Alun tetap laksanakan perintah dengan hati kesal. Sudah merebut hati raja ngesalin pula. Tapi apa daya Alun melawan perintah penguasa negeri ini. Disuruh seberang lautan tetap harus dijalankan. Ini cuma cari pemuda cantik milik raja tentu bukan masalah besar.
Mata Alun nyaris keluar lihat pemuda cantik raja sedang hajar seorang laki berbadan berbalut lemak jahat. Laki itu tak berdaya dihajar Ashura lewat tinju dan tendangan maut. Gaya Ashura sang pemegang sabuk hitam lincah bak penari sedang pertontonkan gaya baru bertinju.
Alun kagum melihat Ashura tak gentar hadapi orang jauh lebih besar darinya. Pantas raja sayang pada pemuda cantik ini. Nyatanya bukan orang lemah seperti yang dia bayangkan. Si gendut babak belur dihajar Ashura. Mukanya lembam kena tendangan dan tinju tangan mungil itu.
Alun tertawa geli biarkan Ashura salurkan amarah pada orang yang pasti iseng ganggu dia. Namun tiba tiba si gendut angkat tangan beri aba aba pada bawahannya hajar Ashura. Laki ini malu bukan main dihajar Ashura habis habisan di depan umum. Gaya angkuhnya luntur gara gara sifat usil Ashura campuri urusan dia.
"Hajar gadis setan ini!" seru pria berbdan badak itu keras.
Alun melongo dengar pria itu sebut Ashura gadis setan. Jelas jelas Ashura pemuda cantik mengapa disebut gadis. Tapi Alun tak punya waktu untuk memikirkan ucapan si badak. Sekarang tugasnya adalah membantu Ashura menghajar para begundal bikin rusuh itu.
Kehadiran Alun menambah semangat Ashura memberi pelajaran pada orang orang berhati sempit. Mereka berdua bahu membahu menghajar para perusuh sampi babak belur. Alun dampingi Ashura sampai lelaki berbadan badak minta ampun memilih kabur. Tepuk tangan bergema menghargai keberanian Ashura memberi bogem mentah pada orang yang terlalu angkuh itu.
Lelaki sombong itu sudah terlalu sering berbuat ulah ganggu masyarakat kecil. Asal ada gadis laki cabul itu pasti akan cari cara dapatkan gadis untuk dijadikan teman tidur. Berapa anak gadis jadi korban laki bermoral iblis itu.
Kini muncul seorang pemuda cantik bela keberadaan gadis gadis muda tentu saja hal menggembirakan. Cuma mereka juga kuatir nasib pemuda cantik itu karena laki sombong yang dikalahkan tentu takkan tinggal diam. Sebentar lagi akan datang puluhan aparat tangkap mereka. Itu sudah jadi pemandangan umum bila cari masalah dengan sang penguasa.
"Maaf dua pendekar..kurasa lebih baik kalian segera pergi dari kota ini." seseorang datng menghampiri Alun dan Ashura.
Ashura menatap laki muda yang bicara pada mereka. Seorang laki putih bersih berwalah melankolis. Gayanya santai penuh kelembutan persis calon banci. Mungkin belum banci karena belum tampak sikap ngondek.
"Terima kasih perhatian saudara. Kami hanya bela kebenaran. Kalau tak dimulai dari sekarang maka selamanya takkan ada." sahut Ashura tak kalah sopan. Ashura suka orang tahu tata krama hormati hak orang lain. Di jaman moderen semua manusia berdiri di posisi sama tanpa ada diskriminasi.
"Aku setuju namun yang kalian hadapi adalah pemilik hukum kota ini. Kalian benar atau salah tetap salah. Oya aku ini Chen Yang." Laki itu perkenalkan sambil bungkuk hormat.
"Aku Shu Rong dan ini saudara Alun pria terkuat negara ini." ujar Ashura sambil goda Alun.
Alun kaget dengar Ashura ngaku bernama Shu Rong. Artinya ini puteri Shu Rong yang nyamar jadi laki. Pantas Raja muda sayang sekali padanya ternyata pengawal baru ini adalah calon ratu. Tapi kata orang istana wajah puteri Shu Rong sangat jelek mengapa yang ini sangat cantik. Sedang buat sandiwara apa lagi gadis muda ini.
