Zhafira senang kini ia sudah lulus dan saatnya pulang ke rumah, berharap Fatih akan mendatangi nya nanti. Ia sudah selesai mengenyam pendidikan nya menjadi hafidz seperti yang ia inginkan, kini Zhafira mengajar di madrasah milik saudaranya.
" ustadzah Zhafira bisa minta tolong simak hafalan saya". ucap putri murid Zhafira.
" jangan panggil saya ustadzah panggil ibu guru saja".
" kenapa bisa begitu, ustadzah kan seorang hafidzah sudah sepantasnya di panggil ustadzah".
" maaf saya belum pantas ilmu saya masih sedikit, panggil ibu guru saja ya. saya lebih suka panggilan itu".
" oh baiklah ibu guru". Zhafira menyimak hafalan putri mereka duduk di bawah pohon yang rindang.
Syahdan memperhatikan Zhafira sejak tadi, ia sepertinya mengagumi sosok Zhafira. Zhafira wanita yang sangat lembut, ia sangat sopan dan hormat. ia tidak sombong meskipun ia adalah anak ustadz dan sudah menjadi Hafizah. Syahdan bergetar setiap kali melihat Zhafira, syahdan adalah ahli fiqih yang mengajar di madrasah ia salah satu anak dari pemilik madrasah.
" ustadz sedang apa". syahdan gelagapan saat Zaky menepuk pundaknya.
" astaghfirullah ustadz Zaky mengagetkan syahdan saja".
" habisnya ustadz memandang ke arah sana terus, saya lewat ustadz tak peduli. khitbah dia ustadz sebelum ada yang mengkhitbah nya nanti saya bantu ngomong ke abinya". ucap ustadz Zaky.
" apa sih ustadz ini, udah yuk masuk".
" dari pada menumpuk dosa memandang yang tidak halal lebih baik ustadz halalkan". ustadz Zaky mengompori biar meleduk kompornya.
" aduh ustadz Zaky kenapa tak ustadz saja".
" eh mana mau neng Zhafira sama saya, saya juga ngaca ustadz kalau ustadz pasti sangat cocok. ustadz tampan dan juga berkarisma apalagi putra dari salah satu pemilik madrasah ini".
" Hus jangan bawa-bawa Abah ustadz Zaky, meskipun aku anak Abah tapi aku tak mau membesarkan namaku pakai nama Abah" .
" ih keren mah ustadz aku salut , top ustadz syahdan ayo khitbah saya dukung". syahdan malu ia memalingkan wajahnya lalu berjalan menuju kantor.
" Bacaan sudah benar hanya panjang pendek nya saja lalu makhrojul hurufnya di benerin ya putri, sudah bagus semuanya. kamu boleh menambah hafalan nanti tinggal memfasihkan makhrojul hurufnya". ucap Zhafira setelah menyimak hafalan putri.
" Alhamdulillah terima kasih Bu guru". putri lalu kembali' ke kelas. Zhafira masuk ke dalam kantor.
" ehemmm..." ustadz Zaky berdehem ia ingin Syahdan gerak cepat untuk mengkhitbah Zhafira.
" keselek apa ustadz". ucap Arkan guru Qur'an hadis.
" keselek kurma".
" mana kurmanya makanya di bagi jangan di makan sendiri".
" noh ustadz syahdan yang membawanya".
Zhafira tak tertarik dengan gurauan para guru laki-laki, ia fokus membuka bukunya. Zhafira sangat menundukkan pandangan terhadap laki-laki itu membuat Syahdan begitu mengagumi Zhafira.
" ustadzah Zhafira mau kurma dari ustadz syahdan". syahdan malu ia menutup wajahnya.
" terima kasih ustadz". Zhafira menolak ia permisi akan masuk ke dalam kelas.
" beuh MasyaAlloh seperti bidadari, senyumnya". ..
" istighfar ustadz sebentar lagi ustadz Zaky mau menikah". ustadz nyengir seakan ia lupa bisa-bisa Siti marah.
" saya peringatkan sekali lagi ya ustadz jangan lama-lama takut ada yang ngekeep duluan".
Syahdan sampai di rumah gusar ia bolak balik jalan di dalam kamar ke kiri ke kanan. Ucapan ustadz Zaky benar-benar meresahkan, bikin syahdan tidur tak nyenyak makan tak enak.
