CINTA MENEMBUS WAKTU
Ashura mendaratkan kaki ke Bandara International Beijing setelah 7 jam lebih terbang dari Jakarta ke Beijing untuk ikuti pertandingan wushu antar mahasiswa mancanegara. Ashura beserta dua rekan terpilih ikuti kejuaraan ini. Hastomo dan Liem adalah teman Ashura yang terdaftar ikuti langkah Ashura mencoba keberuntungan di pertandingan persahabatan antar mahasiswa seluruh negara dunia.
Liem dan Hastomo terlihat senang dapat datang ke negara tirai bambu yang sekarang menjadi pusat perekonomian dunia. Negara ini mengalami kemajuan pesat sejak membuka tirai bambu menjalin hubungan dengan negara negara dunia. Gedung gedung pencakar langit menjulang angkuh menandai kemakmuran negara itu.
Ketiga anak muda ini tak dapat menyembunyikan rasa kagum pada kemajuan negara raksasa ini. Lingkungan juga bersih dan adem. Wajah penduduk juga ramah. Ketiga remaja ini merasa nyaman walau buta soal budaya negara tirai bambu itu.
Ashura lebih lumayan bisa ngerti bahasa mandarin walau tak fasih. Mamanya sering ajar Ashura bahasa sang mama agar suatu saat Ashura jalan jalan ke kampung sang mama bisa paham bahasa mandarin. Liem dan Hastomo samasekali tak ngerti sedikitpun.
Ketiga remaja ini disambut oleh mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di RRC. Ada dua anak laki berwajah oriental mengangkat nama mereka sambut melambai. LIem langsung kenal kedua anak laki itu karena masih termasuk keluarganya.
"Hai..sini!" seru salah satu anak laki itu dengan suara keras.
"Itu mereka!" Liem mengiringi Hastomo dan Ashura menuju ke arah penjeput mereka.
"Selamat datang ke negara Panda. Aku Leo dan ini Dandy." Leo mengulurkan tangan menyambut ketiga petarung yang bakal bertanding wakili Indonesia.
"Aku Hastomo..ini Liem dan Ashura." Hastomo menyambut uluran tangan Leo dengan hangat.
Leo tersenyum melirik Ashura yang cantik jelita."Liem kan sepupuku. Sudah hampir dua tahun kita tak jumpa. Apa kabar om dan tante?"
"Sehat. Mamamu ada kirim rendang jengkol kesukaanmu. Dibungkus berlapis lapis biar baunya tak ganggu orang."
Semua tertawa dengar Leo doyan jengkol. Bau jengkol yang khas memang sangat mengganggu bagi yang tak suka. Bagi pencinta jengkol bau itu malah menambah nafsu makan.
"Ternyata angin kentut panda tak hilangkan selera orang kampung pencinta jengkol." olok Dandy buat suasana tambah relax.
"Kalian tak tahu rasa jengkol yang sangat nikmat. Lebih nikmat dari lobster. Cobalah rasa! Ntar kita makan di rumah. Ayo kita pulang!" ajak Leo sambil meraih koper Ashura. Leo mau perlihatkan sisi gentle dia sebagai cowok.
"Emang kita mau tinggal di mana?" tanya Hastomo penasaran.
"Untuk sementara kalian nginap di tempat kost kami dulu. Besok kami antar ke mess tempat kumpul para atlit. Ashura tak keberatan kumpul sama kami kan? Yakin kami pejantan manis. Tidak neko neko." sahut Leo berusaha manis.
"Tak masalah. Aku percaya pada kalian. Oya aku pingin banget main ke forbidden city. Apa jauh dari sini?" Ashura menyahut tak kalah manis.
"Tak terlalu jauh sih! Cuma apa kalian tak capek? Gimana besok saja." tawar Leo
"Bukankah besok kami sudah harus masuk mess? Mana bisa keluar lagi. Siap tanding juga langsung pulang."
Leo memandang Liem dan Hastomo minta pendapat permintaan Ashura. Kedua cowok itu juga tak dapat beri pendapat. Kalau sudah masuk mess tidak mungkin mereka bisa bebas. Pelatih mereka pasti akan paksa mereka berlatih jelang pertandingan. Pelatih mereka udah duluan datang untuk membereskan segala prosedur agar anak anak tiba semua sudah teratasi.
