Ashura mendengus tak senang ditegur kasim Du soal analisa kelakuan cabul sang raja. Semua orang takut pada sang raja. Semua kata raja adalah sabda tak boleh dibantah. Ashura ingatkan diri sendiri agar tak boleh lemah di hadapan sang raja.
Kasim Du mengantar Ashura sampai di satu kamar sangat indah dan besar. Dari jauh sudah tampak kemewahan kamar itu. Tak usah disebut Ashura tahu itu kamar sang raja muda.
"Yang Mulia..Puteri Shu Rong sudah datang."lapor kasim Du dengan gaya banci kalengan.
"Masuk.."terdengar jawaban dari dalam.
Kasim Du membuka pintu lebar lebar persilah Ashura masuk. Ashura berdoa dalam hati sebelum melangkahkan kaki ke kamar raja. Ashura berharap sang raja lagi kurang sehat jika perlu di sambar gledek dadakan biar koit.
"Yang Mulia..ini puteri Shu Rong!"
Sang raja duduk di bangku dipan dengan gaya rilex. Ada secangkir teh menemani raja itu plus sepiring kue yang belum pernah Ashura temui. Seperti kue sagu dicetak mirip bunga.
Ashura membungkuk hormat ikuti tata krama istana. Mata Ashura meneliti wajah raja yang memang mirip Liem sang musuh terindah. Cuma wajah raja agak kaku tak seperti Liem kocak.
"Salam Yang Mulia.." Ashura berkata dengan nada selembut salju.
"Hhhmm..kalian keluar semua!" kata Raja masih menatap tajam pada Ashura.
Ashura cepat cepat ambil langkah seribu begitu disuruh keluar. Syukur sekali diusir secara halus. Ternyata doa orang terzholimi sangat manjur.
"Permisi Yang Mulia.."Ashura mundur ke belakang menuju ke pintu.
"Siapa suruh kamu keluar? Kamu tetap di sini..yang lain keluar! Bekal tuan puteri tempatkan di ruang sebelah." perintah raja bikin perut Ashura tegang.
Ashura merutuk dalam hati salah sangka pikir raja ijinkan dia pergi bersama Kasim Du. Ternyata hanya Ayin dan kasim Du yang disuruh keluar.
Sial banget omel Ashura dalam hati. Raja sengaja usir orang orang itu supaya bisa berduaan dengannya. Ashura takkan gampang menyerah gitu saja. Enak saja mau belah duren tanpa kenal siapa orangnya. Jangan mentang raja bisa seenak dengkul.
Pintu kamar ditutup kasim Du yang paling ngerti kemauan sang raja. Tinggal raja dan Ashura saling membisu. Raja hanya menatap Ashura tanpa ada gelagat mau ajak gadis ini ngobrol. Ashurapun bertahan tak peduli seberapa dalam tatapan raja. Bodoh amat gitulah kira kira bahasa tubuh Ashura.
Ashura mematung biarkan kedua tangan jatuh ke samping. Sementara raja masih betah membisu menatap Ashura. Mata elang itu seakan ingin telanjangi Ashura lewat tatapan maut. Ashura pura pura tak lihat apapun.
Ashura mau tahu sampai berapa jam raja akan mengajaknya main bisu bisuan. Mungkin bisa jadi permainan baru menahan suara berjam jam. Kalau bersama Liem permainan ini takkan berhasil. Mereka pasti akan tengkar habis habisan seperti biasa.
"Kau tak capek berdiri?" akhirnya raja buka suara.
Ashura bersorak dalam bathin. Aku menang begitulah seruan Ashura. Pemenang tanpa piala.
"Oh tidak..mungkin hamba boleh kembali ke kamar untuk istirahat. Yang Mulia juga istirahat." kata Ashura sok manis.
"Kau tak mau tidur sini?"
"Aku tak biasa tidur berdua..hamba sering mimpi buruk. Dalam tidur bisa tendang dan tinju orang. Mungkin hamba lebih baik tidur di kamar lain." kilah Ashura mulai bersandiwara.
"Gitu ya! Kalau gitu aku akan minta kasim Du bawa tali. Kau takkan liar lagi."
