Kata kata Fu Yen seperti sabda tak mau dibantah. Fu Kuang tahu sebagai raja Fu Yen memang harus jaga perdamaian dua negara. Kerajaan Chau sudah antar seorang puteri untuk jadi pendamping raja mau tak mau raja harus tepati janji untuk hormati perjanjian.
Fu Kuang tak tahu harus bagaimana jelaskan pada Ashura bahwa dia tak berdaya melawan perjanjian. Gadis itu pasti kecewa Fu Kuang tak berhasil bujuk Raja untuk bebaskan Ashura.
Mata Fu Kuang menatap Ashura yang tak lama lagi akan memperkenalkan diri. Gadis itu kelihatan sangat gelisah. Matanya liar mencari bayangan Fu Kuang mohon bantuan. Fu Kuang yang duduk di atas pentas tak dapat berbuat apa apa selain berdoa semoga raja berubah pikiran.
Kini giliran Ashura perkenalkan diri. Gadis ini gugup berjalan ke depan membungkuk sopan. Ashura tak berani menatap sang raja. Jangan nanti raja tertarik padanya.
"Hamba Shu Rong dari padang rumput Chau." Ashura berkata dengan lirih.
"Angkat kepalamu nak!" terdengar suara wanita tua berbahasa lembut. Ashura menduga itu adalah nenek raja muda. Orangnya sudah tua namun masih segar.
Mata Ashura nyaris keluar melihat sosok sang raja muda yang duduk penuh wibawa di samping Ibu Suri. Wajah sang raja membuat Ashura ingin nangis. Seraut wajah yang dia rindukan siang malam. Liem musuh terindahnya duduk dengan angkuh menatap ke arah Ashura. Ingin sekali Ashura berlari ke atas panggung memeluk Liem yang berubah jadi raja di abad ini.
Tapi sang raja seperti tak mengenal Ashura. Pandangan matanya asing tak lucu seperti Liem. Atau ini bukan Liem, hanya mirip Liem. Ashura berusaha menekan perasaan agar jangan terbawa emosi bikin semua makin kacau.
"Kenapa tak kau perlihatkan wajahmu nak?" Ibu Suri bertanya lebih lanjut.
"Kami wanita padang rumput memang pakai cadar sampai calon suami lepaskan cadar." sahut Ashura sopan nan lembut. Ibu Suri mangut mangut maklum.
"Iya kita harus hormati tradisi. Semoga kamu bisa jadi pendamping raja bangun kerajaan. Bagaimana menurutmu Yang Mulia raja muda?" Ibu Suri meminta pendapat Fu Yen mengenai keberadaan Ashura.
"Aku akan tentukan sendiri. Beri aku waktu kasih pilihan. Aku akan minta Kasim Du jemput wanita yang kupilih selepas malam. Siapapun yang kupilih akan jadi wanita istana utama. Yang tak terpilih boleh tinggalkan istana ataupun mau menetap. Tinggalkan tentukan sendiri. Tapi yang tak terpilih takkan kupilih lagi karena aku tak mau menahan banyak gadis di sini. Kalian juga berhak hidup bebas. Berhak menentukan masa depan sendiri. Aku percaya di luar istana masih banyak pria baik menanti kalian menata hari depan." kata Fu Yen penuh wibawa.
Ashura menghargai pendapat Fu Yen yang menurutnya sangat bijak. Ternyata pemikirannya salah terhadap raja muda. Raja muda masih muda juga ganteng seperti Liem musuh terindah. Kini Ashura tak begitu takut lagi pada raja muda. Semua bayangan buruk tentang raja muda hanyalah bayangan Ashura semata.
"Hamba mengundurkan diri."Ashura tak mau lama lama jadi tontonan berpuluh pasang mata. Punggung Ashura terasa panas ditatap dari segala penjuru.
"Silahkan puteri Shu Rong.."
Ashura melirik Fu Kuang yang duduk dekat raja muda. Fu Kuang beri senyum kalem menenangkan Ashura. Fu Yen dapat melihat kalau Ashura dan Fu Kuang memang saling kenal. Pantas Fu Kuang mau perjuangkan Ashura untuk jadi permaisuri istana jenderal.