"Ash..kau yakin masih mampu jalan?" tanya Liem lembut
"Jalan ya bisa. Emang gue cacat?" ketus Ashura membuat semua tersenyum. Liem sudah salah beri pertanyaan. Pantes Ashura jadi ketus.
"Sori..maksud gue apa tak capek? Kita bisa datang setelah pertandingan selesai. Pak Wongso pasti akan ijinkan kita jalan jalan. Dia kan tahu kita tak mungkin pulang tanpa bawa kenangan indah."
"Itu kalau kita menang. Kalau kalah pasti diseret pulang kayak kuda kalah lomba." rengut Ashura tetap kekeh pingin ke tempat wisata terkenal sampai ke seluruh dunia itu.
"Okelah kalau kamu berkeras mau pergi! Aku mau istirahat saja. Mungkin Leo dan Dandy mau kawal Ash pergi jalan jalan. Siapa tahu dia ketemu raja ganteng mau peristeri gadis bertangan besi." ujar Liem tak mau berdebat dengan gadis berkepala batu macam Ashura.
"Gini saja. Dandy antar Liem dan Hastomo biar kuantar Ashura jalan jalan ke Forbidden City. Kalian langsung pulang ke apartemen kami. " Leo ambil jalan bijak yang bisa senangkan teman baru mereka.
"Aku ikut jalan jalan sama Ashura dan Leo. Ini kesempatan bagus bisa lihat kota terlarang." Hastomo memilih ikut Ashura daripada ikut Liem pulang kostan Leo.
"Gak asyik..ya sudah kita pergi bersama! Tapi janji jangan lama! Aku pernah dengar cerita seram dari nenekku kalau ada orang nyasar di kota itu dan hilang. Sampai sekarang gak ketemu. Katanya diculik penghuni kota terlarang." Liem takuti Ashura agar batalkan niat ngelayap begitu tiba di negara panda ini.
"Penghuni sono tak suka padaku. Katanya gue judes suka gampar laki asal cuap. Apalagi cowok pengarang kisah bebas. Harus dibasmi." kata Ashura dengan gaya yakin akan hajar orang bikin cerita palsu.
"Pantes kau tak punya pacar Ash..salah omong wajah pindah belakang." Liem bergidik membayangkan tinju Ashura tak kalah sama cowok. Di kampus mana ada laki berani ganggu Ashura walau dia cantik. Ashura tak ada sifat feminim sedikitpun. Bahkan cowok pun kalah darinya soal ilmu bela diri.
"Makanya punya mulut dibawa kuliah biar tahu cara omong yang baik. Kapan kita berangkat? Ntar sudah malam pula." Ashura sudah tak sabar ingin melihat peninggalan bersejarah yang sangat terkenal itu.
Liem tahu Ashura sedang kesal padanya karena tak mau kerja sama ajak dia main ke tempat yang diidamkan sejak dulu. Liem memilih bungkam ikuti selera gadis muda ini. Ashura satu satunya gadis di situ jadi pantas dimanja dikit. Manalagi Ashura punya tampang sangat menarik perpaduan antara oriental dan bule.Bibir Ashura saja mampu menggoda setiap laki ingin ********** dalam dalam.
"Ok deh! Kita berangkat ke Forbidden City. Tapi janji takkan lama ya. Aku diberi tanggung jawab jaga kalian sebelum masuk mess. Aku harus rawat kalian bayi bayi tua." ujar Leo melangkah duluan ke arah parkiran mobil.
Yang lain ikut dari belakang tanpa komentar lagi. Ashura paling puas karena niatnya dipenuhi teman baru penuh pengertian macam Leo. Mata gadis ini bersinar terang tanda puas.
Leo menjalankan mobil setelah koper koper berpindah ke bagasi belakang. Ashura duduk di depan bersama Leo yang bertindak sebagai supir. Mata indah Ashura jelatan menatap bangunan pencakar langit aneka model. Sungguh pemandangan mengagumkan memanjakan mata.
"Apa kalian betah tinggal di sini?"tanya Ashura pada Leo dan Dandy.
"Yang namanya menuntut ilmu ya harus sabar. Gimanapun tetap enakan di kampung sendiri. Ada keluarga sendiri dan teman teman satu geng." sahut Leo mengenang orang tua di tanah air.
"Iya..paling nyaman bersama keluarga. Apa kalian tak punya teman di sini?"
"Punya dong! Cuma kadang kultur kita tetap beda. Pergaulan sini lumayan bebas. Pacaran saja boleh tinggal serumah tanpa ikatan perkawinan. Tapi tak semua gitu. Ada juga yang masih kolot. Itu biasa dari keluarga pedesaan."
Asura mangut mangut dengar penjelasan Leo."Sebenarnya di mana saja sama. Apa di Jakarta tidak gitu? Kan ada juga yang kumpul kambing."
"Kumpul kebo non..kok jadi kambing?" sanggah Liem karena istilah Ashura tak tepat sasaran.
"Kebo kegedean untuk orang timur. Orang timur postur tubuh mungil tak cocok disebut kebo. Mending kambing..pasti kambing bandot." Ashura tak mau kalah melawan Liem.
Semua tertawa dengar debatan Ashura dan Liem yang lucu. Keduanya tak pernah akur kalau berdebat. Ada saja ulah Liem buat Ashura kesal. Liem suka sekali goda Ashura yang berdarah panas. Mereka kuliah di universitas sama tapi beda jurusan. Liem ambil jurusan teknik sipil sedangkan Ashura ambil jurusan agro teknologi. Hastomo mahasiswa jurusan ekonomi. Mereka sering bertemu karena latihan bersama. Mereka adalah atlet wushu yang lumayan handal. Liem dan Hastomo sudah beberapa kali ikut kejuaraan international. Sedangkan Ashura hanya kejuaraan nasional namun Ashura lebih top di olahraga taekwando. Ashura suda beberapa kali ikut kejuaraan nasional maupun internasional. Ashura punya rekam jejak bagus di bidang bela diri ini.
"Ash..kayaknya energimu over dosis. Kok gk ada capeknya?" tanya Hastomo kagum melihat wajah Ashura tetap cerah tak perlihatkan rasa lelah walau telah lama lakukan perjalanana.
Ashura melempar senyum lucu pada Hastomo."Aku telah bertapa selama sebulan agar tetap fit walau berada di kampung orang. Lain dengan tetanggaku yang lebih banyak keloni kucing garong. Saking banyak kucingnya ampe capek sendiri."
"Tetangga??? Siapa? Apa kami kenal tetanggamu." tanya Hastomo sok lugu.
"Kenal juga. Orangnya usil bin songong. Selalu narsis sok cakep. Tapi kata mbok Yem tetanggaku tuh letoy! Susah bangun pagi, malas mandi, dan malas sikat gigi."
Hastomo langsung tahu siapa yang dimaksud Ashura. Tak urung Hastomo terkekeh dengar ada orang segitu malas. Liem yang merasa tersindir memasang muka masam. Liem tak mau menyahut kata kata Ashura karena tahu pasti akan permalu diri sendiri. Rumah Ashura dan rumah Liem berdempetan. Semua kegiatan keduanya terekam jelas di wajah masing masing. Ashura sangat hafal tabiat buruk Liem begitu juga sebaliknya.
"Apa tetanggamu itu suka puji diri sendiri keren?" pancing Leo tahu siapa sosok dalam obrolan Ashura.
"Betul..Leo juga kenal orang stress edisi terbaru ya. Nyatanya kondang toh!" sindir Ashura senang Liem mati kutu.
"Kok laler berdengung terusan ya! Mungkin ketelan banyak sampah." ucap Liem mulai terpancing.
"Laler dengung karena lihat ada sampah bau busuk. Apa mau didekati gk iya. Kayaknya laler berat hati cium bau busuk."
"Kau..." desah Liem jengkel digoda terus oleh Ashura. Ashura melelet lidah buat Liem mendengus kasar.