"Tak usah Yang Mulia..hamba merasa seperti ayam mau dipotong. Hamba nyaman bisa tidur sendiri. Yang Mulia begitu berharga mana boleh sembarangan tidur dengan wanita dari istana buangan. Nama baik Yang Mulia akan ternoda."
"Oya?? Baru hari ini aku dengar ada wanita tak mau naik ranjangku. Kau tak mau jadi wanitaku?" tanya raja kalem.
"Bukan tak mau tapi hamba tak berharga. Masih banyak gadis anak pejabat bersedia naik ranjang Yang Mulia. Mereka cantik dan cerdas. Sedangkan hamba apa? Gadis jelek dan bodoh.." Ashura promosi keburukan sendiri dengan harapan sang raja termakan hasutannya.
"Kau tahu kenapa kau dijeput malam ini?"
"Dipanggil jadi pelayan?" Ashura masih bertahan pura pura bodoh.
"Kau lebih suka jadi pelayan daripada jadi wanitaku?"
"Bukan suka Yang Mulia..tapi hamba memang hanya cocok jadi pelayan."
Sang Raja angguk angguk berusaha maklumi keinginan Ashura bersedia jadi pelayan dari pada jadi wanita raja. Ashura makin menarik di mata raja. Konyol juga tak tahu diri. Diberi kesempatan jadi wanita terhormat tak mau malah pilih jadi pelayan. Raja akan ikuti permainan gadis ini sampai dia nyerah mau serahkan diri secara suka rela. Raja janji akan taklukkan gadis konyol ini.
"Baiklah! Kupenuhi keinginanmu. Mulai hari ini kau jadi pelayan pribadiku. Kau harus di sampingku seharian."
Ashura bersorak senang dibebaskan dari jadi selir raja. Ngak masalah jadi pelayan. Yang penting tak perlu temani sang raja di tempat tidur. Jadi yang lain bukan problem besar.
Ashura segera salami raja ucapkan terima kasih. Gadis ini lupa dengan siapa dia berhadapan. Raja dianggap konco biasa yang bisa di bawa canda. Fu Yen tertegun disalami gadis konyol ini.
"Buka cadarmu! Aku tak suka bicara dengan orang tanpa wajah."
"Jangan! Nanti Yang Mulia akan kaget." Ashura mundur menjauh dari raja.
"Buka sendiri atau aku yang bukakan!" bentak raja sedikit keras.
"Buka ya buka! Galak amat!" gerutu Ashura kesal. Memang raja sok berkuasa. Cadar saja jadi masalah. Ashura buka menurunkan cadar perlahan.
Fu Yen menahan nafas teringat wajah Ashura yang bak bidadari waktu pertama jumpa.
Begitu cadar terbuka Fu Yen melongo tolol karena wajah di hadapannya tak seperti bayangannya. Seraut wajah dengan tompel hitam menghiasi pipi. Fu Yen yakin wajah itu punya Ashura tapi malam itu beda. Malam itu wajah Ashura putih bersih tanpa noda. Cahaya remang lentera menerangi wajah cantik gadis pada malam itu.
"Kau puteri Shu Rong?"tanya Fu Yen belum yakin.
"Iya hamba Shu Rong. Dengan wajah begini mana pantas jadi wanita raja."
Fu Yen teringat pada kegigihan Fu Kuang inginkan gadis ini jadi permaisuri. Kelihatannya ada yang tak beres dengan penampilan gadis ini. Raja bukan orang tolol cepat beri reaksi negatif pada kejadian ini. Fu Kuang bukan orang bodoh mau nikahi gadis tanpa nilai lebih.
"Tak masalah..sejelek apapun kamu toh kamu masih gadis. Aku tetap terima kamu walau jelek."
"Yang Mulia..hamba ini tak hanya jelek wajah tapi juga jelek akal. Hamba suka buang angin sembarangan. Malas mandi dan pasti jorok. Lebih baik Yang Mulia pulangkan hamba ke istana dingin. Karakter hamba cocok jadi penghuni sana."
"Kau berlebihan puteri Shu Rong! Pokoknya sementara ini kau jadi pelayan pribadiku. Mulai malam ini kau tidur di sini." kata Fu Yen tak mau panjang lebar dengan gadis konyol macam Ashura. Seumur hidup Fu Yen baru kali ini jumpa ada orang tak mau dekat dengan raja.
Ashura belalakan mata mendengar kata Fu Yen. Tidur di situ sama saja umpan diri pada singa cabul.
"Hamba tidur di luar saja. Setiap saat hamba akan datang kalau yang mulia butuhkan hamba."
"Apa kau kira akan kuajak tidur bersamaku? Tidak..kau tidur di lantai.."
"What??"seru Ashura tanpa sadar. Bahasa inggris melunur gitu saja dari mulut mungil itu. "Tidur lantai? Apa tak dingin?"
"Pelayan memang harus siap hidup susah. Kau boleh pilih. Jadi wanitaku atau jadi pelayan."
"Jadi pelayan..tidur ya tidur!" rengut Ashura sambil monyongkan bibir. Fu Yen ingin tertawa lihat wajah kusut Ashura. Sudah jelek tambah jelek. Tapi Fu Yen tahan biar Ashura tak besar kepala. Ashura makin menarik di mata Raja Muda.
"Baiklah! Sekarang kau layani aku makan malam." kata Fu Yen tak peduli reaksi Ashura diberi tugas pertama.
Ashura melongo tak tahu harus berbuat apa. Gimana layani makan kalau meja makan tak ada makanan. Apa Ashura harus ke dapur masak makanan buat raja atau ke dapur minta disediakan menu untuk raja. Ashura masih ngak ngeh harus berbuat apa.
Lama Ashura melongo seperti orang hilang akal. Fu Yen makin kheki lihat Ashura masih tak bergerak melayaninya. Seberapa tolol puteri ini. Mungkin keadaan istana dingin bikin otak gadis ini jadi mampet.
"Belum bergerak?"
"Gerak apa?"tanya Ashura lugu.
"Bergerak menari untukku.."
"Minta makan tapi suruh nari. Raja kemasukkan setan kali.." gerutu Ashura manyun.
"Kau pandai nari?"
"Ngak..mau makan atau mau hukum aku? Jadi raja jangan semena dong! Ini melanggar hak azasi manusia."
"Kau mau dipenggal berani membantah omongan raja?" bentak Fu Yen keras.
Ashura meringis. "Galak amat! Nyamuk kamar ini pasti kabur. Ayo bentak sekali lagi! Ini akan usir tikus."
"Kasim Du.." seru Fu Yen tak mau adu mulut dengan gadis konyol macam Ashura. Perutnya akan makin lapar tahan emosi.
Kasim Du segera masuk. Mata banci kalengan itu nyaris melompat keluar melihat tampang Ashura yang super jelek. Raja pasti sudah menyesal memanggil Shu Rong. Mungkin kini akan usir gadis jelek ini dari kamar raja.
"Antar makan malam! Sediakan selimut untuk pelayanku yang baru. Mulai saat ini puteri Shu Rong jadi pelayan pribadiku."
Kasim Du melirik Ashura yang santai tak peduli statusnya direndahkan. Memalukan seorang puteri dijadikan pelayan rendah. Ini akan merendahkan kerajaan Chau. Tapi Shu Rong tak tampak sedih sedikitpun.
"Siap laksanakan."
Fu Yen sebenarnya kesal diremehkan Ashura. Namun laki ini tak mau memaksa Ashura menerimanya dengan terpaksa. Biarlah perlahan Ashura mengenalnya lebih dekat. Fu Yen yakin Ashura memiliki banyak kelebihan. Pancaran mata gadis ini beda dengan semua wanita istana. Mata itu seperti menyimpan daya magis menenangkan jiwa.
Beberapa pelayan menghidangkan makanan aneka macam. Perut Ashura langsung berontak minta dimanja sama makanan lezat yang diantar Kasim Du dkk. Ashura menelan air liur membayangkan nikmatnya meloloskan makanan itu dalam mulut. Perlahan merangkak lewat kerongkongan nangkring di lambung. Bayangan semu yang tak jadi nyata karena raja tak mengajaknya makan.
Fu Yen makan sendiri tak melirik Ashura. Tanpa sadar Ashura meraba perut yang mulai demon memberontak minta diisi. Kalau Ashura minta makan bearti dia kalah lawan keangkuhan raja. Ashura tak boleh lemah. Dia harus kuat biar tak diremehkan raja. Perang akan dimulai secara tertutup. Ashura janji akan buat Fu Yen menderita kalau selalu bikin masalah dengannya.
"Kasim Du..sayur ini tak enak. Berikan pada pelayanku!" Fu Yen menunjuk tumit sayur sawi. Kasim Du membungkuk mengambil piring berisi sayuran lalu beri pada Ashura.
Ashura melirik sayuran itu sambil ngomel. Cuma dikasih sayuran. Emang kambing yang diumpan sayuran doang. Raja muda memang manusia berhati culas. Seorang raja tapi pelit sama orang bawahan. Ashura menjerit dalam hati ingin cekik Fu Yen hingga mati.
Lain di hati lain pula di mulut. Saat ini Ashura hanya bisa lakukan itu supaya tak diancam di penggal lagi. Melawan raja sama saja cari mati.
"Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia kasih makan kambing ini." Ashura ucapkan terima kasih sambil sindir raja.
"Kambing? Mana ada kambing?"
"Hanya kambing makan sayuran saja." rengut Ashura.
"Oh..baguslah! Ternyata dalam kamar masih bisa piara kambing."
Kalau Ashura hidup di jaman Harry Potter pasti akan sihir Fu Yen jadi kodok kurapan. Sudah kodok kurapan pula. Bayangkan reputasi raja bila menyandang nama raja kodok kurapan.
Ashura tersenyum sendiri bayangkan wajah ganteng Fu Yen berubah jadi raja kodok. Apa masih bisa sombong. Ashura kempeskan perutnya agar jangan bersuara jelek lagi.
Fu Yen perhatikan Ashura yang masih terbawa angan sihir Fu Yen jadi kodok. Senyum licik Ashura bikin Fu Yen merasa gadis ini penuh akal bulus.
"Apa lagi di otakmu kecilmu?"
"Tak ada..cuma bayangkan betapa gantengnya yang mulia kalau gemuk dikit." kilah Ashura cari aman.
"Yang Mulia..menteri pangan mau jumpa. Ada hal penting mau disampaikan." lapor Kasim Du mengganggu acara makan sang raja.
"Kenapa datang malam malam? Tak bisa besok?"
"Katanya penting sekali Yang Mulia.."
"Suruh masuk! Pakai cadarmu!" perintah raja pada Ashura sebelum sang menteri masuk.
Ashura mengangguk mematuhi perintah positif ini. Raja tentu tak mau orang menilai keburukan wajah puteri Shu Rong yang bisa merusak nama baik raja. Raja telah memilih puteri Shu Rong masuk istana dan ternyata bertampang mengecewakan. Hal ini akan bawa dampak negatif bagi raja.
"Salam Yang Mulia.." seorang lelaki parobaya masuk dengan tergopoh gopoh. Ashura melihat bayangan orang dengki di wajah menteri itu. Wajahnya mirip tikus kejepit ekor. Kurus runcing persis tikus kurang gizi.
"Ada apa menteri Cang?"
"Di daerah Sinciang terjadi kekeringan. Penduduk kampung kelaparan tak ada hasil bumi. Hamba perlu persetujuan Yang Mulia tanda tangan kirim bahan makanan pada rakyat. Ini sangat penting menyangkut nyawa manusia."
Fu Yen termenung, "Mengapa baru ini hari ini melapor? Rakyat adalah anak anak kita. Kita wajib bantu agar semua hidup sejahtera. Baiklah!"
Ashura gemas pada Fu Yen yang langsung sanggupi permintaan sang meteri tanpa selidiki kebenaran berita ini. Dasar raja tolol bin bodoh.
Ashura mencubit pinggang raja sekuat mungkin agar sang raja sadar apa yang harus dilakukan.
Fu Yen hampir berteriak namun ditahan karena ada orang lain.
"Kau.." raja mendelik pada Ashura. Ashura mencibir lalu menggeleng pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
aduh..lucu juga..hahaha
2023-04-09
0