"Senang jumpa kalian. Mari kuantar keluar kota! Semoga kalian selamat." Chen Yang melirik Ashura penuh arti.
"Tak usah! Majikan kami sedang menunggu kami di penginapan. Sekali lagi terima kasih saudara Chen Yang. Kalau ada jodoh kita akan jumpa lagi." Ashura sok akrab.
"Jumpa lagi.."
Alun bukan orang suka basa basi memilih pergi diikuti Ashura. Fu Yen pasti sudah tak sabar menanti kehadiran mereka. Ashura santai saja tak peduli hukuman apa yang bakal diberi Fu Yen nanti. Raja muda mana mau menunggu orang karena terbiasa dipatuhi.
Benar saja pemikiran Ashura. Fu Yen sudah pasang wajah harimau hendak menerkam mangsa yang gratis di depan mata. Ashura pura pura tak lihat wajah seram Fu Yen malah tersenyum manis bisa buat Fu Yen diabetes.
"Tuanku..maaf telat dikit! Tadi jumpa kawan reseh jadi ya ajak bercanda bentar." kata Ashura pura pura tak ada masalah besar. Alun memuji mental Ashura yang tak kenal rasa takut. Raja saja berani dia kacangi. Alun tahu raja muda bukan orang bodoh ke makan gaya manja Ashura. Tapi raja muda sayang pada gadis ini maka tak kejar kesalahan gadis muda ini.
"Kelihatannya ada orang mau diumpan ke sipir penjara. Di sana bisa merenungi setiap kesalahan besar kecil. Alun..coba periksa apa di kehakiman ada penjara kejam? Antar pengawal Shu berenung di sana." kata Fu Yen dingin tak mau pandang Ashura yang cengar cengir mulai takut dihukum.
"Siap tuanku!" Alun pura pura mengundurkan diri melaksanakan titah sang raja.
"Tuanku...jangan! Hamba ngaku salah!" Ashura cepat cepat berlutut memohon pengampunan.
Fu Yen melirik Ashura yang pasang wajah memelas. Kesedihan dilukis secara real di wajah cantik itu berusaha menarik belas kasih Fu Yen.
"Apa salahmu?"
"Hamba tak boleh bohong. Hamba tak boleh membantah. Hamba tak boleh kabur tanpa ijin majikan. Hamba tak boleh bertindak seenak hati."
Fu Yen bangkit dari bangku mengelilingi Ashura yang masih berlutut. Fu Yen sengaja menyiksa Ashura agar gadis ini sadar tak boleh bertindak gegabah yang bisa merugikan diri sendiri juga banyak orang. Fu Yen bukan orang bodoh bisa dikadalin anak bawang macam Ashura. Kalau tidak Fu Yen mana mungkin jadi raja.
"Hhhmm..begitu banyak salahmu! Hukuman apa cocok untuk kambing liar macam kamu?"
"Diberi umpan sayur segar tuanku! Pasti jadi manis.." ucap Ashura cepat.
Alun tertawa geli dengar permintaan Ashura minta dihukum diberi makan. Gadis ini mungkin sudah lapar gara gara habiskan tenaga di medan tinju. Kini Alun tak merasa kesal pada Ashura lagi. Wajar Fu Yen memberi perhatian lebih pda gadis ini karena dia adalah calon ratu masa datang. Alun malah suka pada ketegaran Ashura yang tak manja seperti puteri istana lainnya.
"Ada kambing tak sadar sebentar lagi mau disembelih. Mungkin harus dikasih makan sebagai permintaan terakhir. Alun..siapkan meja pancung!" ujar Fu Yen kalem bikin Ashura belalakan mata. Gadis cantik ini meraba leher mulusnya bayangkan kalau piah dari badan. Apa dia akan jadi leak demit dari Bali.
"Tuanku..masa salah dikit dipancung. Hukuman lain saja! Gimana kalau aku cuci bajumu? Bersihkan kamarmu? Atau masak untukmu?" rayu Ashura belum mau nyerah.