Ashura kembali ke barisan belakang beri kesempatan pada puteri lain perkenalkan diri. Otak Ashura masih berputar mengapa raja muda mirip Liem. Cuma Raja muda lebih wibawa dan lebih dingin. Apa karena dia seorang raja maka penampilan digagahkan. Ashura harus cari tahu siapa raja muda. Liem yang ikut masuk dimensi waktu atau memang raja yang kebetulan mirip Liem.
"Aku adalah calon ratu terkuat. Ayahku perdana menteri sekarang. Ayahku pendukung terkuat raja sekarang." celoteh gadis sombong yang hina Ashura tadi.
"Selama Yang Mulia raja belum tentukan pilihan kita tak tahu siapa yang akan dipilih." sahut gadis satunya lagi tetap sopan.
"Raja muda perlu wanita cantik dan pinter. Aku sudah persiapkan diri dari kecil untuk jadi ratu. Kalian tak perlu mimpi lagi."
"Untuk apa mimpi. Yang harus kita hadapi adalah kenyataan. Kalau mimpi indah tapi begitu bangun tak sesuai kenyataan ini akan sangat menyakitkan." nimbrung Ashura sinis.
Gadis yang sopan tadi tertawa kecil setuju omongan Ashura. Sekarang bukan sekedar mimpi tapi harus hadapi kenyataan. Raja muda yang akan tentukan pilihan memilih calon selir yang akan diteruskan jadi ratu.
"Aku setuju..aku Ling Fung anak menteri perdagangan." gadis ramah itu mengulurkan tangan pada Ashura. Ashura segera menyambut tangan Ling Fung yang ramah dan manis. Wajahnya oval bawa rezeki bagi suami. Ashura harap gadis ramah ini masuk daftar pilihan raja.
"Aku Shu Rong..gadis dari padang rumput. Kamu cantik dan berhati baik. Cocok jadi ratu kerajaan. Raja muda perlu pendamping yang bisa tenangkan jiwa. Bukan gadis sombong tak tahu tinggi langit."
"Terlalu memuji..apa kau tak harap dipilih?"
Ashura menggeleng,"Aku sudah terbiasa hidup bebas tak mampu hidup terkekang dalam istana. Kami gadis padang rumput tak selembut kalian. Pendidikan kami juga tak tinggi. Aku hanya bisa permalukan Yang Mulia." kata Ashura merendah diri.
"Semua ditentukan Yang Mulia. Kita hanya bisa terima nasib."
"Apa kau mau dipilih?"
"Sebenarnya aku lebih suka tinggal di luar istana. Aku suka menyulam serta buat pakaian. Tapi kedua orang tuaku memaksa aku harus jadi wanita raja."
Ashura prihatin pada nasib Ling Fung yang tak dapat melawan hawa nafsu keluarga. Sungguh tradisi gila.
"Kau suka pada raja?"
Ling Fung mangut tanda ada hati pada raja. Kalau Ling Fung ada hati pada raja itu takkan jadi beban walau harus tinggal di istana jadi pajangan.
"Raja kita sangat tampan. Siapapun suka pada beliau. Kamu tak suka?"
"Tidak..aku lebih suka pada jenderal Fu Kuang. Orangnya sangat ramah dan lucu."
Ling Fung belalakan mata kaget dengar Ashura bisa kenal dekat pada jenderal terkenal dingin itu. Dia tak suka pada wanita. Ada yang bilang jenderal suka lelaki, ada yang bilang jenderal impoten tak mampu nafkahi wanita di ranjang.
"Kau mau jadi selir Jenderal?"
Shu Rong mengangguk,"Aku tak butuh nama besar. Aku mau hidup bahagia bersama orang yang kita sukai. Saling lempar pandangan penuh cinta jauh lebih baik dari dihormati tapi hidup dalam kesunyian penuh pura pura. Kau pilih mana? Tersenyum bebas atau senyum pahit?"