" aku harus bagaimana ya, apa bilang ke Abah saja". ucap syahdan pada cermin.
" ah aku malu sama Abah, tapi gimana yang di bilang ustadz Zaky bisa-bisa keduluan orang". syahdan lalu keluar mencari abahnya.
" umi di mana Abah". tanya syahdan.
" Abah lagi ngajar santri, ada apa syahdan ".
" ngga umi nanti saja" . syahdan kembali masuk ke kamar.
Di sini syahdan resah ia bersiasat bagaimana untuk mengkhitbah Zhafira.
Zhafira resah menunggu Fatih dengan janjinya.
Fatih resah bagaimana ia bisa bertemu Zhafira kembali.
hmmm penulis garuk-garuk kepala.
Zhafira sedang membantu umi memasak di dapur, untuk makan malam. Ia senang memasak sejak dulu hingga sekarang.
" nak bagaimana mengajarmu di madrasah". tanya umi sembari mengiris bawang.
" Alhamdulillah Zhafira senang umi".
" syukurlah kalau begitu, umi khawatir kamu tak suka".
Makan malam keluarga Zhafira, hanya Zhafira dan keluarganya. Zhafira punya adik tapi sedang sekolah juga ke pesantren.
" nak Abi mau bicara padamu setelah makan malam ya,".
" iya Abi". mereka menyelesaikan makan malamnya lalu duduk di ruang tengah. seperti biasa mengobrol sejenak, Abi memang sengaja tidak mengajar malam ini Karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Zhafira.
" Zhafira kamu sudsh lulus dan umurmu juga sudah cukup untuk menikah nak. tadi Abah di temui oleh kiyai Rohman, ia mengkhitbah mu nak untuk syahdan putranya".
deg dada Zhafira mulai bergemuruh ia tak berani menolak tapi ia juga tak ingin menerima. Syahdan memang anak kiyai ia pintar juga tampan, namun Zhafira sedang menunggu Fatih.
" katakan pada Abi apa ada laki-laki yang sudah mengkhitbah mu".
" maaf Abah dulu ada laki-laki yang mau menemui Zhafira jika ia sudah meraih cita-cita nya dan Zhafira katakan jika Zhafira akan menunggu nya".
" siapa nak, tapi hingga sekarang ia tak pernah ke sini sama sekali sekedar mengatakan nya sama Abi". Zhafira menunduk benar yang Abi katakan Fatih belum pernah bertemu abinya. Zhafira pun tak tau di mana rumah Fatih, apa dia tak pernah pulang untuk sekedar datang.
" abi beri waktu enam bulan nak, jika ia tak datang juga kamu harus menerima khitbah kiyai Rohman". dada Zhafira serasa sesak dan sakit. seandainya sebelum berangkat ia bisa menghubungi Fatih tak akan seperti ini kejadian nya. Zhafira hanya bisa mengangguk, syahdan lelaki yang Soleh dan juga baik sudah sepantasnya ia tak menolak apalagi itu anaknya kiyai Rohman Abi nya pasti tak berani menolak.
" ya sudah coba kamu hubungi dia lebih dulu" Zhafira menggeleng.
" kenapa kamu tak bisa menghubungi nya".
" Zhafira tak tau tempat tinggalnya Abi, dulu Zhafira hanya bertemu saat paskibraka". abinya terkejut, Abi mengira hanya laki-laki terdekat. bahkan kini Zhafira tak tau alamat orang yang akan mengkhitbahnya.
" jika ia serius terhadap mu ia pasti akan datang nak, apakah jika ia melanjutkan sekolah lagi kini seharusnya ia sudah akan selesai. Abi menunggu hingga waktu yang telah Abi tentukan, jika tidak kamu harus menikah dengan syahdan. ia anak yang baik nak tak boleh menolak lamaran dari orang Soleh seperti syahdan".
" baik Abi". Zhafira tak berani menolak abinya. ia lalu pamit ke kamarnya, Zhafira terasa sesak dadanya ia menangis. memendam rasa yang begitu lama tak bisa ia ungkapkan, bahkan setelaj lulus ia tak pernah bertemu dengan fatih atau sekdar Fatih menemui orang tuanya.
" di mana kamu kak Fatih...
______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments