongnya bikin aku merinding". Azka menutup dirinya dengan selimut hingga ke kepala.

" Kematian itu memang paling jelas Azka kepada siapapun yang bernyawa, tak terkecuali kita".

" aduh Fatih aku mau tidur, " Fatih terkekeh, Azka masih punya rasa takut padahal ia itu tentara yang mempertaruhkan nyawanya.

" jangan lupa berdoa Azka siapa tau besok kamu gak bisa bangun alias..."

" Fatih..." bentak Azka, lalu Azka berdoa sebelum tidur. Fatih tertawa ia terus berdzikir hingga ia terlelap.

_

Zhafira masuk ke kamar setelah ia lama menatap langit di luar. Belum ada titik terang mengenai Fatih, sebenarnya syahdan itu kriteria yang selalu di impikan oleh semua wanita. ia tampan, Soleh, berpendidikan tapi tidak dengan Zhafira ia tak ingin mengingkari janjinya. Tapi Zhafira juga bingung selama empat tahun lamanya Fatih tak pernah menemuinya ataupun ke rumahnya. Kini ia sudah lulus Fatih pun tak mendatanginya.

" langit sampaikan salam ku untuk nya, bawalah kemanapun angin bertiup agar engkau bisa menyampaikan pesanku ini. bilang padanya aku masih menunggu nya." gumam zhafira lirih.

Zhafira mendapat pesan dari temannya yang dulu satu pesantren dengannya bahwa ia akan mengajukan lamaran ke madrasah di mana sekarang Zhafira mengajar. Zhafira senang ia ada teman dekat lagi, semenjak ia pulang Zhafira tak memiliki teman yang paling dekat.

Pagi menjelang Zhafira sudah siap untuk berangkat mengajar, ia keluarkan motor maticnya. Zhafira berangkat selalu pagi setelah ia sarapan pagi. Syahdan juga terlihat sudah sampai di madrasah ia melihat Zhafira turun dari motornya. syahdan ini laki-laki yang sedikit pemalu, ia sebenarnya ingin bicara dengan Zhafira tapi ia tak berani karena Zhafira anaknya yang pendiam dan tertutup. jika kumpul dengan para guru pun Zhafira hanya pendiam mendengarkan.

" assalamu'alaikum". sapa syahdan ketika bertemu dengan Zhafira.

" wa'alaikumsalam" hanya itu jawaban Zhafira ia berlalu masuk ke kantor.

" ya Allah jantungku berdetak kencang banget, MasyaAlloh Engkau ciptakan begitu sempurnanya Zhafira di mataku ya Allah. cantik dan saliha semoga khitbah ku diterimanya. Mungkin jika Zhafira bukan orang yang aku khitbah tak akan lama aku menunggu nya begini." gumam syahdan ia masih berdiri menetralkan jantungnya.

Setelah sudah cukup membaik syahdan kemudian masuk ke kantor, menyiapkan buku yang akan ia pakai untuk mengajar. tak sekalipun Zhafira menoleh ke arahnya, ia sangat menundukkan pandangan dengan lawan jenis.

Saat bel tanda masuk berbunyi Zhafira langsung masuk ke kelas, tapi tidak dengan syahdan ia nanti jam kedua di kelasnya Zhafira. syahdan sedang sibuk menulis latihan ulangan untuk anak-anak.

" ustadz gimana sudah di khitbah belum". tanya ustadz Zaky.

" aku sudah kalah cepat". syahdan menahan tawanya supaya tak terlihat ustadz Zaky.

" tuh kan ustadz apa saya bilang, pasti Zhafira sudah ada yang mengkhitbah nya. coba ustadz gerak cepat, sayang banget ustadz syahdan lelet". Zaky memukulkan buku yang ada di tangannya ke meja.

" yah kalau jodoh tak akan kemana ustadz".

" tapi kita juga harus ikhtiar ustadz syahdan" ustadz Zaky berasa menyesal, padahal ustadz syahdan yang akan mengkhitbah tapi Zaky yang merasa kesal karena keduluan orang. ustadz Zaky ngga tau apa yang di maksud oleh syahdan, padahal yang mengkhitbah nya adalah abahnya.

" Orang mana ustadz bisa mengkhitbah ustadzah Zhafira, pasti bukan orang sembarangan ya. kita liat kan ustadzah Zhafira sangat menjaga pandangannya, tak pernah sekalipun dekat dengan kita jika tak ada yang penting". ustadz syahdan hanya mengedikkan bahunya.

Jam ustadzah Zhafira selesai dan ustadz syahdan yang akan masuk. mereka bertemu sebentar keduanya saling bertatapan, Zhafira langsung menunduk dan pergi. ustadz syahdan masih saja berdesir hatinya, rasanya ingin copot jantungnya.

Zhafira hari ini izin untuk pulang pagi karena ia akan menjemput Anisa di terminal. Ustadz syahdan yang akan menggantikan jamnya ustadzah Zhafira.

" tak ada yang bisa mengisi di jam ini ustadzah Zhafira kecuali ustadz syahdan". ucap kepala sekolah.

" baik ustadz saya akan menemui ustadz syahdan, karena teman saya sudah menunggu" Zhafira berjalan mencari ustadz syahdan yang kebetulan ia juga sudah selesai mengajar.

" Afwan ustadz, saya ada perlu dengan ustadz".

" oh ya silahkan ustadzah". syahdan udah senang ia mengira khitbah abinya akan terjawab, berharap Zhafira menerimanya.

" saya ada perlu mau menjemput teman saya ke terminal, saya sudah mencari guru tapi semua ada jam hanya ustadz kata kepala sekolah yang kosong. Afwan ustadz bisakah saya minta tolong ustadz menggantikan saya di kelas abu bakar".

" baik ustadzah jam saya kosong, akan saya gantikan ustadzah".

" jazakillah Khair ustadz, saya permisi". Zhafira masih menunduk ia tak ingin bertatapan langsung dengan syahdan.

" waiyyaki ustadzah". syahdan juga membungkukkan dirinya.

Di ajak bicara saja syahdan sudah senangnya MasyaAlloh, andaikan bisa di lihat ada kupu-kupu yang bertebaran di hati syahdan.

____

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!