Ling Fung termenung dengar kata Ashura. Semua kata Ashura masuk akal. Wanita raja sangat banyak. Tiap hari ganti pasangan. Wanita mana yang betulan singgah di hati raja. Sepertinya raja tak peduli kata cinta. Yang penting tiap malam ada wanita hangatkan tempat tidurnya.
"Kau benar..sekedar kagum hanya bikin kita menderita seumur hidup."
"Nah itu kau ngerti..tapi terserah kamu! Cinta itu bebas..kita berhak menentukan ke mana kita labuhkan perasaan. Kalau hanya kagum tak ada guna. Cinta itu datangkan rasa nyaman dan tenang bila berdekatan dengan laki itu. Setiap kita melangkah serasa bayangan orang itu ikuti kita. Itulah cinta sebenarnya." kata Ashura coba beri pandangan bagaimana cinta itu muncul di hati seorang gadis. Ashura yakin perasaan Ling Fung pada raja bukan cinta tapi sekedar rasa kagum.
"Raja terlalu tinggi untuk kita raih. Mengejar bayangannya saja susah. Apalagi rebut hatinya." desis Ling Fung pelan.
"Apa tak ada laki yang bikin kamu nyaman?"
"Ada..sepupuku..dia anak hakim di kota Sanyang. Aku senang bila bicara dengannya. Dia sangat baik penuh perhatian. Tak pernah marah walau kadang aku salah."
"Itulah cinta! Aku yakin kau cinta pada saudara sepupumu. Kalau kau tak terpilih lebih baik pulang dan pupuklah cinta sejatimu." nasehat Ashura sok dewasa. Ling Fung mangut tanda setuju.
"Terima kasih Shu Rong. Setelah bicara denganmu hatiku lega. Aku akan minta pulang rumah kalau tak dipilih."
Ashura menggenggam tangan Ling Fung kasih semangat raih cinta sejati.
"Apa kita boleh kabur sekarang? Aku sudah tak sabar mau pergi dari sini." bisik Ashura pada Ling Fung
Ling Fung celingak celinguk kiri kanan pantau keadaan. Banyak pengawal dan para dayang berdiri mengelilingi mereka. Tak ada sela buat melarikan diri saat ini. Bisa bisa mereka kena hukuman karena tak hormati raja.
"Jangan! Sabar bentar lagi. Tak lama lagi kita bisa bubar. Aku akan sering berkunjung ke tempatmu. Boleh kan?"
"Oh tentu..aku penghuni istana dingin. Puteri buangan." Ashura berterus terang tanpa malu.
"Oh..kenapa kau bisa masuk istana dingin?"
"Pasti jelek ataupun reputasi kotor." jawab anak perdana menteri yang sombong.
Ashura tertawa dengar jawaban gadis angkuh yang ikutan nyimak obrolan mereka.
"Nyimak toh! Terserah mau bilang apa. Aku tak tertarik masuk istana raja. Tempatku saat ini cukup nyaman. Persetan dengan segala selir dan ratu! Hanya orang bodoh mau hidup dalam kebohongan. Hari kau jadi guling raja besok besok kau jadi guling lapuk tingga dicampakkan ke tempat sampah. Aku akan pilih suami baik yang sayang padaku."
"Ciiss..kapan giliran kalian jadi wanita raja? Lihat tampangmu yang berantakkan. Wajahmu pasti jelek maka tak berani tampilkan ke umum."
"Aku memang jelek. Tapi hatiku tak sempit. Aku gadis padang rumput berhati lapang tak peduli ocehan orang berpikiran sempit. Sok cantik dengan bedak setebal tembok istana." ujar Ashura santai tak peduli anak perdana menteri sewot.
Ashura mau dilawan. Liem yang keren macho tak sanggup layani Ashura kalau berdebat. Apalagi hanya seorang gadis berotak seupil. Jauh kelas di bawah Ashura.
Ling Fung dan beberapa gadis tertawa cekikan dengar Ashura sekak anak menteri songong itu. Selama ini tak ada yang berani dengan anak menteri karena pengaruh bapaknya sangat kuat di kerajaan. Karena ini anaknya jadi sombong dan angkuh seolah dia adalah calon ratu pilihan raja.