"Aku sudah ada pelayan semua itu. Tak perlu kamu sibuk urus aku. Orang tak patuh tak perlu ditinggalkan di istana."
"Lalu aku jadi hantu tak berkepala? Sungguh sedih."
Fu Yen mau ketawa lihat wajah Ashura muram durja. Namun kalau tak kasih pelajaran pada gadis bengal ini ke depan pasti muncul lebih banyak masalah besar. Ini kesempatan baik hukum Ashura agar patuh.
"Baiklah! Kau sudah tahu salahmu. Mulai saat ini kalau kau kabur tanpa sepengetahuanku maka kedua pelayanmu ikut dipancung. Dan kau Alun juga ikut dipancung. Dan kau kambing nakal diberi pada sipir penjara. Ingat itu! Aku tak main main menghukummu kalau salah lagi."
Ashura meringis dengar sabda Fu Yen. Dia yang salah tapi bisa bawa orang lain kena hukuman. Ashura janji akan hati hati bertindak supaya tak bawa orang bersalah dalam hukuman mengerikan.
"Hamba janji tuanku!" janji Ashura sungguh sungguh sambil angkat dua jari mau sumpah.
"Bangunlah! Masuk kamar dan tak boleh keluar tanpa ijinku!"
"Tapi kita harus ke rumah pejabat buka dapur umum. Kasihan rakyat kalau kelaparan. Kalau tuanku tak mau pergi biar hamba yang pergi." Ashura langsung bangun hendak pergi ke rumah gubenur minta bantuan untuk rakyat miskin.
Fu Yen mendehem sambil geleng kepala. Baru saja janji akan patuh sudah buat ulah lagi. Terbuat dari apa kepala mungil itu? Kenapa bisa sekeras batu?
"Alun..penggal kepalamu sendiri sekarang juga!" bentak Fu Yen keras. Alun segera berlutut tanpa membantah. Laki ini memang sudah bersumpah akan setia pada raja walau harus pertaruhkan nyawa.
Alun mengeluarkan pedang panjang hendak tebas kepala sendiri di hadapan Ashura dan Fu Yen. Ashura menjerit tanpa sadar merebut pedang Alun yang akan diayun ke arah leher. Tangan Ashura menggenggam mata pedang Alun membuat tangannya terluka. Fu Yen dan Alun tak kalah kaget melihat kenekatan Ashura melindungi Alun. Padahal Fu Yen hanya ingin gertak Ashura biar kapok.
"Darah.." seru Ashura lalu terkulai ke lantai. Fu Yen segera menggendong Ashura ke dalam kamar penginapan. Tetesan darah segar mengalir dari telapak tangan Ashura yang luka kena mata pedang Alun. Alun terkesima sekaligus terharu pada sifat setia kawan Ashura. Dia seorang puteri namun rela luka demi seorang sahaya.
"Panggil tabib!" seru Fu Yen panik. Fu Yen tak sangka Ashura benar benar demikian welas hati.
Alun bergerak mencari tabib. Rsa suka pada Ashura makin menjadi setelah lalui beberapa waktu bersama gadis konyol ini. Semula Alun kira Ashura hanya pemuda cantik menggoda kelakian Fu Yen.
Untunglah tabib cepat datang. Tabib segera memeriksa Ashura cari tahu keadaan gadis cantik ini. Alun dan Fu Yen menunggu di luar dengan hati tak tenang. Terutama Fu Yen yang sangat gelisah. Belum pernah Fu Yen demikian perhatian pada wanita. Selama ini wanita yang dia jumpai hanya pinter memuji dirinya sebagai raja cari perhatian raja. Ashura lain dari yang lain. Selain baik hati juga pinter.
"Nona ini tak ada masalah. Cuma tangan terluka sedikit." lapor tabib dengan sopan pada Fu Yen.
"Kenapa dia pingsan?" tanya Fu Yen cepat.
"Apa nona ini ada terkejut sebelum pingsan?"
"Tak ada. Dia cuma teriak darah." Fu Yen teringat kata Ashura yang terakhir.
"Mungkin nona ini ada trauma melihat darah. Dia tak tahan lihat darah. Dia pingsan bukan karena luka api tak bisa lihat darah." tabib berusaha beri alasan Ashura bisa pingsan.
"Mungkin juga..kapan dia bisa sadar?"
"Sebentar lagi. Nanti kasih obat ke lukanya. Tak ada yang perlu dikuatirkan. Hamba permisi dulu."
"Terima kasih tabib..Alun antar tabib keluar."
Tinggallah Fu Yen dan Ashura dalam kamar. Fu Yen memandangi wajah cantik ini dengan hati gundah. Mengapa gadis ini mampu merebut seluruh perhatiannya padahal baru jumpa. Fu Yen merasa sangat akrab dengan Ashura walau melalui waktu bersama belum seminggu. Wanita istana tak ada yang mampu ketok pintu hati Fu Yen. Secantik apapun wanita istana namun tak ada satupun bisa tandingi Ashura. Ashura gadis istimewa di hati Fu Yen.
"Alun...Alun..mana Alun?" teriak Ashura begitu sadar. Fu Yen merasa hatinya sakit dengar Ashura panggil Alun padahal baru siuman. Alun yang menanti di luar merasa jantungnya hampir copot calon ratu itu teriak namanya. Begitu berartikah seorang Alun bagi calon ratu itu.
"Tenang..Alun tak apa." Fu Yen memeluk Ashura supaya tenang. Ashura nangis ingat bagaimana kalau Alun betulan mati gara gara dia. Betapa berat dosa yang harus dipikulnya kalau ada orang mati untuknya.
Fu Yen makin sedih lihat Ashura menangis demi seorang pengawal istana. Apa Ashura juga akan sedih kalau terjadi sesuatu padanya.
"Jangan beri hukuman aneh lagi tuanku! Aku takut sekali..Aku takut.." desis Ashura masih trauma lihat Alun hampir mati untuknya.
"Aku janji..kamu tenang!" Fu Yen mengusap punggung Ashura dengan lembut beri kehangatan. Ashura mangut percaya pada Fu Yen takkan kejam lagi.
"Aku mau lihat Alun.." pinta Ashura mau yakinkan diri Alun dalam keadaan sehat. Ashura takut Fu Yen hanya janji di bibir. Seorang raja bisa saja berbuat anarkis untuk jaga wibawa.
"Alun..masuk!" seru Fu Yen demi ketenangan jiwa gadis yang telah menggelitik sudut hatinya.
Alun masuk dengan gagah tanpa kurang apapun. Ashura tersenyum senang plus lega hati. Alun beri senyum juga agar Ashura yakin semua ok.
"Besok besok tak boleh gitu! Pedangmu tajam lho! Sekali tebas kamu jadi hantu tanpa kepala. Sekarang kita ke rumah gubenur buka dapur umum." kata Ashura mulai dapatkan jati diri. Semangat juang turunan pahlawan Indonesia berkobar lagi. Darah juang 45.
Fu Yen dan Alun saling berpandangan. Dalam hati mereka bertanya bagaimana sosok Ashura sebenarnya? Baru sadar dari pingsan sudah memikirkan orang lain.
"Shu Rong..tanganmu terluka. Kau harus istirahat kata tabib." jelas Fu Yen pelan sambil mengangkat tangan Ashura agar gadis ini bisa lihat lebih jelas tangannya terbalut kain.
Ashura memainkan tangannya cari tahu seberapa berat lukanya. Tak ada keluhan lain selain perih dikit. Luka sekecil gini bukan masalah bagi Ashura. Dulu waktu tanding taekwando dia pernah luka lebih parah. Sebulan tak bisa bangkit karen ada tulang rusuk patah. Toh semua berlalu aman.
"Luka sekecil ini tak usah dianggap. Rakyat lebih penting." Ashura berusaha bangkit namun ditahan Fu Yen. Mata Fu Yen mendelik besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
Semua yang mengenali Ashura, semakin sayang pada nya...
apa khabar Fu Kuang?
2023-04-09
1