Yang lain hanya tertawa kecil melihat dua musuh buyutan saling serang. Hastomo sudah terbiasa hadapi kekonyolan dua insan paling songong itu. Tiap hari bertengkar tanpa lihat tempat. Nyatanya di luar negeri juga masih terbawa sifat buruk dua musuh ini.
"Oya apa kalian tak lapar?" Tanya Dandy alihkan pembicaraan biar suasana tak panas lagi.
"Sudah makan di pesawat tadi." sahut Ashura.
"Makan sekutil gitu bisa kenyang? Makananmu tak habis. Kau pasti lapar..cewek gembul macam kamu tak lapar?"sanggah Liem cepat.
"Cie cie..nyatanya perhatian toh! Mulut marahan tapi hati tersimpan sejuta puisi indah." olok Leo melihat Liem perhatian pada Ashura. Mereka selalu bertengkar tapi Liem tetap perhatian pada musuh tersayang itu.
"Puisi sejuta ******. Busuk amat niat ente mau gue jadi gentong lemak. Biar ada bahan baru dalam topik perang kita? Gak usah mimpi lihat gue terbalut segunung lemak." Ashura berkelit dengan kesal.
"Stop bertengkar. Kita sedang berlibur sesaat. Nikmati dulu pemandangan kota Beijing. Ntar kalian boleh lanjut." lerai Leo tak biarkan Liem dan Ashura berdebat terusan.
Ashura membuang muka ke jendela mobil menahan diri agar jangan kesal lagi pada Liem. Liem tetap santai tak terpengaruh ocehan Ashura. Melayani Ashura bertengkar malah jadi hiburan buat Liem. Sehari tak bertengkar serasa ada yang kurang dari hidup. Seperti lauk tanpa rasa garam. Hambar. Ashura seperti magnet buat Liem. Selalu menarik Liem untuk dekat. Liem merasa Ashura merupakan bagian dari cerita hidupnya. Tetap harus muncul dalam suasana apapun.
Ashura si tomboy yang sangat cantik. Anak semata wayang keluarga kaya raya tetangga LIem. Liem yang mengawasi Ashura dari kecil hingga tumbuh jadi gadis menarik. Sifat keras Ashura membuat dia selalu menentang Liem. Ada saja ulahnya bikin Liem naik darah. Walau mereka tiap hari berseteru namun Liem sangat sayang pada Ashura. Liem selalu jaga Ashura walau tak disadari gadis berjiwa laki itu.
Waktu Ashura masuk kuliah Liem meminta gadis itu ambil jurusan akuntansi ataupun ekonomi agar gadis itu bisa santai kuliah. Namun cerita melenceng jauh dari harapan. Ashura dapat undangan kuliah di agro teknologi di universitas sama dengan Liem. Tanpa pikir panjang Ashura langsung terima tanpa test lagi. Ashura diterima murni karena kepinterannya. Di usia relatif muda Ashura sudah selesaikan kuliah tinggal wisuda saja. Liem duluan kuliah tapi selesainya hampir bersamaan. Ini membuktikan betapa licinnya otak gadis tomboy ini.
"Dia tertidur." bisik Leo melihat Ashura telat lelap dalam mimpi. Wajah manis itu tampak damai dan lugu tanpa sentuhan make up. Wajahnya demikian sempurna apa hasil operasi plastik? Leo memberi dugaan ini karena gadis sekarang selalu tampk cantik hasil olahan alat kecantikan juga operasi plastik. Yang pesek bisa jadi mancung bak dasun tunggal hidungnya."Apa dia cantik dari kecil?"
"Iya..waktu kecil lebih cantik. Dulu dia begitu manis dan patuh. Sudah gede seperti singa liar."sahut Liem mengenang Ashura kecil yang lucu.
"Artinya cantiknya dia alamiah ya! Sungguh beruntung cowoknya kelak. Cantik berprestasi." Leo melirik Ashura yang makin terbuai mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
Ashura wanita tangguh! aku suka..
Assalamualaikum wbt author. Singgah di sini meninggalkan jejak
2023-04-09
4
IndraAsya
👣👣👣 jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-03-23
2