Ashura yang sederhana berani lawan gadis angkuh itu merupakan peristiwa langkah. Ashura tak takut sedikitpun pada gadis sombong yang hanya bisa membual. Toh Ashura yakin Fu Kuang akan bela dia. Nama besar Fu Kuang pasti diperhitungkan para pejabat mengingat dia adalah jenderal pemegang seluruh militer kerajaan.
"Kalau aku terpilih kau akan rasakan pembalasanku! Hidupmu bakal sengsara." seru gadis sombong itu sambil mengepal tinju.
"Aku tak sabar menunggu. Kita lihat bagaimana akhir kontes konyol ini. Tuh lihat! Raja sedang menatapi yang teriak kayak burung gagak. Tamat kamu..wanita kasar macam kamu tak layak jadi ratu." Ashura sengaja ganggu gadis itu biar ada hiburan di kala kesal.
Gadis itu segera perbaiki gaya dan berubah manis seolah gadis elite penuh kelembutan. Ashura tak dapat tahan tawa melihat sifat munafik gadis itu. Manusia macam ini yang merusak martabat seorang manusia. Betul betul serigala berbulu domba.
"Dia akan nyesal setelah berumur nanti. Menyesal telah siakan hidup hanya demi kemewahan sesaat." kata Ashura pada Ling Fung.
"Iya..ayo bersiap. Tuh acara sudah selesai!" Ling Fung menunjuk ke depan pentas di mana para ratu dan raja sudah mengundurkan diri. Apa acara inti keduanya tak perhatikan karena asyik ngobrol. Bagi Ashura itu tak penting. Yang penting cepat balik istana dingin.
Semua puteri membungkuk hormat pada penguasa kerajaan yang duluan meninggalkan halaman istana. Tinggal para wanita bertanya tanya siapa yang bakal jadi calon selir ataupun ratu malam ini. Tentu saja bagi yang berminat berdoa dalam hati agar mendapat kasih sayang dari orang nomor satu di negeri ini.
Ashura dan Ling Fung saling bergandengan penuh persahabatan menuju keluar halaman istana. Ashura tak sabar ingin tinggalkan lokasi yang akan bawa sejuta kesepian bagi para wanita terpilih.
"Shu Rong.."
Ashura dan Ling Fung menoleh. Jenderal Fu Kuang menghampiri kedua gadis itu dengan wajah tak cerah. Kini Ling Fung percaya Ashura memang dekat dengan sang jenderal. Pantesan Ashura tak tertarik pada raja ternyata Fu Kuang sangat gagah dan tampan. Mata bersinar tajam memancarkan kecerdasan seorang jenderal sejati.
"Yang Mulia Jenderal..ini puteri Ling Fung!"Ashura perkenalkan Ling Fung pada Fu Kuang. Fu Kuang mengangguk sekilas.
"Ayo kita balik istanamu! Ada yang ingin kusampaikan." Fu Kuang menarik tangan Ashura menuju ke kereta kudanya. Ling Fung tercengang melihat Fu Kuang yang terkenal dingin begitu perhatian pada Ashura.
"Ling Fung..aku balik dulu ya! Datanglah ke istanaku!"seru Ashura sebelum diseret lebih jauh.
"Iya.." balas Ling Fung sambil melambai.
Fu Kuang langsung naikkan Ashura ke dalam kereta. Namun sebelum kereta bergerak Kasim Du datang menghampiri kereta itu minta Fu Kuang turun.
"Maaf yang mulia Jenderal..ini ada pesan dari raja muda."
Fu Kuang menghela nafas. Yang akan datang tetap saja datang walau ingin dihindari. Tak ada guna menghindari masalah kalau memang sudah harus begitu jalan cerita.
Fu Kuang turun dari kereta tanpa ajak Ashura. Kini Fu Kuang berhadapan dengan Kasim Du. Kasim Du beri salam hormat pada Fu Kuang sebagai tanda maaf sudah menahan langkah sang Jenderal.
"Ada apa?"
"Tuan puteri Shu Rong akan masuk istana malam ini. Harap tuan puteri persiapkan diri."
Ashura mendengar dengan jelas kata kata Kasim Du langsung kaget dan gemetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments